Wasiat Terbaru Ustadz Abu Bakar Ba'asyir untuk Para Mujahid

22.1.10

"AHKLAK SALAF" dalam menghadapi godaan PENGUASA


Dari Al-A'masy diriwayatkan bahwa ia berkata: Dari Malik bin Harits, dari Abdurrahman bin Yazid diriwayatkan bahwa ia berkata: Kami pernah bertanya kepada Al-Aqamah: Kalau Anda shalat di masjid, lalu kami belajar kepada Anda, tiba-tiba Anda ditanya, bagaimana? Aku tidak suka kalau disebut: Ini yang bernama Al-Aqamah. Orang-orang bertanya lagi: Bagaimana jika Anda berkesempatan mendatangi para penguasa? Beliau menjawab: Aku takut kalau mereka mencela diriku lebih banyak daripada koreksi yang kuberikan kepada mereka.

Sulaiman At-Taimi berkata: Al-Ahnaf berkata: Ada tiga prinsip yang hanya kukatakan kepada orang yang mau mengambil pelajaran: Aku hanya memasuki pintu penguasa bila dipanggil, aku hanya mencampuri urusan dua orang yang berselisih bila aku dilibatkan, dan aku hanya mengatakan tentang kebaikan kepada orang yang telah duduk bersamaku.

Abdurrazzaq berkata: Aku pernah mendengar An-Nu'man bin Zubeir Ash-Shan'ani menuturkan bahwa Muhammad bin Yusuf atau Ayyub bin Yahya pernah mengutus seseorang untuk menemui Thawus dengan membawakan tujuh ratus atau lima ratus dinar. Maka kepada utusan itu dipesankan: Kalau Syaikh (Thawus) mengambilnya, maka sang Amier akan berterimakasih kepadamu dan akan menghadiahimu pakaian. Maka utusan itu segera menyerahakannya kepada Thawus Al-Janad. Utusan itu menghendaki agar Thawus sudi menerimanya. Namun ternyata beliau menolak. Ketika Thawus lengah, si utusan memasukkan uang itu ke lubang angin di rumah beliau. Kemudian utusan pergi dan mengatakan kepada orang banyak: Dia telah mengambilnya. Suatu saat, mereka mendengar kabar yang tidak mengenakkan dari Thawus. Maka sang Amir berkata: Kirim utusan lagi kepadanya, dan katakan kepadanya supaya mengambalikkan uang yang diberikan kepadanya. Maka utusan itupun mendatangi beliau dan berkata: Mana uang yang dikirimkan oleh Amier kami kepadamu? Beliau menjawab: Aku tidak pernah menerima uang darinya sedikitpun. Utusan itupun pulang, dan merekapun mengetahui bahwa apa yang dikatakannya benar. Maka mereka lalu mengutus orang yang diutus kepada beliau pertama kali. Di mana uang yang pernah kuberikan kepadamu? Tanyanya. Apakah aku pernah mengambil sesuatu darimu? Beliau balik bertanya. Ia menjawab: Memang tidak. Kemudian lelaki itu melihat ke tempat di mana ia meletakkan uang itu. Ia julurkan tangannya. Ternyata ia dapati pundi uang itu telah diselubungi sarang laba-laba. Maka iapun membawanya kembali kepada mereka.

Dari Ma'mar bin Sulaiman, dari Furaat bin As-Saib, dari Maimun bin Mihran diriwayatkan bahwa ia berkata: Tiga hal yang jangan sampai menimpa dirimu: Jangan kalian mendekati penguasa, meskipun kamu bisa mengatakan: 'Aku akan mengaturnya dalam ketaatan kepada Allah. Janganlah kamu mendengarkan ucapan Ahli Bid'ah. Karena kamu tidak menyadari ucapannya yang akan menempel di hatimu. Dan janganlah kamu masuk ke tempat seorang perempuan, meski kamu beralasan: Saya akan mengajarkannya Kitabullah

Katsier bin Yahya meriwayatkan dari ayahnya, bahwa ia berkata: Sulaiman bin Abdul Malik datang ke kota Madinah ketika Umar bin Abdul Aziz bertugas di sana. Ia shalat Dzuhur berjamaah di masjid kemudian membuka pintu kamar di masjid itu dan bersandar ke mihrabnya sambil menghadapkan wajahnya ke arah orang banyak. Tiba-tiba ia melihat Shafwan bin Sulaim. Ia bertanya kepada Umar: Siapa lelaki itu? Aku tidak pernah melihat orang yang lebih berwibawa daripada dia. Beliau menjawab: Itu adalah Shafwan. Maka Sulaiman berkata kepada pelayannya: Tolong ambilkan sekantung uang limaratus dinar. Setelah uang itu diambilkan, beliau berkata kepada pelayannya: Tolong berikan uang ini kepada orang yang sedang shalat itu. Pelayan itu segera mendekati Shafwan yang kala itu sedang shalat. Setelah salam, ia menengok ke arah pelayan itu dan bertanya: Ada yang bisa saya bantu? Si pelayan menjawab: Amirul Mukminin mengatakan, engkau bisa menggunakan uang ini untuk keperluanmu sewaktu-waktu dan untuk kebutuhan keluargamu. Ia berkata: Bukan aku orang yang diperintahkan Sulaiman untuk diberikan uang itu. Pelayan itu menegaskan: Bukankah Anda yang bernama Shafwan bin Sulaim? Ia menjawab: Betul. Kalau begitu, aku memang disuruh memberikan uang ini kepadamu. Ia kembali berkata: Coba pulang dan konformasikan lagi. Lelaki itupun berlalu. Shafwan segera mengambil sandalnya dan keluar dari masjid. Semenjak itu, ia tidak pernah terlihat lagi sampai Sulaiman keluar dari kota Madinah.

