Wasiat Terbaru Ustadz Abu Bakar Ba'asyir untuk Para Mujahid

18.1.10

ulama - paus

Beda Ulama dan Paus: Gus Dur Orang Murtad atau Guru Perdamaian?


JAKARTA (voa-islam.com) - Gajah mati meninggalkan gading, macan mati meninggalkan belang. Gus Dur mati meninggalkan kontroversi.
Hampir setengah bulan Gus Dur meninggalkan dunia untuk meneruskan pengembaraannya menuju alam akhirat. Tapi manusia kontroversi asal Jombang Jawa Timur ini masih meninggalkan polemik yang tak berujung pada titik temu. Di kalangan manusia yang ditinggalkannya, Gus Dur menyisakan perdebatan, apakah beliau orang murtad atau pahlawan perdamaian?

Di mata Kristen, Gus Dur adalah Guru Perdamaian dan Pahlawan Gereja Minoritas. Maka, umat Kristen, baik Protestan maupun Katolik sangat kehilangan dengan kematian Gus Dur. Berita kematiannya sangat mengagetkan para pastur dan pendeta hingga Paus di Vatikan.

Romo Pastur Benny Susetyo, Sekretaris Eksekutif Komisi Hubungan Agama dan Kepercayaan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) mengakui kaget dengan kepergian Gus Dur. ”Tiga hari lalu, sebelum operasi, Gus Dur masih telepon dan kami bercanda. Saya tak menduga, ia pergi begitu cepat,” katanya.

Romo Franz Magnis-Suseno, Rohaniwan Katolik dan Guru Besar di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara sangat mengagumi Gus Dur. Di koran Kompas, Senin, (4/1/ 2010), Franz memuji Gus Dur sebagai nasionalis Indonesia tulen, pluralis pelindung minoritas dan kiyai penikmat lagu Bethoven.
..Romo Franz Magnis-Suseno memuji Gus Dur sebagai nasionalis Indonesia tulen, pluralis pelindung minoritas dan kiyai penikmat lagu Bethoven...
"Betapa luar biasa Abdurrahman Wahid, Gus Dur kita ini! Seorang nasionalis Indonesia seratus persen, dengan wawasan kemanusiaan universal. Seorang tokoh Muslim yang sekaligus pluralis dan melindungi umat- umat beragama lain. Enteng-enteng saja dalam segala situasi, tetapi selalu berbobot; acuh-tak acuh, tetapi tak habis peduli dengan nasib bangsanya. Orang pesantren yang suka mendengarkan simfoni-simfoni Beethoven,” kata Franz dalam tulisannya. ”Kita menyertai arwahnya dengan doa-doa kita agar ia dengan aman, gembira, dan pasti terheran-heran dapat sampai ke asal-usulnya,” lanjutnya.

Di dunia internasional, berita kematian membuat Paus, pimpinan tertinggi Gereja Katolik bersedih hati. Begitu mendengar kabar kematian Gus Dur, Paus Benediktus XVI mengirimkan doa belasungkawa atas wafatnya Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Surat belasungkawa yang dikirimkan khusus dari Vatikan.

"All loving God, we have lost a great statesman who taught about plurality. You have called our father Abdurrahman Wahid who had always taught about peace. This nation needs him,” demikian doa Paus dalam surat belasungkawanya.

Pada acara tahlilan hari ketujuh wafatnya Gus Dur Selasa (5/1/2010), doa Paus Benediktus XVI itu dibacakan oleh Romo Benny Susetyo dalam bahasa Indonesia.

“Ya Allah yang Mahakasih, kami telah kehilangan negarawan yang sangat besar, yang mengajarkan perbedaan. Kau panggil bapak kami Abdurrahman Wahid yang selalu mengajarkan perdamaian. Bangsa ini membutuhkan beliau," ujar Romo Benny membacakan surat Paus Benediktus ke XVI.

Kalangan Protestan juga tak kalah sedihnya mendengar berita kematian Gus Dur. Misalnya, umat Kristen Sulawesi Utara yang sangat kehilangan atas wafatnya Gus Dur, karena menurut mereka, Gus Dur adalah pahlawan minoritas (Kristen).

..umat Kristen Sulawesi Utara yang sangat kehilangan atas wafatnya Gus Dur, karena menurut mereka, Gus Dur adalah pahlawan minoritas (Kristen)...
”Ia adalah tokoh perdamaian dan ’pahlawan’ minoritas. Kami benar-benar kehilangan. Belum ada tokoh setara Gus Dur. Ia pergi meninggalkan semerbak melati,” kata Ketua Sinode Gereja Masehi Injili di Minahasa Pendeta AO Supit, Rabu (30/12) di Manado.

Apa yang membuat kalangan Kristen sangat sedih kehilangan Gud Dur? Ketua Umum Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) Pendeta AA Yewangoe mengungkapkan bahwa ia bertemu langsung dengan Gus Dur tiga bulan lalu ketika ada sebuah gereja yang izinnya dicabut wali kota.

”Beliau datang ke Kantor PGI untuk memberikan dukungan. Itu adalah salah satu bukti, beliau menginginkan semua orang di Indonesia memperoleh haknya, hak beribadah,” katanya. Dia melanjutkan, Gus Dur adalah tokoh bangsa yang tidak tergantikan. ”Beliau sangat memerhatikan kerukunan umat beragama di Indonesia,” ujarnya.
Sekte Kristen pun sangat sedih kehilangan Gus Dur
Anehnya, kematian Gus Dur juga menyisakan duka mendalam bagi kaum Mormon, sekte Kristen sesat di Amerika Serikat. Hal Jensen, pemimpin jemaat Gereja Mormon di Salt Lake City, AS, menilai sosok Gus Dur sebagai orang yang mampu menjembatani dialog antariman.

Jensen menggambarkan, hubungan Gus Dur dengan kaum Mormon berkembang hingga ke para pimpinan gereja LDS terutama Presiden Boyd K Packer dari kelompok Kuorum 12. Persahabatan itu juga menjadi jembatan hingga kaum Mormon memiliki sebuah gereja yang lebih besar di Indonesia.

Jensen menambahkan, Gus Dur juga cinta ajaran Mormon. “Bahkan dia (Gus Dur) siap dan bersedia membela gereja. Dia tak pernah ragu-ragu,” tandas Jensen. Sampai-sampai, Jensen maupun Gus Dur saling panggil dengan sebutan ‘brother’.
...Gus Dur juga cinta ajaran Mormon. “Bahkan dia (Gus Dur) siap dan bersedia membela gereja. Dia tak pernah ragu-ragu,” tandas Jensen. Sampai-sampai, Jensen maupun Gus Dur saling panggil dengan sebutan ‘brother’...
Demi membela minoritas (Kristen), Gus Dur rela dimusuhi mayoritas (umat Islam)
Karena sangat mencintai dan menghormati Gus Dur, masyarakat Katolik Nusa Tenggara Timur (NTT) menggelar Misa Arwah untuk Gus Dur.  Gus Dur dinilai layak dihadiahi Misa Arwah karena semasa hidupnya sangat membela umat Kristen. Misa arwah digelar untuk mendoakan arwah Gus Dur agar diterima di sisi Tuhan dan  agar amal perjuangan Gus Dur selama didunia mendapat ganjaran keselamatan dari Tuhan.
Gubernur NTT, Frans Lebu Raya, dalam keterangan pers-nya, di Kupang, Kamis (31/12/2009), mengatakan, peranan Gus Dur dalam bangsa ini menurutnya sangat strategis. Gus Dur adalah tokoh nasional yang selalu memberi perlindungan dan pembelaan kepada kelompok minoritas. Gus Dur melahirkan gagasan gagasan brilian mengenai hak asasi manusia, demokrasi, dan pluralisme.

