Wasiat Terbaru Ustadz Abu Bakar Ba'asyir untuk Para Mujahid

26.3.10

Surat Mujahidin Untuk Para Muslimah Yang Berkorban Di Jalan Allah

Dengan menyebut nama Allaah Yang Maha Pemurah Lagi Maha Penyayang!

Semoga kedamaian, rahmat, dan berkah Allaah senantiasa menyertai kalian!

Surat ini kami tujukan kepada saudari kami yang berkorban di jalan Allah; dan para perempuan yang berhijrah di jalan-Nya, untuk para ibu, saudara perempuan, istri, dan putri-putri para syuhada.

Surat ini juga ditujukan untuk mereka yang berhijrah di jalan Allah dan meninggalkan tanah air serta sanak saudara mereka; juga pada mereka yang meninggalkan tanah airnya untuk melindungi agama dan kehormatan mereka.

Surat ini ditulis untuk kalian oleh saudara kalian, Mujahidin yang tengah bertempur di Chechnya.

Para muslimah yang kami kasihi, Allaah menyaksikan bahwa karena Jihad dan tugas di jalan-Nyalah kami tidak punya waktu untuk memperhatikan dan peduli pada kalian, dan kami tahu bahwa sangat sulit untuk hidup jauh dari rumah. Tapi ini jalan yang kami pilih, karena jalan ini adalah jalan untuk meraih surga, dan juga jalan untuk mewujudkan negara Islam.

Allaah SWT bersabda:
"Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci..." (TQS Al Baqarah [2]: 216)

Jagalah Diin dan aqidah kalian; Ingatlah bahwa kalian tidak meninggalkan negara kalian untuk hal-hal yang hanya memberikan kebahagiaan duniawi semata. Ingat bahwa dunia ini akan kalian tinggalkan, dan segala sesuatu yang ada di dalamnya adalah fana.

Allaah SWT berkata:
"Semua yang ada di bumi itu akan binasa." (TQS Ar Rahman [55]: 26)

Allaah SWT berkata:
"Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang dikatakan kepada mereka: "Tahanlah tanganmu (dari berperang), dirikanlah sembahyang dan tunaikanlah zakat!" Setelah diwajibkan kepada mereka berperang, tiba-tiba sebahagian dari mereka (golongan munafik) takut kepada manusia (musuh), seperti takutnya kepada Allah, bahkan lebih sangat dari itu takutnya. Mereka berkata: "Ya Tuhan kami, mengapa Engkau wajibkan berperang kepada kami? Mengapa tidak Engkau tangguhkan (kewajiban berperang) kepada kami sampai kepada beberapa waktu lagi?" Katakanlah: "Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa, dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun." (TQS An Nisaa [4]: 77)

Wahai para istri Mujahidin, bertakwalah kepada Allaah dan jagalah Diin, kehormatan, dan hijab kalian, serta berikanlah pendidikan yang baik untuk anak-anak kalian.

Allaah SWT berfirman:
"Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya," (TQS al Muddatstsir [74]: 28)

Kalian harus mengetahui, bahwa menjadi istri Mujahidin tidak menjamin kalian masuk surga.

Ingatlah firman Allaah SWT:
"Dan mereka berkata: "Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala." (TQS al Mulk [67]: 10)

Dan kenyataan bahwa para istri nabi tidak memberikan pengaruh apapun karena sikap ingkar dan ketidakberimanan mereka kepada Allaah. Rajinlah dalam beribadah kepada Allaah dan taat hanya kepada-Nya. Saat itulah Allaah SWT akan ridha pada kalian.

Dan ketika hari kiamat tiba, kalian akan memasuki surga bersama dengan para nabi, orang-orang shalih, para syuhada dan orang-orang yang terbaik di hadapan Allaah, yakni para sahabat.

Para muslimah yang kami kasihi, kami meminta kalian untuk mengenakan hijab karena itu adalah kehormatan dan martabat bagi perempuan muslim, dan juga karena hal itu merupakan kewajiban yang dibebankan Allaah SWT pada kalian.

Allaah SWT berfirman:
"Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya[1232] ke seluruh tubuh mereka." Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (TQS al Ahzab [33]: 59)

Allaah SWT pun berfirman:
"Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung." (TQS an Nuur [24]: 31)

Wahai para istri kaum Muslimin, terutama para istri Mujahidin, berhati-hati dan waspadalah. Jangan biarkan musuh-musuh Allaah untuk membutakan dan menipu kalian. Kalian mengetahui, mereka selalu mencoba mengalihkan perhatian kalian dari jalan yang benar. Musuh-musuh Allaah tahu betul bahwa mengganggu seorang perempuan Muslim dari jalan yang benar berarti merusak segalanya.

Dan jika ada satu perempuan datang pada Islam, sama artinya bahwa satu keluarga akan datang kepada Islam. Dan seperti yang kita mengerti, Mujahidin akan datang dari keluarga semacam ini dan akan mengguncang orang-orang kafir. Dan di tengah-tengah keluarga inilah pasti ada para ibu dari Mujahidin, para ibu dari syuhada.

Tetapi jika ada satu saja muslimah yang tersesatkan dari jalan yang benar maka seluruh keluarganya akan rusak. Dan hanya orang-orang munafik dan musuh-musuh Allah yang akan muncul dari keluarga seperti ini. Dan sepanjang sejarah para pahlawan tangguh dalam Islam, selalu ada seorang muslimah hebat di antara mereka.