Al-Hasan bin Rabie' berkata: Ketika Ibnul Mubarak menghadapi sakaratul maut dalam sebuah perjalanan, beliau berkata: Aku rindu memakan bubur gandum. Kamipun mencarikannya, namun kami tidak mendapatkannya, kecuali milik seorang lelaki yang bekerja untuk penguasa. Ia bersama kami dalam satu perahu. Kami memberitahukan hal itu kepada Abdullah. Beliau berkata: Tak usah diambil. Akhirnya beliau meninggal dan belum sempat mencicipinya.

Dari Ahmad bin Jamil Al-Marwazi diriwayatkan bahwa ia berkata: Ada orang yang bercerita kepada Abdullah bin Al-Mubarak: Sesungguhnya Ismail bin Ulayyah telah diberi tugas untuk mengurus sedekah. Maka Ibnul Mubarak menulis surat kepadanya:

Wahai orang yang menjadikan ilmu hanya sebangsa elang, untuk digunakan menguras harta orang miskin,
Kamu telah membuat makar untuk dunia dan segala kenikmatannya dengan mengorbankan ajaran dien.
Jadilah engkau sebagai lelaki gila, padahal sebelumnya engkau menjadi penyembuh bagi orang-orang gila,
Di mana lagi letaknya hadits-hadits yang engkau riwayatkan dari Ibnu Aun dan Ibnu Sirin untuk disampaikan tentang bahayanya mendekati pintu penguasa?

Kalau engkau beralasan: Aku hanya dipaksa, bukanlah demikian adanya, sang pemandu ilmu bila terjebak di lumpur, setelah membaca kitab, ia menangis dan meminta dibebastugaskan.

Dari Suhnun diriwayatkan bahwa ia berkata: Mencari makan masih mungkin meskipun terhina, namun tidak mungkin mencari makan dengan menjual ilmu. Orang yang gila dunia itu buta, karena ia tidak memperoleh cahaya ilmu. Alangkah jeleknya seorang alim yang mendatangi para penguasa. Demi Allah, setiap kali aku mendatangi penguasa, ketika keluar dari tempatnya, pasti aku memeriksa diriku sendiri, ternyata diriku terkontaminasi. Kalian saksikan sendiri bagaimana aku menentang kehendak penguasa itu dan konsekuensi buruk apa yang aku dapatkan sebagai akibatnya? Sungguh aku tidak pernah menerima apapun dari mereka dan aku tidak pernah sekalipun mengenakan pakaian pemberian mereka.

Al-Anbari berkata: Aku pernah mendengar Al-Busyanji, bahwa ia mendengar Abu Shalih Al-Farra' bahwa ia mendengar Yusuf bin Asbaath menyatakan: Sufyan pernah berkata kepadaku: Kalau engkau mendapatkan seorang qari' yang berlindung kepada penguasa, ketahuilah bahwa ia adalah pencuri. Dan bila engkau melihat dirinya berlindung kepada orang-orang kaya, ketahuilah bahwa ia adalah tukang pamer. Waspadalah agar kamu tidak terpedaya dengan propaganda mereka kepadamu: Bukankah engkau berniat dan mengenyahkan kezaliman dan menolong orang-orang yang di zalimi? Sesungguhnya itu adalah tipu daya Iblis yang digunakan para qari' sebagai jembatan menuju harapan mereka

[Dikutip dari Ainu Nahnu min Ahlaqis Salaf edisi bahasa Indonesia Panduan Akhlak Salaf karya Abdul Aziz bin Nashir Al-Jalil Baha uddien 'Aqiel cetakan At-Tibyan-Solo]

SEBUAH REALITA YANG PAHIT


IBNU BAZ
ANTARA HAKIKAT DENGAN PRADUGA

Saya mendengarkan bersama jutaan anak-anak umat Islam dari siaran-siaran berita. Mereka menyiarkan lewat udara fatwa-fatwa ‘Abdul ‘Aziz Ibnu Baz, dia mengajak kaum Muslimin untuk sholat di Al-Masjid Al-Aqsho sedangkan ia juga membolehkan berniaga dan berinteraksi dengan israel.

Kemudian saya mendengar jawaban perdana menteri israel Yizaq Rabin terhadap Ibnu Baz seraya menyambut dan mengucapkan selamat kepada sang Fadhilatul Mufti.