Lebih lanjut dikatakannya, demi membela umat Kristen, bahkan Gus Dur sering dimusuhi karena sikapnya yang moderat, demokratis, dan penghormatan terhadap hak asasi manusia. Masyarakat NTT tidak dapat berbuat banyak atas kepergian kedua tokoh nasional ini. Hanya doa dan terimakasih yang bisa disampaikan melalui misa arwah, yang rencananya akan digelar pada tanggal 5-6 Januari 2010.
Anehnya, sikap Gus Dur bak malaikat baik dalam membela gereja itu justru membingungkan umat baik Muslim maupun Kristen. Karena mereka merasa aneh, ada apa dengan Gus Dur, sehingga lebih membela minoritas sembari menyakiti umat mayoritas?
...Umat-umat minoritas merasa aman padanya. Ada yang tidak mengerti mengapa Gus Dur begitu ramah terhadap agama-agama minoritas, tetapi sering keras terhadap agamanya sendiri...
Sikap Gus Dur yang pro minoritas Kristen dan kerap menyakiti mayoritas Muslim, disadari juga oleh Romo Franz Magnis-Suseno, di koran Kompas, Senin, (4/1/ 2010), Franz mengungkapkan sbb:
   
”Gus Dur berhati terbuka bagi semua minoritas, para tertindas, para korban pelanggaran hak-hak asasi manusia. Umat-umat minoritas merasa aman padanya. Gus Dur membuat mereka merasa terhormat, ia mengakui martabat mereka para minoritas, para tertindas, para korban. Ada yang tidak mengerti mengapa Gus Dur begitu ramah terhadap agama-agama minoritas, tetapi sering keras terhadap agamanya sendiri. Namun, Gus Dur demikian karena ia begitu mantap dalam agamanya. Karena itu, ia tidak perlu defensif dan tidak takut bahwa agamanya dirugikan kalau ia terbuka terhadap mereka yang berbeda.”
Gus Dur di Mata Kiyai dan Ulama Islam
Di saat kebanyakan orang mengelu-elukan sosok Gus Dur sebagai Ulama, Kyai, Pahlawan Gereja, Guru Bangsa, Bapak Bangsa di sisi lain ada juga yang mengkritisinya. Di tengah simpati jutaan warga Indonesia dari Presiden, kiyai, santri sampai rakyat jelata terhadap meninggalnya Gus Dur, ternyata ada kiyai dan ulama yang kurang simpati terhadap Gus Dur, bahkan menyebut Gus Dur sebagai orang murtad karena pernyataan dan sikapnya yang dinilai keluar dari aqidah Islam.

Di Madura, sejumlah kiai dan ulama yang dikenal berlawanan pandangan dengan Gus Dur, baik dalam politik dan agama, secara manusiawi tetap mengungkapkan turut berduka cita atas wafatnya mantan presiden RI keempat tersebut. Tapi secara politik dan pemikiran keagamaan, mereka berharap tak ada lagi orang yang nyeleneh seperti Gus Dur.
..Semoga tidak ada lagi kiai nyeleneh secara pemikiran setelah Gus Dur,” ujar KH Kholil Muhammad, pengasuh Pondok Pesantren Gunung Jati Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur..
KH Kholil Muhammad, pengasuh Pondok Pesantren Gunung Jati Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur. Ia mengaku secara politik dan pemikiran keagamaan berseberangan dengan Gus Dur yang selalu kontroversial. Ia menilai pluralisme agama yang diusung Gus Dur sangat berbahaya bagi umat Islam.

“Semoga tidak ada lagi kiai nyeleneh secara pemikiran setelah Gus Dur,” ujarnya, Rabu (30/12).

Pernyataan paling mengejutkan bagi kalangan pemuja Gus Dur datang dari KH Abu Bakar Ba’asyir. Ulama yang juga amir Jama’ah Anshorut Tauhid ini bahkan tidak mau menyebut Abdurrahman Wahid dengan panggilan ”Gus,” karena menurutnya, di Jawa Timur, panggilan ini sangat terhormat yang hanya pantas disandang oleh para kiyai mulia.

"Maaf, saya tidak memanggil Gus, karena panggilan Gus itu hanya digunakan untuk anak kyai mulia di Jawa Timur", kata pengasuh Pesantren Al-Mukmin Ngruki Solo, di hadapan ribuan jamaah pengajian Ahad 3 Januari 2009, di Masjid Ramadhan Bekasi.

Kiyai kharismatik asal Solo Jawa Tengah ini berpendapat bahwa Abdurrahman Wahid bukan guru bangsa, karena amalan dan ucapannya semasa hidup kerap kali menunjukkan kemurtadan, antara lain menyebut Al-Qur’an sebagai kitab terporno di dunia.
..menurut keyakinan saya Mister Dur ini murtad karena dia telah mengatakan semua agama sama, padahal Allah mengatakan ’Innaddina 'indallahil Islam.’ Belum lagi perkataan dia soal Qur'an porno, dan pluralisme...
"Jadi, mengenai Mister Dur, menurut keyakinan saya Mister Dur ini murtad karena dia telah mengatakan semua agama sama, padahal Allah mengatakan ’Innaddina 'indallahil Islam.’ Belum lagi perkataan dia soal Qur'an porno, dan pluralisme. Orang yang berfaham pluralisme itu murtad karena pluralisme itu menganggap bahwasanya jika kita hidup bersama-sama, kita tidak boleh menggunakan syariat Islam,” jelas Ba’asyir sebagaimana dikutip muslimdaily.net.

Jadi, simpul Ba’asyir, orang yang berfaham pluralisme itu juga murtad, apalagi faham demokrasi. "Maka insya Allah pendapat saya, keyakinan saya Mr Dur itu murtad, tapi saya tidak memaksa orang berkata begitu. Itu insya Allah berdasarkan dalil-dalil yang kuat dan saya siap diskusi dengan tokoh NU, kyai atau siapa saja, saya tantang diskusi untuk persoalan ini, kalau perlu mubahalah,” tegas Ba’asyir.

Statemen Gus Dur murtad itu disampaikan oleh Ba’asyir karena beliau berulang kali ditanya jamaah pengajian mengenai fenomena orang-orang yang mengkultuskan Abdurrahman Wahid ini.

