Wasiat Terbaru Ustadz Abu Bakar Ba'asyir untuk Para Mujahid

1.9.10

Jenderal Kristen Bintang Tiga Hadir Dalam Penangkapan Ba'asyir, Ada Apa?

JAKARTA (voa-islam.com) - Kehadiran Gories Mere, jenderal Kristen bintang tiga pada saat penangkapan Ustadz Abu Bakar Ba’asyir di Polres Banjar dipertanyakan banyak pihak. Karena ia juga hadir saat penyiksaan para aktivis Muslim yang ditangkap dan dituduh teroris.

Berbagai keganjilan jenderal Kristen bintang tiga ini sebenarnya pernah menjadi sorotan media saat ia membawa tersangka Bom Bali, Ali Imron alias Ale kongkow di Starbuck's Coffee pada 2004 silam.
Ternyata saat ini ada fakta baru yang mengemuka kalau Jenderal Kristen ini berada di balik Satgas Antibom. Satgas ini kerap menyiksa para tahanan Muslim yang ditangkap dengan tuduhan terorisme. Hal ini diungkapkan Munarman saat audiensi FUI dengan Komisi III DPR RI, Selasa (31/8/2010).  
...Jenderal Kristen ini berada di balik Satgas Antibom yang kerap menyiksa tahanan Muslim yang ditangkap dengan tuduhan terorisme...
“Kita mendapatkan informasi yang kuat bahwa yang melakukan penyiksaan adalah tim tersendiri, yaitu Satgas Antibom. Satgas ini tidak tunduk di bawah Kepala Densus 88, karena komandan Satgas Anti bom ini jenderal bintang tiga, sementara Kadensus bintang satu” jelas Munarman.
Lebih lanjut, Direktur An-Nashr Institute ini menjelaskan kalau jenderal Kristen ini juga ikut menyaksikan upaya penyiksaan terhadap kliennya, Muhammad Jibril bahkan ia juga hadir dalam penangkapan Ustadz Abu Bakar Ba’asyir di Polres Banjar.
...jenderal bintang tiga ini hadir di saat ustadz abu ditangkap di Polres Banjar. Ada apa?
“Komandan Satgas ini hadir menyaksikan penyiksaan Jibril. Begitu juga ketika Ustadz Abu ditangkap, jenderal bintang tiga ini hadir di saat ustadz abu ditangkap di Polres Banjar. Sehari-hari ia menjabat sebagai Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN),” tambahnya.
Muhammad Jibril dan Abu Bakar Baasyir  jelas-jelas bukan tahanan narkoba lalu apa pentingnya Gories Mere hadir, apakah dia memiliki misi tersembunyi?  [taz/widiarto]

AMIRIKA BUKA MATAMU

KABUL (Arrahmah.com) - Setelah pencalonan Jenderal Petraeus sebagai Komandan AS di Afghanistan, laporan media massa mengatakan bahwa dia merupakan harapan terakhir AS di Afghanistan, mereka mengangkat fakta bahwa Petraeus memiliki banyak pengalaman, canggih dan jenderal patriotik yang dimiliki AS.
Namun, Allah Maha Besar, siapapun Jenderal yang menginjak Afghanistan meskipun orang yang unggul dan berpengalaman (mungkin), saat dia melangkah ke Afghanistan, ia segera menjadi orang yang tidak kompeten dan segera dipermalukan.  Akhirnya dia berakhir dengan mengejek dan membenci penguasanya sendiri seperti yang terjadi pada McChrystal.

Beberapa dari mereka seperti Petraeus kehilangan keseimbangan pikiran dan ternyata menciptakan komentar-komentar irasional dan kesalahan-kesalahan.  Menurutnya, mengatakan kebohongan mengenai kekalahan merupakan taktik yang sukses untuk memenangkan perang.
Sama anehnya karena kadang Pentagon mengungkapkan fakta tentang situasi menyedihkan Amerika di Afghanistan, mengatakan para tentara di Afghanistan mengalami depresi.  Mereka kini kecanduan dengan tablet modafinil yang diminum untuk meningkatkan semangat dan menghilangkan rasa takut.  Tapi kini tablet tersebut tidak memiliki keampuhan.  Para tentara sering mengeluh memiliki rasa takut diserang dan dibunuh dengan tiba-tiba. 

Namun tiba-tiba Petraeus tampil dan mengatakan kepada media bahwa situasi di Afghanistan sedang ke arah yang benar.  Moral prajurit tengah meningkat dan mereka membuat beberapa kemajuan militer di bagian selatan negeri.

Kita tidak tahu kemajuan apa yang ingin ditunjukkan sang Jenderal.  Penduduk Afghanistan dan media tahu bahwa hanya korban sipil yang terus meningkat yang mengikuti janji-janji Petraeus.  Sang Jenderal tidak mampu menghasilkan bukti alaupun hanya dari satu pertempuran di bawah komandonya yang dapat menghasilkan kemenangan.  Sebaliknya, Mujahidin berhasil memperluas pengaruh mereka dari utara ke selatan, dari barat ke timur di negeri tersebut yang belum pernah terlihat sebelumnya.

Ironisnya, Petraeus enggan berbicara menganai inisiatif militer di Helmand dan Kandahar, bagaimanapun mereka menghadapi perlawanan hebat di dua provinsi ini walaupun operasi besar-besaran diluncurkan AS dan sekutunya.  Operasi begitu besar direncanakan dan dilancarkan.  Hingga kini masih dilakukan, namun mereka tidak lagi memiliki wajah untuk mengumumkan kepada publik internasional mengenai hasil dari operasi besar yang mereka lancarkan, bahkan mereka memilih menghindar untuk memberikan komentar mengenai operasi tersebut.

Menurut situs harian Telegraph, seorang analis Rusia, Egore Penaris telah mengatakan kepada Jenderal Petraeus dan pemimpin Amerika lainnya bahwa Amerika tidak lagi dapat melemahkan gerakan perlawanan saat ini di Afghanistan dan mempertahankan kontrol atas wilayah yang sangat luas di negeri tersebut.
Oposisi terhadap perang di Afghanistan telah mencapai puncaknya di Amerikan dan wilayah lainnya di dunia.  Struktur ekonomi Amerika telah retak, pengangguran meningkat tajam.  Hal ini ditambah dengan penurunan pendapatan individu tidak hanya memberikan kontribusi untuk mengalahkan Amerika dalam perang di Afghanistan tetapi akan mengakibatkan disintegrasi amerika, setidaknya menjadi enam bagian.

Para pengamat mengatakan, jika Jenderal Petraeus ingin memenuhi kewajibannya terhadap tentara Amerika dan orang-orang dengan cara bermartabat, jika ia tetap ingin menjadi monumen harapan Amerika dan jika ia bermaksud menyelamatkan Amerika dari disintegrasi, ia harus memberitahukan kenyataan seperti yang dilakukan Jenderal McChrystal.  Dia harus berpikir tentang mengakhiri perang bukan meraih kemenangan dan harus menyadari realitas dan fakta di lapangan.

Sang Jenderal harus berhenti menatap lencana dan medali yang tersemat di dadanya dengan kesombongan, membujuknya untuk memberikan harapan kosong kepada rakyat Amerika dan dunia bahwa perang di Afghanistan masih bisa dimenangkan.

Imarah Islam Afghanistan