Dan saya tidak merasa heran bila ucapan-ucapan seperti ini muncul dari laki-laki semacam itu [ yakni Ibnu Baz-ed ] sebagaimana yang di herankan oleh banyak manusia, karena saya terhadap orang itu memiliki pandangan yang masih terus saya pegang –walaupun banyak orang menganggap berlebihan terhadap pendapat saya ini-.
Dalam pandangan saya yang terbatas dan akal saya yang lemah, adalah tidak mungkin seorang laki-laki menyatukan sekaligus pada dirinya kepemimpinan dalam Dien ini dan tampil sebagai juru fatwa dan ta’lim dengan menduduki jabatan tertinggi di negara Dinasti Sa’ud, NEGARA BONEKA AMERIKA.

Bagaimana Dinasti Sa’ud memberi gigi kepada orang ini dan menempatkannya pada jabatan itu, sedangkan mereka itu adalah orang-orang yang paling patuh pada Amerika, kecuali keberadaan orang ini [ Ibnu Baz ] pada jabatan-jabatan itu adalah merupakan kepentingan yang paling mendasar bagi Dinasti Sa’ud yang menguasai negeri kaum muslimin dengan tajamnya pedang, dalam hal itu mereka tidak berbuat lembut dan basa-basi.

Seandainya terbesit dalam benak mereka sekali saja bahwa Syaikh ini mungkin menentang mereka atau mengancam kekuasaan mereka, tentu mereka akan menggunakan terhadapnya apa yang cukup untuk mendiamkannya berupa pemecatan sampai pembunuhan.
Dan sejarah Dinasti Sa’ud dalam hal itu bersama orang-orang yang menentang mereka adalah lebih masyhur untuk di sebutkan.

Tujuan saya dari ungkapan itu bukanlah ini [ hal di atas-ed], tapi tujuan saya adalah:
Bahwa Ibnu Baz dan kelompok yang ada di sekitarnya telah dijadikan oleh banyak orang sebagai panutan/tauladan dalam agama dan rujukan untuk Fatwa.
Mereka masih selalu merujuk kepada orang-orang itu [ Ibnu Baz & kelompoknya-ed ], kepada tulisan-tulisan mereka dan ucapan-ucapan mereka dalam urusan Dien yang paling urgent –yaitu urusan I’itiqod dan Tauhid- dan dalam –problematika kaum muslimin yang paling berbahaya- yaitu problematika pemerintah murtad yang mencengkram negeri-negeri kaum Muslimin.

Dan orang-orang yang mengikuti itu –walaupun selalu berbicara bahwa mereka itu terbebas dari taqlid madzhabiy- adalah manusia yang paling taqlid terhadap kelompok syaikh-syaikh itu, dan klaim ini melebar dan menyebar di tengah ribuan pemuda Muslim, sampai itu menjadi hal yang di terima begitu saja,
hingga kami melihat orang ‘Alim yang baik semacam Doktor Safar Al-Hawali saja berani mengatakan bahwa demokrasi itu bisa saja di pakai secara darurat untuk menyelamatkan negeri dari kekacauan seraya ia mengambil bukti dengan apa yang terjadi di Al-Jazair sembari bersandar dalam hal ini kepada ucapan Ibnu Baz !!! [ dalam kaset rekamannya no 4661, Tasjilat Al-Hidayah Al-Islamiyah Dammam, ceramah tanggal 23-6-1412H ],
padahal Safar Al-Hawali itu mantap dalam pengajaran ilmu Tauhid dan tulisannya bagus tentang sekularisme [tapi dia tergelincir sebab bersandar dengan ucapan Ibnu Baz itu ].
Bila saja ini adalah keadaan Safar Al-Hawali yang Ilmunya cukup luas dan pengorbanannya yang banyak dalam jalan dakwah, maka bagaimana dengan yang lainnya???.

Sungguh ribuan pemuda telah hidup sebagai tawanan bagi nama-nama yang mendengung ini –Ibnu Baz, Al-Utsaimin dan Abu Bakar Al-Jazairi- mereka mengikuti orang-orang ini atau minimal mereka tidak berani untuk menyelisihinya meskipun sangat besar kekeliruan Syaikh-syaikh itu dan sangat keji penyimpangan-penyimpangan mereka itu.

Saya merasa heran, bagaimana bisa manusia taqlid dalam Dien mereka kepada seorang laki-laki [Ibnu Baz -ed] yang tidak pernah berkorban di jalan Allah dan tidak di beri ujian di dalamnya,
bahkan tidak menerima gajinya kecuali untuk membela kepentingan-kepentingan para Thoghut !!!
maka bagaimana manusia bertanya kepadanya tentang leher-leher para thoghut, darah-darah mereka !!! dan pelenyapan kekuasaan mereka ???

SUNGGUH TELAH TIBA SAATNYA BAGI PEMUDA MUSLIM UNTUK MELEPASKAN DIRI DARI NAMA-NAMA YANG NYARING LAGI KOSONG ITU,
YANG TERUS MENERUS DALAM KEMUNAFIKAN [ MENJILAT ] PARA THOGHUT SAMPAI HINA KEDUDUKANNYA SERTA MENJADI CEMOOHAN DI LISAN KAWAN MAUPUN LAWAN.