Para pembela dalam polemik Gus Dur Murtad

Sepekan setelah muslimdaily.net menampilkan statemen Gus Dur murtad, reaksi berdatangan dari beberapa kalangan nahdiyin. Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) sangat menyayangkan statmen Abu Bakar Ba'asyir soal Gus Dur murtad. Hal tersebut dikatakan Ketua PB PMII Andien Joharudin, Minggu (10/1/2010) di Matraman, Jakarta.

"Kami sangat sayangkan statmen provokatif beliau, di mana semua agama dan negara sedang kehilangan sosok Gus Dur, beliau malah membuat suasana duka menjadi ricuh," katanya.

PB PMII akan mengambil tindakan jika Abu Bakar Ba'asyir terus mengeluarkan statmen provokatif.

"Untuk pertama kita akan mengajak dialog dengan beliau jika masih mengeluarkan nada provokatif," tandas Andien.
..Sebaiknya, jika mereka benar-benar mengagumi Gus Dur, jangan tempuh jalur kekerasan. Jadikanlah dialog ilmiah sebagai titik temu perbedaan. Jika tak mampu berdialog ilmiah, biarkan saja dan jangan dipikirin. Ingat kata Gus Dur: Gitu aja kok repot!...
Beberapa pemuda NU Tangerang, memiliki langkah yang berbeda dengan sikap PB PMII yang akan menempuh jalur dialog dan argumentasi ilmiah untuk mengklarifikasi statemen tentang Gus Dur murtad.

Mereka mengangap pernyataan Abu Bakar Ba’asyir sama saja telah menghina warga NU. Bahkan menurut Nurdin, salah satu tokoh pemuda NU di Pondok Aren, Tangerang Selatan, mengatakan akan memboikot dan mengusir Abu Bakar Ba’asyir di datang ke wilayah Tangerang, khususnya Tangerang Selatan.

"Kita akan mengusir Abu Bakar Ba’asyir kalau menginjak wilayah Tangerang Selatan," katanya, Sabtu (9/1/2010).

Pernyataan Nurdin ini memang agak menggelikan. Sebagai orang yang mengaku pengagum dan pendukung Gus Dur, tak selayaknya mereka menempuh jalur premanisme ketika menyikapi sebuah perbedaan. Bukankah Gus Dur yang selama ini mereka kagumi selalu membela minoritas, dan pernyataan Ba’asyir itu adalah pernyataan minoritas di negeri ini?

Sebaiknya, jika mereka benar-benar mengagumi Gus Dur, jangan tempuh jalur kekerasan. Jadikanlah dialog ilmiah sebagai titik temu perbedaan. Jika tak mampu berdialog ilmiah, biarkan saja dan jangan dipikirin. Ingat kata Gus Dur, ”Gitu aja kok repot!”

Salah satu alasan Gus Dur disebut murtad, karena pernah menyebut Al-Qur’an Porno

Nampaknya, polemik kemurtadan Gus Dur dari Islam ini menambah daftar kontroversi dalam hidup dan matinya.

Bukti terkuat yang dijadikan argumen para ulama dan kiyai untuk menyebut Gus Dur murtad adalah statemen Gus Dur di radio 68H yang menyebut Al-Qur’an sebagai kitab suci yang paling porno di dunia.

Buntut dari pernyataan itu, lebih dari 500 ulama dan kiyai se-Jawa dan Madura, mengadukan Gus Dur ke Mabes Polri. Pengaduan ratusan kiyai ini tercatat dengan nomor TBL/99/VI/2006/Siaga I tertanggal 13 Juni 2006 (http://www.kapanlagi.com/h/0000120135_print.html).
..Buntut dari pernyataan itu, lebih dari 500 ulama dan kiyai se-Jawa dan Madura, mengadukan Gus Dur ke Mabes Polri...
Dalam pengaduannya di Mabes Polri, ratusan ulama itu diwakili oleh KH Ahmad Chamid Baidhowi, pengasuh Pondok Pesantren Al-Wadah, Rembang, Jawa Tengah. Ia didampingi tiga penasihat hukumnya yakni Sugito, Adnan Assegaf dan Asad Yusuf.
Dalam laporan ini, Gus Dur dituduh melanggar pasal 156A KUHP tentang penistaan agama. Sebagai buktinya, Kyai Baidhowi  melampirkan kutipan surat kabar yang memuat pernyataan Gus Dur bahwa Al-Quran merupakan kitab suci paling porno di dunia.   Dalam koran  tertanggal 16 April 2006 tersebut Gus Dur menyebut Al-Qur’an sebagai kitab yang paling porno di dunia karena ada ayat yang memuat anjuran untuk menyusui bayi. Menyusui itu, menurut Gus Dur, merupakan bentuk porno karena memperlihatkan payudara.
Selain itu, Kyai Baidhowi  juga menyerahkan salinan tanda tangan lebih dari 500 ulama se Jawa-Madura yang juga mengecam pernyataan Gus Dur.
Tudingan GusDur yang menyebut Qur’an porno itu telah ditanggapi banyak penulis. Al-Ustadz Hartono Ahmad Jaiz dalam buku ”Al-Qur’an Dihina Gus Dur,” secara komprehensif menuangkan asal-usul tudingan Gus Dur hingga kesalahan dan jawabannya berdasarkan pendapat para ulama Salafus Shalih yang diambil dari berbagai kitab Tafsir dan Hadits Nabi.
Di bagian akhir, Ustadz Hartono secara khusus mengutip fatwa para ulama terhadap orang yang mengolok-olok Allah SWT, Al-Qur’an dan Agama Islam (halaman 9-110).  Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya, ”Ada orang yang mengolok-olok atau menghina Allah, ayat-ayat-Nya (Al-Qur’an) dan Rasul-Nya. Apa hukumnya?”
Syaikh Utsaimin menjawab: ”Perbuatan ini, walaupun dilakukan dengan bersenda-gurau, banyolan dan lelucon, maka itu adalah perbuatan kafir dan munafik. Tidak boleh seseorang mempermainkan Al-Qur’an, memperolokkannya, menertawakannya dan menghinakannya. Kalau ada orang yang melakukannya, maka dia jadi kafir karena dia menunjukkan penghinaan kepada Allah, para Rasul, Kitab Suci dan Syariat-Nya.”
Salah satu ayat yang dijadikan argumen oleh Syaikh Utsaimin adalah Al-Qur’an surat  At-Taubah 65-66: ”Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok? Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman.”
Tak hanya ulama dan kiyai saja yang menyoal tuduhan Al-Qur’an porno yang ditudingkan Gus Dur. Para muallaf yang mantan Kristen pun beramai-ramai membantah tudingan Gus Dur. Salah satu muallaf yang meluruskan tudingan Gus Dur adalah Wencelclaus Insan LS Mokoginta. Muallaf berdarah Cina-Manado ini menulis buku ”Mana yang Porno, Alkitab ataukah Al-Qur’an?” yang diterbitkan oleh Pustaka Birrul Walidain (Juni, 2006).
..Tidak boleh seseorang mempermainkan Al-Qur’an, memperolokkannya, menertawakannya dan menghinakannya. Kalau ada orang yang melakukannya, maka dia jadi kafir...
Kini jasad Gus Dur sudah berkalang tanah. Sebelum Izrail mencabut nyawanya, Gus Dur belum sempat mencabut pernyataan Al-Qur’an Porno. Gus Dur juga belum pernah menulis buku jawaban balik terhadap buku-buku yang  menyoal statemen Al-Qur’an Porno. Sehingga publik menilai uraian buku tersebut benar.

Walhasil, kita pasrahkan sepenuhnya kepada Allah Yang Mahatahu dan Mahaadil,. Bila benar bahwa Gus Dur menghina Al-Qur’an sebagai kitab suci terporno di dunia, biarlah Allah yang membalasnya dengan balasan yang tak kalah menghinakannya daripara penghinaan Gus Dur.
Tapi jika Gus Dur tak bermaksud menghina Al-Qur’an, publik bertanya-tanya, mana bantahannya, dan kapan beliau mencabut pernyataannya? Untuk meminta klarifikasi langsung kepada Gus Dur, apa maksud dan keyakinannya ketika menyebut Al-Qur’an Porno, pintu sudah tertutup. Karena kini, di alam kuburnya, Gus Dur tak perlu klarifikasi amal dan ucapannya kepada manusia. Klarifikasinya hanya disampaikan kepada Munkar dan Nakir, sang malaikat qubur. [taz/dari berbagai sumber]

Syarah Hadits Ka'b Bin Malik. r.a.


Duhai Seandainya Saya Melakukannya (Berjihad)

Duhai seandainya saya melakukannya (berjihad). Ucapan ini dilontarkan dengan penuh penyesalan oleh sahabat senior, Ka'b bin Malik r.a. ketika beliau tertinggal (tidak ikut) berjihad dalam Perang Tabuk. Perang Tabuk merupakan perang terakhir yang diikuti oleh Rasulullah SAW., dan tidak ikut dalam perang tersebut merupakan dosa besar yang memalukan. Perkataan Ka'b ini (mungkin) juga diucapkan orang-orang yang hingga kini belum pergi berjihad padahal dia tahu hukumnya wajib. Lalu, masihkah ada waktu sebelum terlambat, sehingga kita tidak hanya mengatakan 'Duhai seandainya saya melakukannya (berjihad)?
Syarah Hadits Ka'b Bin Malik. r.a.
Mengapa hingga saat ini masih ada orang yang duduk-duduk saja tidak berangkat berjihad padahal hukumnya telah fardhu 'ain? Apa yang melatarbelakangi keengganan seseorang untuk berangkat berjihad membela agama Allah SWT ?
Syekh Usamah bin Ladin, dalam sebuah video yang dikeluarkan oleh As Sahab Media (diterjemahkan oleh Forum Jihad Al Tawbah), berjudul: "Muhadhoroh Hadits Ka'b bin Malik Pada Perang Tabuk", Peringatan Bagi Mereka Yang Duduk Tidak Berjihad (Qo'idun), menjelaskan bahwa beliau telah mempelajari siroh Rasulullah SAW, dan dalam hal ini maka kisah Ka'b bin Malik dalam peristiwa Perang Tabuk sebagaimana telah diriwayatkan haditsnya oleh Shahihain (Bukhari dan Muslim) serta yang lainnya sangat cocok untuk menjadi renungan umat di saat ini.
Dalam hadits yang panjang dan agung ini, sahabat Ka'b bin Malik, mengaku dan berterus terang tentang tabiat jiwa manusia dan lemahnya jiwa manusia. Untuk itu, mari kita mentadaburi kejujuran dan keterusterangan sahabat yang mulia ini sehingga kita bisa tahu bagaimana tabiat orang-orang yang duduk tidak berangkat berjihad.
Syekh Usamah melanjutkan dan berpesan agar kita berusaha mengobati jiwa kita, dan menasehati jiwa kita, saudara-saudara dan ulama kita dan kita berharap kepada Allah SWT agar sudi kiranya mengembalikan kita dengan pengembalian yang baik.
Video muhadhoroh Hadits Ka'b bin Malik dibuka dengan tayangan ayat Al Qur'an Surat At Taubah (9) ayat: 117 s/d 121 dengan latar belakang pegunungan Afghanistan. Kemudian langsung terlihat Syekh Usamah dengan tampilan khas beliau, bersurban, dengan latar belakang dinding bilik yang sangat sederhana. Dengan suara lembut, penuh perasaan beliau memulai muhadhoroh tentang syarah hadits Ka'b bin Malik berkenaan atau dalam peristiwa Perang Tabuk
Beliau membuka muhadhoroh dengan mengingatkan bahwa yang dibahas adalah tentang umat ini, terutama kondisinya yang parah karena berada di bawah kekuasaan orang-oang kafir yang menerapkan hukum-hukum selain hukum Allah SWT. Palestina telah 8 dekade dikuasai oleh nasrani dan kemudian yahudi.
Dan telah berlalu 10 tahun pendudukan salibis yang dipimpin Amerika. Mereka menduduki Masjidil Harom, negeri dua tanah suci (biladul haromain)
Dalam kondisi seperti ini ironisnya masih saja ada yang bingung dan belum tergerak hatinya untuk membela La ilaha ilallah. Bahkan ada yang berpendapat boleh saja mereka berdiam diri dan berpangku tangan dalam kondisi seperti ini.
Untuk itu, dalam kondisi yang demikian, umat perlu mencari kembali jalan yang terang dan jelas untuk bersikap, dan jalan itu tiada lain hanyalah dengan melihat bagaimana kehidupan para sahabat r.a.yang dengan itu kebenaran menjadi jelas daripada kebatilan.
Ka'b Bin Malik 'Tertinggal' Dalam Perang Tabuk ?
Ka'b bin Malik r.a bercerita tentang Perang Tabuk yang tidak diikutinya. Padahal ia adalah termasuk dari sahabat anshor yang pertama-tama masuk Islam. Ia termasuk yang hadir, menyaksikan dan berbai'at pada hari dilaksanakannya Bai'atul Aqabah. Bai'at agung yang menjadi pilar tegaknya daulah islam di Madinah.
Ia (Ka'b) menceritakan :
Saya tidak pernah absen dari setiap perang yang dipimpin Rasulullah SAW sama sekali, kecuali Perang Badar.
Ia termasuk yang menikmati perang dan mempersembahkan lehernya untuk membela La ilaha ilallah. Namun, manusia tetaplah manusia yang kadangkala digelincirkan syaitan, sekali waktu lemah dan tertipu oleh dirinya sendiri. Inilah yang diceritakan sahabat yang mulia ini.
Ia melanjutkan : Rasulullah SAW mengajak untuk berangkat perang pada saat hari panas menyengat.
Di saat orang-orang sedang 'qoilulah' (santai-santai) di bawah pohon-pohon korma mereka. Sementara itu, buah korma yang ada di pohon sudah mulai tampak matang.
Ia melanjutkan : waktu itu saya senang dengannya
Dalam artian ia menyenangi bernaung dan senang buah-buah korma tersebut. Inilah tabiat jiwa manusia, kita bisa membacanya pada orang-orang besar semacam mereka radillahu'anhum.
Syekh Muhammad Al Ghazali dalam bukunya Fiqhus Sirah menjelaskan mengenai terjadinya Perang Tabuk, dalam buku beliau yang berjudul "At Ta'ashshub wat Tasamuh Bainal Masihiyah wal Islam" sebagai berikut :
"...Dan gereja tidak tahan hidup jika di sampingnya terdapat pikiran lain yang tidak sesuai dengan cabang-cabang ajarannya yang sekecil-kecilnya..."