Dan telah tiba saatnya bagi pemuda Muslim, ia berkumpul di sekitar ‘Ulama ‘Amilin yang jujur, yang menderita dan mendapat cobaan di jalan Agama mereka yang di sifati Allah Subhanahu wa ta’ala dalam firman-Nya:
“Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabarDan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami.” [QS. As-Sajdah: 24]

Dan telah tiba saatnya bagi pemuda ini untuk keluar dari lobang yang dia hidup di dalamnya, dan untuk sadar bahwa peperangan antara Islam dengan kekafiran, antara Al-Haq dan Al-Bathil, adalah peperangan yang pasti serta tidak bisa lari darinya. Dan sesungguhnya bila ia tidak siap dan tidak mempersiapkan persiapannya untuk peperangan itu, maka ia akan menjadi korban pertama.

Sebenarnya kami bisa mendiamkan syaikh-syaikh itu, bila mereka ridho bagi diri mereka agar diam dan berbicara dalam hal-hal yang tidak membuat marah para penguasa berupa urusan-urusan agama yang bersifat ibadah pribadi, meskipun ini juga mustahil bersama menjalarnya kerusakan para thoghut itu, akan tetapi beralihnya para ‘ulama itu menjadi perusak dan pengahancur keyakinan para pemuda, menjadi pelegal untuk kekafiran para thoghut, menjadi musuh bagi Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar, menjadi perekomendasi bagi kebercokolan angkatan perang salib amerika di bumi jazirah ‘Arab, serta yang memberi restu akan siasat kotor dan politik berkuasanya yahudi di bumi Islam…!!!

Dan saya mengetahui bahwa ucapan saya ini akan di anggap berlebihan oleh banyak orang, baik yang masih hidup dalam praduga atau orang-orang yang sepakat dengan saya akan tetapi mereka tidak memiliki pada diri mereka keberanian untuk terang-terangan dengan hal itu, karena takut terhadap tuduhan orang lain terhadap mereka [ dengan tuduhan ] melecehkan ‘ulama, atau karena mereka tidak mampu menyelisihi apa yang selalu mereka dengung-dengungkan bertahun-tahun.

Akan tetapi Al-Haq itu nyata dan kebathilan itu luntur:
SESUNGGUHNYA IBNU BAZ DAN KELOMPOKNYA ADALAH ‘ULAMA PENGUASA YANG MENJUAL KAMI KEPADA MUSUH-MUSUH KAMI DENGAN IMBALAN GAJI DAN JABATAN,
MESKIPUN MARAH ORANG YANG MARAH DAN RIDHO ORANG YANG RIDHO.

Sesungguhnya barisan Al-Iman wajib melepaskan diri dari para pemalsu dan kaum Munafiqin sebelum berhadaapn dengan barisan kekafiran.

“Dan demikianlah Kami terangkan ayat-ayat Al-Quran (supaya jelas jalan orang-orang yang saleh), dan supaya jelas (pula) jalan orang-orang yang berdosa.” [QS.Al-An’am: 55

2 FEBRUARY 2007 • 18:19
Penulis: Syaikhul Mujahidin Dr. Ayman Adz-Dzawahiri
Diterjemahkan dari: Majalah Al-Mujahidun edisi XI, Tahun I rabu 3 sya’ban 1415 H.
Penerjemah: Abu Sulaiman
http://millahibrahim.wordpress.com