Romawi berpendirian harus dapat membendung Islam dan menghancurkan Islam di daerah utara Semenanjung Arabia dengan pukulan yang mematikan. Berita-berita mengenai persiapan Romawi yang hendak menyerang daerah Islam itu didengar oleh Rasulullah SAW di Madinah. Agama Nasrani, sejak menguasai Romawi, selalu mendukung niat agresif yang ada pada para pendetanya.
Tidak ada pilihan lain bagi Rasulullah SAW kecuali harus mengerahkan kekuatan kaum Muslimin untuk menangkal agresi yang mengancam keselamatan Islam. Ini perkara penting, perkara pembelaan terhadap La ilaha ilallah. Kita lihat, Islam sejak dulu (di bawah kepemimpinan Rasulullah SAW) selalu peka akan agresi yang hendak dilakukan kaum kafir kepada mereka. Baru terdengar kabar Romawi akan menyerang, umat Islam sudah bersiap diri untuk menghadang. Bagaimana perbedaannya kondisi tersebut dengan saat ini, dimana kaum kafir sudah menyerang di mana-mana, namun umat masih absen dari berjihad.
Kita kembali kepada kisah Ka'b yang pada waktu itu pun absen dari Perang Tabuk. Jika mereka saja (Ka'b) ada yang absen dari jihad, maka tidak heran apabila ada orang pilihan pada hari ini yang juga absent.
Saya lebih senang dan cenderung kepada pohon-pohon korma tempat berteduh. Ia berkata :
Sementara orang-orang mulai bersiap-siap dan saya pun mulai bersiap-siap. Waktu berlalu, hari pertama berlalu, dan saya belum menyiapkan apa-apa. Saya berkata, saya akan mempersiapkan itu semua besok, namun lagi-lagi belum ada satupun yang saya siapkan. Saya berkata pada diri sendiri (Syekh Usamah mengomentari : perhatikanlah peryataan nafsunya disini) : Saya berkata pada diriku sendiri, saya kuasa untuk berangkat bersama mereka. (Syekh Usamah melanjutkan komentarnya, si jiwa menipu pemiliknya, padahal ia biasa berjihad) Ia melanjutkan : Ini masalah sederhana, saya bisa berangkat. Saya berkata pada diriku sendiri saya bisa berangkat dan mampu melakukannya. Saya masih dalam keadaan semula sampai waktu perang semakin dekat. Rombongan menakutkan itupun berangkat, suatu rombongan agung. Komandannya Muhammad SAW, diiringi Abu Bakar, Umar, dan para sahabat yang mulia. Para ahli siroh memperkirakan mereka 30 ribu sahabat radiallahu'anhum.
Tipu Daya Jiwa & Beratnya Perang Tabuk
Di sini seorang Muslim harus mengetahui tipu daya jiwa. Berapa banyak orang yang duduk, berapa banyak orang yang berpangku tangan dari membela La ilaha ilallah tertipu oleh jiwanya. Seandainya ia (yang tertipu jiwanya) mau pergi berjihad, maka pasti ia akan berangkat. Seandainya bapaknya, pemimpinnya, atau yang menunjuknya menginginkan dia berangkat, maka pasti ia akan berangkat. Namun untuk maslahat Islam ia malah tidak berangkat. Ini adalah sebuah ketertipuan yang nyata dan jelas.
La hawla wa laa quwwata illa billah.
Sahabat ini tertipu oleh jiwanya padahal ia telah berpengalaman dalam peperangan dan pertempuran. Kaum anshor adalah "Abnaaul Huruub" (terbiasa dengan perang dan bertempur). Mereka mewarisi kebiasaan itu dari orang tua-orang tua mereka. Namun, ia bisa tertipu oleh jiwanya (nafsu). Lalu bagaimana dengan orang yang belum pernah berangkat perang sama sekali ?
La hawla wa laa quwwata illa billah.
Akan sangat mudah bagi jiwa untuk menipu pemiliknya. Mereka hidup dalam kehidupan yang sulit, tidak ada listrik, tidak ada AC dan tidak ada apa-apa. Buah kurma yang kelihatan mau masak di pohon korma membuatnya lebih cenderung pada duniawi. Lalu bagaimana dengan orang-orang yang longgar dalam hal-hal yang mubah sampai malah berlebihan. Mereka tenggelam dalam kemewahan, bicarakanlah dan engkau tidak berdosa.
La hawla wa laa quwwata illa billah.
Bagaimana bisa mereka tidak tertipu jiwanya kecuali orang-orang yang dikehedaki oleh Allah SWT selamat. Orang-orang telah berangkat, sementara Ka'b jatuh ke dalam dosa yang sangat besar dan memalukan. Duduk tidak ikut membela La ilaha ilallah. Duduk tidak ikut membela tauhid dan aqidah. Merasa berat karena kenikmatan kehidupan dunia yang pada waktu itu masih sangat sedikit.
Perang Tabuk memang sebuah perang yang sangat menguji keimanan seseorang. Udara waktu itu panas. Dalam beberapa atsar lain di Tabuk, Umar r.a. berkata :
Jika salah seorang dari kita keluar menuju kendaraannya lehernya terasa mau putus karena saking panasnya.
Masih menurut Syekh Muhammad Al Ghazali dalam bukunya Fiquh Siroh, persiapan untuk maksud tersebut (Perang Tabuk) bertepatan dengan  musim paceklik dan kemarau panjang. Selain itu dibutuhkan kerja keras dan biaya yang besar sekali untuk menghadapi kekuatan kufur Romawi.
Romawi pada saat itu adalah sebuah kekuatan super power, sebuah kekuatan negara yang wilayahnya membentang di beberapa benua, negara yang memiliki sumber tenaga dan kekayaan luar biasa besarnya.
Pasukan kaum Muslimin sendiri dinamakan dengan Jaisul Usrah (Pasukan yang Menghadapi Kesukaran)
Firman-firman Allah SWT yang turun berkenaan dengan Perang Tabuk yang terjadi dalam suasana serba sulit, merupakan ayat-ayat terpanjang dibanding dengan ayat-ayat lain yang berkaitan dengan peristiwa peperangan antara kaum Muslimin dan musuh-musuhnya.
Syekh Usamah bin Ladin melanjutkan penjelasannya dalam syarah hadits Ka'b. Lalu apa kata para pencinta dunia ? Apa kata mereka ?
"Mereka berkata : "Janganlah kamu berangkat (pergi berperang) dalam panas terik ini. Katakanlah : "Api neraka jahannam itu lebih sangat (panas)nya, jika mereka mengetahui." (QS At Taubah (9) : 81)
Setelah itu, ketika ia (Ka'b) tertinggal rombongan perang. Ka'b berkata :
Saya ingin menyusul mereka namun itu tidak ditakdirkan untukku. Ia melanjutkan :
Duhai seandainya saya melakukannya
Syekh Usamah kemudian berpesan :
Wahai hamba Allah gunakan kesehatanmu. Manfaatkan waktu luang dan masa mudamu. Inilah medan-medan surga telah terbuka lebar. Rasulullah SAW bersabda :
"Sesungguhnya pintu-pintu surga terletak di bawah naungan pedang."
Ketika Abu Musa Al Asy'ari r.a. mengatakan hadits ini, ada seseorang bertanya :
Wahai Abu Musa apakah engkau mendengar hadits ini dari Rasulullah SAW., ? lihatlah sahabat ini menanyakan kejelasan hadits ini untuk mengamalkannya, bukan hanya untuk memperbanyak ilmu. Ini karena ilmu membutuhkan amal. Ia ingin menyakinkan bahwa hadits ini adalah shahih.
Abu Musa menjawab : Ya. Ia pun berlalu menuju kaumnya, mengucapkan salam kepada mereka lalu mengambil sarung pedangnya kemudian ia patahkan, kemudian ia pergi berperang sampai terbunuh.
Inilah manhaj para sahabat yang mulia. Manhaj para pendahulu kita r.a.
Ka'b bin Malik kembali berkata :
Duhai seandainya saya melakukannya
Diriwayatkan bahwa ada seorang ulama sholeh sedang menghadapi sakaratul maut, sedang ia berada di atas tempat tidur kematiannya. Kedua matanya meneteskan air mata, sedang ia adalah termasuk orang yang bertaqwa dan berilmu. Ia ditanya : Apa yang membuatmu menangis ? Sambil melihat kedua telapak kakinya ia menjawab : Saya menangis karena kedua telapak kakiku belum pernah terkena debu di jalan Allah SWT.
Kalian tahu hadits shahih dari Rasulullah SAW :
"Kedua telapak kaki seorang hamba yang terkena debu di jalan Allah tidak akan disentuh api neraka."
Allahu Akbar!
Suatu ibadah, hanya dengan menyentuh debunya saja bisa bisa melindungimu dari api neraka. Bagaimana dengan orang yang keluar dengan jiwanya dan hartanya dan tidak kembali lagi dengan keduanya. Maka itu adalah sebaik-baiknya amalan.
Kembali kepada situasi sahabat Ka'b, yang akhirnya tertinggal rombongan perang mulia tersebut. Dia tidak menemui yang ada di Madinah kecuali orang-orang yang munafik dan orang-orang yang memang memiliki udzur untuk tidak turut berperang.
Ketika Rasulullah SAW., sampai di Tabuk, beliau bersabda : "Apa yang dilakukan Ka'b bin Malik ? Beliau ingat kepadanya. Seseorang dari Bani Salamah menjawab : "Ia disibukkan oleh kedua pakaiannya dan karena menuruti perasaannya."
Beliau membicarakannya karena ia berpangku tangan dari pembelaan dien dan menjadikan dirinya di tempat yang tidak selayaknya untuk orang beriman, yakni berpangku tangan tidak membela dien.
Mu'adz bin Jabal r.a. menanggapi (kementar tersebut) berkata : "Buruk sekali omonganmu. Demi Allah, wahai Rasulullah, kami tidak tahu tentangnya kecuali kebaikan."
Ibnu Hajar mengomentari perkataan seseorang dari Bani Salamah tersebut : "Apa yang telah saya katakan kepada kalian bahwa orang yang berpangku tangan dari jihad telah menjadikan pembenaran bagi orang-orang untuk mencela dirinya, karena membela dien adalah termasuk kewajiban yang paling agung.
Dalam Perang Tabuk ini, ada juga sahabat yang bernama Abu Khoitsamah, yang juga hampir tertinggal mengikuti perang sebagaimana Ka'b bin Malik. r.a. Ia tiba, setelah semua orang berjalan, dan dia menyusul sendirian, meninggalkan qoidun (orang-orang yang duduk di belakang tidak berjihad). Hampir saja syetan menyelewengkannya, padahal Beliau termasuk sahabat yang mulia.
Ibnu Hajar dalam Fathul Bari menyebutkan perkataan ulama ahli maghazi (peperangan) mengenai kisah Abu Khoitsamah. Abu Khoitsamah berkata :
"Saya masuk ke rumahku lalu saya melihat pondokan yang telah diciprati air. Padahal betapa bagusnya pondokan yang disirami air di musim panas. Saya melihat pondokan yang telah diciprati air dan saya melihat istriku. Terus aku berkata : 'Demi Allah ini tidak adil, Rasulullah SAW di bawah matahari terik dan kepanasan, sedangkan saya disini saya berteduh dan bersenang-senang. Ia pun mengambil tunggangannya dan sedikit kurma lalu berjalan hingga menyusul Rosul SAW.
Masya Allah, Allahu Akbar...!
Penyesalan, Kejujuran, Boikot, dan Tobat Ka'b bin Malik
Ka'b bin Malik melanjutkan kisahnya. Ketika Rasulullah SAW kembali dari Perang Tabuk, saya dilanda kesedihan yang mendalam dan kedukaan. Saya berkata : 'Dengan apa saya menemui Beliau?'
Kemudian saya mendatangi Beliau lalu Beliau tersenyum dengan senyum kemarahan. Beliau SAW., marah kepada Ka'b. Ka'b berkata : Beliau berpaling dariku. Ka'b lalu berkata : Aku tidak berlaku nifaq, aku tidak ragu-ragu, dan aku tidak mengganti agamaku, lalu apa yang membuatmu marah. Rasulullah SAW., kemudian menjawab :
"Apa yang membuatmu absen ?"
Sebuah pertanyaan dimana orang-orang juga akan ditanyakan demikian. Apa yang membuat absen dari membela La ilaha ilallah ?
Kemudian Ka'b mengaku dan berterus terang kepada Rasulullah SAW., dimana sikap Ka'b ini bisa menjadi ibroh bagi yang memiliki akal.
Saya berkata : Wahai Rosul, demi Allah, seandainya saya duduk di samping selain Anda dari para pencinta dunia, pasti aku akan keluar terbebas dari kemurkaannya dengan berbagai alasan.
Ka'b melengkapi : Sungguh saya diberikan kemampuan berdebat
Banyak orang sekarang yang memiliki kemampuan berdebat. Kemudian mereka palingkan kewajiban jihad yang saat ini hukumnya telah fardhu 'ain, dengan mengatakan bahwa sekarang belum waktunya. Lalu kapan waktunya ?
Ka'b melanjutkan : Sungguh saya diberikan kemampuan berdebat, namun demi Allah saya tahu, jika saya sekarang memberi tahu Anda dengan kebohongan yang membuat engkau ridho dengan alasanku, hampir-hampir Allah akan membuat engkau murka kepadaku.
Ka'b melanjutkan : jika aku menceritakan sejujurnya, engkau dapati aku di dalamnya. Dengan kejujuran itu aku berharap balasan dari Allah SWT. Ka'b mengatakan : Demi Allah saya tidak punya udzur.
Rasulullah SAW., bersabda :
"Sungguh orang ini telah berlaku jujur."
Padahal sebelumnya Ka'b berkata : "Saya teringat akan berdusta."
Syekh Usamah menjelaskan, jiwa itu punya celah-celah kelemahan yang banyak sekali, padahal syetan itu mengalir di pembuluh darah manusia. Kita berlindung kepada Allah SWT., darinya. Dan karena kejujurannya inilah Allah SWT., menyelamatkan Ka'b.
Lalu bagaimana dengan kondisi sekarang, dimana standar timbangan manusia sudah terbalik. Mayoritas manusia duduk berpangku tangan dari jihad. Sedikit sekali yang mau mengambil pelajaran dan ingat.
Kemudian datang perintah untuk memboikot, mengucilkan Ka'b dan dua sahabat lain yang absen dari Perang Tabuk. Mengucilkan orang-orang yang duduk berpangku tangan dari membela La ilaha ilalllah.