Turunnya Nabi Isa di Akhir Zaman Wajib Diyakini


Kalau zaman sekarang ini banyak muncul syubhat (kerancuan) seputar masalah-masalah aqidah dalam ajaran Islam melalui penyelewengan terhadap makna dan maksud ayat Al Qur'an jangan heran. Karena, jauh-jauh hari Amirul Mukminin, Umar Ibnul Khaththab radliyallah 'anhu telah mensinyalir akan hadirnya para pengikut hawa nafsu ini. Karenanya, beliau memberikan saran untuk menghadapi dan melawannya, yaitu dengan menggunakan as Sunnah sebagai metode untuk memahami Al Qur'an.
Beliau radliyallah 'anhu berkata, "orang-orang akan datang mendebat kalian dengan syubhat (kerancuan) dari Al Qur’an, maka bantahlah mereka dengan as Sunnah. Karena pengikut as Sunnah lebih mengetahui tentang Kitabullah." (HR. Imam al Lalikai dalam Syarh Ushuul I’tiqaad Ahlis Sunnah wal Jamaa’ah)
Termasuk dalam permasalahan ini adalah syubhat tentang turunnya kembali Nabi Isa 'alaihis salam ke dunia. Ada sebagian orang yang meyakini Nabi Isa  sudah mati dan tidak akan kembali lagi ke dunia. Sekali lagi mereka dalam menetapkan keyakinan batil tersebut juga mendasarkan pada Al Qur'an. Namun, mereka memahaminya sesuai dengan selera nafsu dan kedangkalan ilmu mereka.
Ada yang berhujjah bahwa Al Qur'an sendiri menyatakan Nabi Isa telah mati dengan berlandasakan Innii Mutawaffika, kalimat beliau diangkat hanya makna kiasan, atau menyatakan hadits-hadits tentang itu masuk kategori hadits Ahad sehingga tidak bisa dijadikan pegangan dalam masalah aqidah.
Ada juga yang menolak keyakinan ini dengan beralasan karena paham ini sesuai dengan paham kristen, sebagaimana yang dipahami Ibu Irene Handono (mantan biarawati yang dikaruniai hidayah oleh Allah untuk memeluk agama Islam). Menurut keyakinannya, Nabi Isa telah wafat dan tidak turun sebagai pertanda besar hari kiamat.
Dari telusur Google, berikut ini adalah cuplikan keyakinan beliau mengenai turunnya Nabi Isa 'alahissalam.
Kepercayaan bahwa Isa Al Masih akan kembali ke dunia, untuk menjadi hakim atas kesalahan umatnya adalah kepercayaan Nasrani yang tertuang dalam Bibel, yaitu Wahyu 19:11-12 dan 20:4-10.
Mengacu kembali akan ketidak benaran konsep kenaikan Isa Al Masih ke dunia yang juga tertolak. Marilah kita simak penjelasan Al-Qur'an surat Al-Maidah/5:117: "Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan mengatakan, yaitu: Sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu. Dan aku menjadi saksi terhadap mereka selama aku berada di tengah-tengah rnereka, tetapi setelah Engkau mewafatkan aku. Engkaulah yang mengawasi mereka dan Engkau pulalah yang menyaksikan segalanya."
Jadi, isi pernyataan Nabi Isa a.s adalah pertama, beliau sanggup bersaksi hanya sepanjang yang beliau ketahui (selama beliau hidup diantara mereka/bani Israel); kedua, beliau diwafatkan Allah; ketiga, Allahlah, penguasa hari akhir zaman, satu-satunya hakim. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam At-Tin/95:8; "Bukankah Allah hakim yang seadil-adilnya."
Pendapat sebagian kalangan umat Islam bahwa Isa Al Masih yang di langit akan turun ke dunia untuk menjadi hakim di akhir zaman justru dimanfaatkan kalangan Kristen sebagai bahan argumentasi bagi penyimpulan mereka bahwa siapa yang layak jadi hakim kalau bukan Tuhan? Kalau umat Islam mengakui Isa Al Masih sebagai hakim di akhir zaman berarti umat Islam meyakini Isa Al Masih sebagai Tuhan di akhir zaman.
Dengan penjelasan seperti yang telah saya sampaikan pada buku ini, kiranya umat Islam tidak perlu lagi ragu-ragu, apalagi meyakini doktrin kebangkitan dan kenaikan Isa Al Masih. Sebab sudah jelas bahwa doktrin tersebut bertentangan dengan Islam dan tidak bisa dipertanggungjawabkan.
Manhaj Ahlus Sunnah tentang turunnya Nabi Isa
Ahlus Sunnah mengimani tentang turunnya Nabi Isa 'alaihissalam di akhir zaman setelah keluarnya Dajjal dan terjadinya kerusakan di muka Bumi. Beliau akan turun di Menara Putih sebelah Timur kota Damaskus Syam di tengah-tengah golongan yang selamat (ath Thaaifah al Manshurah) yang berperang dan berkumpul di jalan yang haq melawan Dajjal dan bala tentaranya. Hal ini dijelaskan dengan apik dalam Shahih Muslim, Kitab al-Fitan wa Asyrathis Sa 'ah, Bab DzikrAd-Dajjal no. 2937.
Keyakinan aqidah turunnya Nabi Isa ini didasarkan pada beberapa nash dari Al Qur'an dan hadits berikut ini:
Dalil-dalil dari Al Qur'an
1.    Firman Allah Ta'ala:
إِنْ هُوَ إِلاَّ عَبْدٌ أَنْعَمْنَا عَلَيْهِ وَجَعَلْنَاهُ مَثَلاً لِبَنِي إِسْرَائِيلَ. وَلَوْ نَشَاءُ لَجَعَلْنَا مِنْكُمْ مَلاَئِكَةً فِي اْلأَرْضِ يَخْلُفُوْنَ. وَإِنَّهُ لَعِلْمٌ لِلسَّاعَةِ فَلاَ تَمْتَرُنَّ بِهَا وَاتَّبِعُوْنِ هَذَا صِرَاطٌ مُسْتَقِيْمٌ
Isa tidak lain hanyalah seorang hamba yang Kami berikan kepadanya nikmat (kenabian) dan Kami jadikan dia sebagai tanda bukti (kekuasaan Allah) untuk Bani Israil. Dan kalau Kami kehendaki benar-benar Kami jadikan sebagai gantimu di muka bumi malaikat-malaikat yang turun temurun. Dan sesungguhnya Isa itu benar-benar adalah tanda bagi hari kiamat. Karena itu janganlah kamu ragu-ragu tentang kiamat itu dan ikutilah Aku. Inilah jalan yang lurus.” (Az-Zukhruf: 59-61)
Pada ayat terakhir disebutkan : wa innahu la-’ilmul-lis-saa’ah (Dan sesungguhnya Isa itu benar-benar memberikan pengetahuan tentang hari kiamat), yaitu turunnya Nabi ’Isa ’alaihis-salaam sebelum hari kiamat merupakan pertanda dekatnya hari kiamat. Apalagi hal itu diperkuat dengan qira’at (bacaan) lain dari Ibnu ’Abbas dan yang lainnya terhadap ayat tersebut: وَإِنَّهُ لَعَلَمٌ لِلسَّاعَةِ yang berarti ’alaamah (alamat) dan amaarah (tanda) telah dekatnya hari kiamat.
Ibnu Jarir dalam Tafsir-nya membawakan riwayat sebagai berikut : Telah menceritakan kepada Ibnu Basyaar, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami ’Abdurrahman, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Abu Raziin, dari Abu Yahya, dari Ibnu ’Abbas radliyallaahu ’anhuma, :  وَإِنَّهُ لَعَلَمٌ لِلسَّاعَةِ; beliau berkata: "yaitu keluarnya (turunnya) Isa bin Maryam." (Tafsir Ath-Thabari 25/90)
2.    Firman Allah Ta’ala:
وَقَوْلِهِمْ إِنَّا قَتَلْنَا الْمَسِيحَ عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ رَسُولَ اللَّهِ وَمَا قَتَلُوهُ وَمَا صَلَبُوهُ وَلَكِنْ شُبِّهَ لَهُمْ وَإِنَّ الَّذِينَ اخْتَلَفُوا فِيهِ لَفِي شَكٍّ مِنْهُ مَا لَهُمْ بِهِ مِنْ عِلْمٍ إِلَّا اتِّبَاعَ الظَّنِّ وَمَا قَتَلُوهُ يَقِينًا بَلْ رَفَعَهُ اللَّهُ إِلَيْهِ وَكَانَ اللَّهُ عَزِيزًا حَكِيمًا وَإِنْ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ إِلَّا لَيُؤْمِنَنَّ بِهِ قَبْلَ مَوْتِهِ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكُونُ عَلَيْهِمْ شَهِيدًا
"Dan karena ucapan mereka: "Sesungguhnya Kami telah membunuh Al Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah", padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan `Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa. Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Tidak ada seorang pun dari Ahli Kitab, kecuali akan beriman kepadanya (Isa) sebelum kematiannya. Dan di hari Kiamat nanti Isa itu akan menjadi saksi terhadap mereka." (QS. An Nisa': 157-159)
Ayat di atas secara jelas menyatakan bahwa yang dibunuh oleh orang-orang Yahudi bukanlah Nabi ’Isa ’alaihis-salaam, akan tetapi orang yang diserupakan dengannya. Ia tidaklah mati, namun Allah telah mengangkatnya ke langit sebagaimana hal itu juga ditegaskan dalam ayat yang lain :
إِذْ قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَى إِنِّي مُتَوَفِّيكَ وَرَافِعُكَ إِلَيَّ وَمُطَهِّرُكَ مِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا وَجَاعِلُ الَّذِينَ اتَّبَعُوكَ فَوْقَ الَّذِينَ كَفَرُوا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأَحْكُمُ بَيْنَكُمْ فِيمَا كُنْتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ
"(Ingatlah), ketika Allah berfirman: "Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir, dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu di atas orang-orang yang kafir hingga hari kiamat. Kemudian hanya kepada Akulah kembalimu, lalu Aku memutuskan di antaramu tentang hal-hal yang selalu kamu berselisih padanya." (QS. Ali Imran: 55)
Jika ada orang yang mengatakan Nabi Isa telah wafat, berarti ia menyalahi realitas dan dzahir ayat. Pada kenyataannya, orang Nashrani tidak sampai saat ini tidak beriman kepada ajaran ketauhidan Nabi Isa 'alaihis-salam. Bahkan mereka meyakini Trinitas yang kufur.
لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ وَقَالَ الْمَسِيحُ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اعْبُدُوا اللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ
"Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah adalah Al Masih putra Maryam", padahal Al Masih (sendiri) berkata: "Hai Bani Israel, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu" Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang dzalim itu seorang penolong pun." (QS. Al Maidah: 72)
لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ ثَالِثُ ثَلاثَةٍ وَمَا مِنْ إِلَهٍ إِلا إِلَهٌ وَاحِدٌ وَإِنْ لَمْ يَنْتَهُوا عَمَّا يَقُولُونَ لَيَمَسَّنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

"Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: "Bahwasanya Allah salah satu dari yang tiga", padahal sekali-kali tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih." (QS. Al Maidah: 73)
Berimannya Ahlul-Kitab pada ajaran ketauhidan Nabi ’Isa ’alaihis-salaam hanya terjadi kelak di akhir zaman. Hal itu ditunjukkan bahwa ayat menggunakan fi’il mudlari’ (future tense; yaitu kalimat : layu’minanna bihi ”akan beriman kepadanya”).
وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَيُوشِكَنَّ أَنْ يَنْزِلَ فِيكُمْ ابْنُ مَرْيَمَ حَكَمًا عَدْلًا فَيَكْسِرَ الصَّلِيبَ وَيَقْتُلَ الْخِنْزِيرَ وَيَضَعَ الْجِزْيَةَ وَيَفِيضَ الْمَالُ حَتَّى لَا يَقْبَلَهُ أَحَدٌ حَتَّى تَكُونَ السَّجْدَةُ الْوَاحِدَةُ خَيْرًا مِنْ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا ثُمَّ يَقُولُ أَبُو هُرَيْرَةَ وَاقْرَءُوا إِنْ شِئْتُمْ : وَإِنْ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ إِلَّا لَيُؤْمِنَنَّ بِهِ قَبْلَ مَوْتِهِ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكُونُ عَلَيْهِمْ شَهِيدًا
"Demi Dzat yang jiwaku di tanganNya sungguh akan turun kepada kalian Isa bin Maryam sebagai Hakim yang Adil, Dia mematahkan salib, dan membunuh babi, dan menolak jizyah dan tidak menerimanya dari orang kafir, harta melimpah ruah sehingga tak seorangpun menerima (shadaqah atau zakat), sehingga satu sujud lebih baik dari dunia seisinya."
Kemudian Abu Hurairah berkata, "jika kalian mau bacalah ayat Allah, artinya: "Tidak seorangpun dari Ahli Kitab, kecuali akan beriman kepadanya sebelum kematiannya, dan di hari kiamat nanti Isa itu akan menjadi saksi terhadap mereka." (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalil dari as Sunnah
1.    Dari Abu Hurairah radliyallaahu ’anhu ia berkata : Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam bersabda :
أَنْتُمْ إِذَا نَزَلَ ابْنُ مَرْيَمَ فِيكُمْ وَإِمَامُكُمْ مِنْكُمْ
Bagaimana keadaanmu jika telah diturunkan (’Isa) Ibni Maryam padamu sedangkan imam/pemimpinmu adalah orang yang berasal darimu sendiri.”(HR. Al-Bukharidan Muslim)
2.    Dari Abu Hurairah radliyallaahu ’anhu ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam :
وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَيُوشِكَنَّ أَنْ يَنْزِلَ فِيكُمْ ابْنُ مَرْيَمَ حَكَمًا عَدْلًا فَيَكْسِرَ الصَّلِيبَ وَيَقْتُلَ الْخِنْزِيرَ وَيَضَعَ الْجِزْيَةَ وَيَفِيضَ الْمَالُ حَتَّى لَا يَقْبَلَهُ أَحَدٌ حَتَّى تَكُونَ السَّجْدَةُ الْوَاحِدَةُ خَيْرًا مِنْ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا
"Demi Dzat yang jiwaku di tanganNya sungguh akan turun kepada kalian Isa bin Maryam sebagai Hakim yang Adil, Dia mematahkan salib, dan membunuh babi, dan menolak jizyah dan tidak menerimanya dari orang kafir, harta melimpah ruah sehingga tak seorangpun menerima (shadaqah atau zakat), sehingga satu sujud lebih baik dari dunia seisinya." (HR. Bukhari dan Muslim)
3.    Dari Nawwas bin Sam’an radliyallaahu ’anhu, bahwasannya ketika menyebutkan fitnah di akhir jaman Rasulullahshallallaahu ’alaihi wasallam bersabda :
. . . فَبَيْنَمَا هُوَ كَذَلِكَ إِذْ بَعَثَ اللَّهُ الْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ فَيَنْزِلُ عِنْدَ الْمَنَارَةِ الْبَيْضَاءِ شَرْقِيَّ دِمَشْقَ بَيْنَ مَهْرُودَتَيْنِ وَاضِعًا كَفَّيْهِ عَلَى أَجْنِحَةِ مَلَكَيْنِ إِذَا طَأْطَأَ رَأْسَهُ قَطَرَ وَإِذَا رَفَعَهُ تَحَدَّرَ مِنْهُ جُمَانٌ كَاللُّؤْلُؤِ فَلَا يَحِلُّ لِكَافِرٍ يَجِدُ رِيحَ نَفَسِهِ إِلَّا مَاتَ . . .
....Sementara ia dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba Allah mengutus Al-Masih bin Maryam. Ia turun di menara putih di sebelah timur Damaskus, menggunakan dua potong pakaian warna kekuning-kuningan dan kedua tangannya berpegang pada sayap dua malaikat. Bila ia menganggukkan kepalanya meneteskan air, dan bila ia mengangangkatnya turunlah darinya butir-butir air bagaikan mutiara. Setiap orang kafir yang mencium baunya pasti mati....” [HR. Muslim Ahmad, Abu Dawud, dan yang lainnya)
Ia turun di menara putih di sebelah timur Damaskus, menggunakan dua potong pakaian warna kekuning-kuningan dan kedua tangannya berpegang pada sayap dua malaikat.
Bila ia menganggukkan kepalanya meneteskan air, dan bila ia mengangangkatnya turunlah darinya butir-butir air bagaikan mutiara.
Setiap orang kafir yang mencium baunya pasti mati