Ka'b melanjutkan : "Maka bumi menjadi terasa asing bagiku. Seolah-olah ia bukan bumi yang sudah aku kenal dan jiwaku sendiri terasa asing. "
Syekh Usamah mengatakan : sebenarnya ketidakhadiran 3 orang sahabat diantara 30 ribu pasukan dalam Perang Tabuk tidak berpengaruh sama sekali kepada pasukan. Namun ini bukan masalah pengaruh atau tidak berpengaruh, karena urusan ini sudah sampai masuk ke dalam hati. Yakni mengapa tidak mau hadir dalam membela agama Allah SWT. Ini merupakan amanah yang ada di pundakmu dan kewajibanmu yang seharusnya kamu laksanakan.
Kembali kepada Ka'b. Setelah 40 hari, datang seorang utusan Rasulullah SAW., datang kepadanya.  Ia berkata : "Rasulullah SAW memerintahkan kepadamu, Tinggalkan istrimu."
Ka'b berkata kepada istrinya : "Pulanglah ke keluargamu sampai Allah memutuskan urusan kita."
Dua teman Ka'b menangis selama 40 hari. Salah seorang sahabat yang bernama Hilal bahkan sudah terkategorikan tua dan lemah. Namun Rasulullah SAW tetap tidak memberikan dispensasi kepadanya, untuk absen dalam jihad, membela agama Allah SWT.
Lalu bagaimanakah dengan kondisi umat Islam saat ini ? yang tidak memiliki uzur ? yang tidak tua dan lemah, mereka masih kuat, sehat, dan berkecukupan. Lalu mengapa mereka masih juga absen dalam jihad
Ka'b berkata : Ketika saya sedang duduk, dalam keadaan yang sudah saya sebutkan, tiba-tiba ada suara yang sampai kepadaku dengan nada memberi kabar gembira. Ada seorang laki-laki setelah turun taubat atas Rasululllah SAW.
Seorang lelaki naik ke bukit Salwa berteriak dengan suaranya yang paling keras, memberi kabar gembira kepada Ka'b.
Ka'b berkata : "Maka saya tersungkur sujud. Sambil menangis karena gembiranya taubatnya diterima Allah SWT."
Ka'b berkata : Wahai Rasulullah, sebagai bagian dari tobatku saya akan melepas semua hartaku. Rasulullah SAW menjawab agar dia hanya melepaskan 1/3 hartanya saja.
Ibroh Kisah Ka'b Bin Malik
Kini, kita tidak diminta untuk melepas seluruh harta kita, padahal ia milik Allah SWT. Lalu mengapa kita belum juga pergi berjihad, apa lagi yang menipumu ? Padahal telah sampai kepadamu hadits-hadits yang menjelaskan keutamaan ibadah jihad. Kisah Ka'b dan kejujurannya ini adalah ibroh atau teladan bagi ummat saat ini agar memeriksa jiwanya dan mengatasinya, serta mengembalikannya pada kebenaran.
Kini, hendaklah kaum Muslimin melihat di manakah posisinya sekarang, dan siapkah dia dengan sebuah pertanyaan.
"Apa yang membuatmu absen berjihad?"
Bagaimana bisa seseorang yang mengaku mencintai Rasulullah SAW, mengaku mengikuti manhajnya, namun belum pernah berjihad di jalan Allah SWT., sekalipun?
Di jaman ini, di saat hukum jihad fardhu 'ain, bagaimana bisa kita mengambil fatwa atau fiqh jihad dari orang yang hanya duduk-duduk saja dan tidak pernah berjihad ?
Fiqih jihad, sebagaimana dikatakan oleh Syekhul Islam Ibnu Taimiyyah, beliau adalah seorang 'Alim Robbani Mujahid, yang berangkat bersama jiwanya untuk memerangi Tartar. Ia berkata :
'Dalam masalah-masalah wajib yang berhubungan dengan jihad, (maksudnya fatwa dalam masalah jihad) seharusnya diambil dari ulama yang benar-benar ulama. Yaitu yang mengerti realitas dunia (yang diantaranya adalah masalah jihad) bukan berdasarkan pandangan orang yang memandang dengan dien secara lahir dan juga bukan berdasarkan ulama yang tidak punya ilmu tentang realitas keadaan dunia.
Syekh Usamah memberikan contoh, saat ini banyak orang berargumen bahwa kita tidak mampu untuk menghadapi AS dan bala tentaranya. Kemudian berfatwa tidak atau belum wajib untuk berjihad. Padahal sebagaimana disebutkan oleh Syekh Ibnu Qoyyim Al Jauziyah dalam kitabnya bahwa syarat orang berfatwa adalah dua hal yakni pertama faham fakta dan yang kedua faham nash untuk dikaitkan dengan fakta.
Perhatikanlah ayat-ayat berikut :
"Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang dikatakan kepada mereka : "Tahanlah tanganmu (dari berperang), dirikanlah sholat dan tunaikanlah zakat!" Setelah diwajibkan kepada mereka berperang, tiba-tiba sebahagian dari mereka (golongan munafik) takut kepada manusia (musuh), seperti takutnya kepada Allah, bahkan lebih sangat dari itu takutnya. Mereka berkata " Ya Tuhan kami, mengapa Engkau wajibkan berperang kepada kami ?" Mengapa tidak Engkau tangguhkan (kewajiban berperang) kepada kami beberapa waktu lagi?" Katakanlah : "Kesenangan dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertaqwa dan kamu tidak akan dianiaya sedikit pun." (QS An Nisaa' (4) : 77)
Lalu Allah menjawab secara tegas dalam ayat berikutnya :
"Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan : "Ini adalah dari sisi Allah", dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan :" Ini (datangnya) dari sisi Kamu (Muhammad)". Katakanlah: "Semuanya (dating) dari sisi Allah". Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikit pun?" (QS An Nisaa' (4) : 78)
Syekh Usamah menutup kajiannya dengan mengutip syair dari sahabat Ja'far, r.a. dan syair tentang Baitul Maqdis dan Ka'bah Musyarofah.
Duhai indah dan dekatnya surga, enak dan sejuk minumannya
Romawi telah mendekati siksaannya
Jika aku menemuinya saya harus menghantamnya..........
Penduduk Palestina merasakan gelas-gelas kesedihan
Sedangkan luka di Hijaz tidaklah kecil bagimu
Bukanlah putera-putera Islam itu kecuali orang-orang yang mulia
Dengan lukamu, musibah itu memaksa untuk menganggapnya kecil
Akan tetapi mereka...Akan tetapi meskipun terluka, keyakinan mereka
(tetap) besar (optimis) dengan kembalinya khilafah yang mulia
Sungguh mereka telah bersumpah...sungguh merka telah bersumpah dengan (nama) Allah bahwa jihad mereka akan tetap jalan meskipun Kisra (Persia) dan Qoyshar (Romawi) bersatu
Maka dalam kondisi saat ini, apakah layak dan patut kaum Muslimin berpangku tangan duduk-duduk saja meninggalkan jihad ?
Wallahu'alam bis showab!