4.    Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash radliyallaahu ‘anhuma, bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallambersabda :
يَخْرُجُ الدَّجَّالُ فِي أُمَّتِي فَيَمْكُثُ أَرْبَعِينَ لَا أَدْرِي أَرْبَعِينَ يَوْمًا أَوْ أَرْبَعِينَ شَهْرًا أَوْ أَرْبَعِينَ عَامًا فَيَبْعَثُ اللَّهُ عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ كَأَنَّهُ عُرْوَةُ بْنُ مَسْعُودٍ فَيَطْلُبُهُ فَيُهْلِكُهُ ثُمَّ يَمْكُثُ النَّاسُ سَبْعَ سِنِينَ لَيْسَ بَيْنَ اثْنَيْنِ عَدَاوَةٌ
Dajjal akan keluar di tengah umatku dan tinggal selama empat puluh. (Perawi berkata : “Aku tidak tahu apakah empat puluh hari, empat puluh bulan, atau empat puluh tahun”). Kemudian Allah mengutus ‘Isa bin Maryam yang mirip dengan ‘Urwah bin Mas’ud, lalu ia mencarinya (Dajjal) dan membunuhnya. Kemudian manusia hidup selama tujuhpuluh tahun tanpa permusuhan satu dengan yang lainnya...” (HR. Muslim dan Ahmad).
5.    Dari Samurah bin Jundub radliyallaahu ‘anhu, dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam bahwasannya beliau bersabda :
ثُمَّ يَجِيءُ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ عَلَيْهِمَا السَّلَام مِنْ قِبَلِ الْمَغْرِبِ مُصَدِّقًا بِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى مِلَّتِهِ فَيَقْتُلُ الدَّجَّالَ ثُمَّ إِنَّمَا هُوَ قِيَامُ السَّاعَةِ
Kemudian datanglah ‘Isa bin Maryam ‘alaihimas-salaam dari arah barat untuk membenarkan Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam, dan di atas syariatnyalah Isa membunuh Dajjal kemudian akan terjadi hari kiamat.” (HR. Ahmad. Berkata Hamzah Az-Zain (15/135) : “Isnadnya shahih"). Dan hadits-hadits lainnya yang cukup banyak.
Sesungguhnya, hadits dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam yang mengkhabarkan tentang turunnya ‘Isa bin Maryam‘alaihis-salaam di akhir jaman dibawakan oleh banyak shahabat. Selain 4 (empat) orang shahabat yang telah disebutkan, terdapat beberapa shahabat lain yang membawakan hadits turunnya ‘Isa ‘alaihis-salaam diantaranya : Jabir bin ‘Abdillah, Abu Umamah Al-Bahiliy, ‘Abdullah bin ‘Umar, Mujammi’ bin Jariyyah, ‘Aisyah binti Abi Bakr, Hudzaifah bin Asid, ‘Utsman bin Abil-‘Ash, Hudzaifah bin Yaman, Anas bin Malik, ‘Abdullah bin Mughaffal, Safinah, Abu Bakrah, dan yang lainnya radliyallaahu 'anhum ajma'in. Secara keseluruhan, hadits tentang turunnya ‘Isa ‘alaihis-salaam mencapai derajat mutawatir (ma’nawy).
Sesungguhnya, hadits dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam yang mengkhabarkan tentang turunnya ‘Isa bin Maryam ‘alaihis-salaam di akhir jaman mencapai derajat mutawatir (ma’nawy).
Ibnu Katsir rahimahullah menegaskan :
وقد تواترت الأحاديث عن رسول الله صلى الله عليه وسلم أنه أخبر بنزول عيسى [بن مريم] - عليه السلام - قبل يوم القيامة إماماً عادلاً وحكماً مقسطاً
“Terdapat hadits-hadits mutawatir dari Rasululah shallallaahu ‘alaihi wasallam yang memberitahukan tentang turunnya ‘Isa ‘alaihis-salaam sebelum hari Kiamat sebagai pemimpin dan penguasa yang ‘adil” (Tafsir Ibni Katsir 13/323 – Cet. 1/Muassasah Qurthubah).
Ibnu Hajar menukil perkataan Abul-Hasan Al-Khusa’i Al-Abadiy dalam Manaqibusy-Syafi’iy :
تواترت الأخبار بأن المهدي من هذه الأمة وأن عيسى يصلي خلفه
“Telah mutawatir khabar-khabar bahwasannya Al-Mahdi termasuk dari kalangan umat ini (yaitu umat Islam) dan bahwasannya ‘Isa bin Maryam shalat di belakangnya” (Fathul-Bari 6/493-494).
Dalil Ijma’
Al-Isfirayini mengatakan : “Umat Islam ijma’ atas turunnya ‘Isa bin Maryam ‘alaihis-salaam dan tidak ada seorang pun di antara ulama syari’ah yang berbeda pendapat. Yang mengingkari keyakinan ini hanyalah para filosof dan orang-orang yang tidak beriman, sedang pendapat mereka itu tidak berlaku dan tidak mempunyai kekuatan dalam syari’at. Umat Islam sepakat bahwa ‘Isa ‘alaihis-salaam akan turun dan melaksanakan syari’at Islam yang dibawa Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam, bukan turun dengan membawa syari’at tersendiri dari langit, walaupun ia tetap berpredikat sebagai Nabi” (Lawaami’ul-Anwar Al-Bahiyyah 2/94-95).
Umat Islam ijma’ atas turunnya ‘Isa bin Maryam ‘alaihis-salaam dan tidak ada seorang pun di antara ulama syari’ah yang berbeda pendapat. . . .
Abu Hayyan berkata : “Umat Islam sepakat bahwa ‘Isa ’alaihis-salaam masih hidup di langit dan seterusnya, sebagaimana dijelaskan dalam hadits shahih dari Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam” (Hamisy Al-Bahrul-Muhith 2/473).

(PurWD/voa-islam.com/dari berbagai sumber)

Ghuraba


~ oleh z4nbh1 di/pada Januari 22, 2010.