Apakah Anak Zina Bisa Masuk Surga?


Yang dimaksud dengan anak zina adalah anak yang dilahirkan dari hasil perzinahan. Dalam pandangan bangsa Arab, kedudukan anak zina begitu sangat hina. Begitu juga yang dijelaskan oleh hadits Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, "Anak zina itu menyimpan 3 keburukan.?(HR. Ahmad dan Abu Daud)
Sebagian ulama menjelaskan, maksudnya dia buruk dari aspek asal-usul dan unsur pembentukannya, garis nasab, dan kelahirannya. Penjelasannya, dia merupakan kombinasi dari sperma dan ovum pezina, satu jenis cairan yang menjijikkan (karena dari pezina) sementara gen itu terus menjalar turun temurun, dikhawatirkan keburukan tersebut akan berpengaruh pada dirinya untuk melakukan kejahatan. Dalam konteks inilah, Allah menepis potensi negatif dari pribadi Maryam dengan firmaNya.
يَا أُخْتَ هَارُونَ مَا كَانَ أَبُوكِ امْرَأَ سَوْءٍ وَمَا كَانَتْ أُمُّكِ بَغِيًّا
"Ayahmu sekali-kali bukanlah seorang penjahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang penzina." (QS. Maryam : 28)
Walaupun demikian adanya, dia tidak dibebani dosa orang tuanya. Allah subhanahu wa Ta'ala berfirman.
وَلَا تَكْسِبُ كُلُّ نَفْسٍ إِلَّا عَلَيْهَا وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى
"Dan tidaklah seorang membuat dosa melainkan kemudaratannya kembali kepada dirinya sendiri; dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain." (QS. Al An'am: 164)
Pada prinsipnya, dosa dan sanksi zina di dunia dan akhirat hanya ditanggung  oleh orang tuanya. Tetapi dikhawatirkan sifat bawaan yang negatif itu akan terwarisi dan akan membawanya untuk berbuat buruk dan kerusakan. Namun hal ini tidak selalu menjadi acuan, kadangkala Allah akan mempebaikinya sehingga menjadi manusia yang alim, bertakwa lagi wara, dengan demikian menjadi satu kombinasi yang terdiri atas tiga komponen yang baik." Wallahu a'lam. (Disarikan dari Fatawa Ibn Jibrin dalam Fatawa Islamiyah 4/125)
Pada prinsipnya, dosa dan sanksi zina di dunia dan akhirat hanya ditanggung  oleh orang tuanya. Tetapi dikhawatirkan sifat bawaan yang negatif itu akan terwarisi dan akan membawanya untuk berbuat buruk dan kerusakan.
Fatwa Lajnah Daimah
Al-Lajnah Ad-Daimah pernah ditanya tentang nasib anak zina, apakah dia bisa masuk surga jika menjadi hamba yang bertakwa?
Maka Lajnah menjawab: Anak hasil zina bisa masuk surga jika meninggal di atas Islam. Sementara statusnya sebagai anak hasil zina tidak menghalanginya untuk masuk surga, karena itu bukan perbuatannya, tapi perbuatan orang lain.
Anak hasil zina bisa masuk surga jika meninggal di atas Islam. Sementara statusnya sebagai anak hasil zina tidak menghalanginya untuk masuk surga, karena itu bukan perbuatannya, tapi perbuatan orang lain.
Dalam jawaban yang lain, berkaitan dengan statusnya, dia seperti halnya orang lain. Kalau taat kepada Allah, beramal shalih dan mati dalam keadaan Islam, maka mendapat surga. Sedang, jika bermaksiat dan mati dalam keadaan kafir maka dia termasuk penghuni neraka. Dan jika mencampuradukkan antara amal shalih dan amal buruk serta mati dalam keadaan Islam maka statusnya di bawah masyi-ah Allah (terserah kepada Allah); bisa mendapat pengampunanNya atau dihukum di neraka terlebih dahulu sesuai dengan kehendakNya. Namun tempat kembalinya adalah surga berkat karunia dan rahmat AllahSubhanahu wa Ta'ala.
Dia tidak ikut menanggung dosa, karena perbuatan zina dan dosa kedua orang tuanya. Sebab hal tersebut bukan perbuatannya, tetapi perbuatan kedua orang tuanya, karena itu dosanya akan ditanggung mereka berdua. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman.
لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ
"Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya." (QS. Al-Baqarah: 268)
Dia tidak ikut menanggung dosa, karena perbuatan zina dan dosa kedua orang tuanya. Sebab hal tersebut bukan perbuatannya, tetapi perbuatan kedua orang tuanya, karena itu dosanya akan ditanggung mereka berdua.
وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى
"Dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain." (QS. Al-An'am : 164)
Dan berdasarkan keumuman firman Allah Ta'ala yang artinya "Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya." (QS. Ath-Thuur: 21)
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal shaleh, bagi mereka surga-surga yang penuh kenikmatan." (QS. Luqman: 8)
Hadits "Tidak akan masuk surga anak hasil zina." adalah maudlu' (palsu).
Sedangkan riwayat yang menyatakan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Tidak akan masuk surga anak hasil zina." Adalah tidak shahih. Bahkan, al- Hafidz Ibnul Jauzi dalam Al Maudlu'aat menyatakan hadits itu termasuk hadits maudlu' (palsu). (Fatawa no. 5123 dan Fatawa Islamiyah 4/522)
(PurWD/voa-islam.com)
Share this post..