Seperti kisah bibi Rasulullaah SAW, Sofiah, putri Abdul Mutalib RA. Sofiah adalah salah satu dari mereka yang menerima Islam pada generasi pertama. Dan kakaknya adalah seorang syuhada yang terkenal, Hamzah RA, yang juga dikenal sebagai Singa Allaah.

Anaknya, Zubair, dekat dengan Nabi SAW dan sangat taat pada perintah Allaah SWT. Sofiah memberinya pendidikan sebagaimana pendidikan yang seharusnya diberikan untuk membentuk Mujahidin. Zubair adalah seorang pahlawan muslim.

Sofiah RA membiarkan Zubair membuat baju zirah dan tongkat serta belajar bagaimana menggunakannya. Sofiah tidak pernah enggan mengizinkan Zubair pergi ke tempat-tempat yang paling berbahaya, dan jika ia mundur, maka Sofiah akan marah dan memukulnya. Sekali waktu ada yang bertanya pada Sofiah: "Apakah kau memukul Zubair karena kau kesal padanya?" Maka Sofiah berkata: "Siapa yang mengatakan bahwa saya marah adalah pembohong; saya memukulnya agar dia dapat mengalahkan musuh dengan sadar dan mengambil pahala atasnya."

Dalam kisah Abu Bakar, terdapat Asma RA yang membesarkan anak laki-lakinya, Abdullah bin Zubair, di jalan jihad. Dia mendidik Abdullah bin Zubair sampai akhirnya ia dihormati sebagaimana ayahnya, Zubair. Sekali waktu, ketika Abdullah hendak pergi ke medan perang ia datang kepada ibunya. Ketika Asma melihat bahwa Abdullah mengenakan baju besi, ia berkata: "Baju itu tidaklah pantas bagi seseorang yang menginginkan syahid, lepaskan."

Abdullah menjawab: "Saya memakainya hanya karena saya tidak ingin mereka menghinakan tubuh saya jika saya terbunuh nanti."

Dan kemudian ibunya berkata: "Seorang domba tidak merasakan apa-apa setelah disembelih."

Setelah itu, dia melepas bajunya dan terbunuh dalam pertempuran.

Jika akan ada perempuan yang teguh seperti itu di antara kita maka kita akan memiliki pahlawan tangguh yang akan melindungi Diin ini dan membawa kemenangan.

Wahai istri-istri Muslim! Berhati-hatilah terhadap tipu daya musuh Islam. Dengan fitnah, mereka mencoba untuk merusak para muslimah.

Cobalah untuk tidak meninggalkan rumah sebagaimana Allaah SWT berfirman:
"dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya." (TQS al Ahzab [33]: 33)

Berhati-hati untuk duduk bersama dengan orang asing, dan tidak bertemu dengan orang-orang yang bukan mahramnya dan jagalah diri ketika berkomunikasi dengan laki-laki yang bukan kerabat terdekat kalian.

Ingat tentang tanggung jawab kalian di dunia ini, karena tugas kita hanyalah menyembah Allah dan berjihad di jalan-Nya. Jangan lupa Jihad yang dilakukan oleh istri sahabat dan bagaimana mereka menyukai hal tersebut.

Putri Abdul Mutalib, Sofiah RA mengambil bagian dalam pertempuran di Uhud: ia membawakan air dan mengobati yang terluka. Dia berada di medan perang Uhud bersama-sama dengan keponakan Nabi Muhammad (saw), kakaknya Hamzah RA dan anaknya Zubair RA.

Usianya lebih dari 60 tahun saat Sofiah RA ambil bagian dalam pertempuran di Khandak. Semua penduduk Madinah keluar untuk perang melawan orang-orang kafir yang mengepung kota. Yahudi tinggal di salah satu sisi Madinah dan Nabi (saw) memiliki kesepakatan dengan mereka dan mereka berjanji tidak akan menghinakan dan mengkhianati umat Islam.

Ketika serangan orang-orang kafir terhadap Islam semakin kuat, orang-orang Yahudi memutuskan untuk melanggar perjanjian itu, kemudian mereka berniat menjadikan para perempuan dan anak-anak Muslim sebagai tawanan. Pada waktu itu umat Islam telah mengumpulkan semua perempuan dan anak-anak di rumah Hassan Ben Sabat. Orang Yahudi mulai menyusup ke rumah itu dan Sofiah RA melihat mereka. Dan kemudian Sofiah RA berkata: "Jika orang-orang Yahudi mengetahui bahwa tidak ada orang di sini, mereka akan mencoba untuk mengambil perempuan dan anak-anak itu sebagai budak."

Kemudian ia mengikat kepalanya, mengencangkan pakaian, mengambil tombak, dan melukai beberapa Yahudi. Setelah itu melepas ikat kepalanya dan melemparkannya ke orang Yahudi lainnya. Kemudian orang-orang Yahudi itu berkata: "Kami sadar bahwa Muhammad SAW tidak akan meninggalkan perempuan dan anak-anak ini tanpa perlindungan."

Dan para Yahudi itu pun gentar dan mengurungkan niat mereka serta meninggalkan rumah itu.

Sebuah kisah lain, tentang Ummul Amarati RA yang bertempur tepat di hadapan Rasulullaah SAW, melindungi beliau SAW hingga ia menerima dua belas tebasan pedang.

Ibu orang-orang mukmin tidak pernah enggan untuk berjihad di jalan Allah SWT. Mereka membawakan perbekalan dan mengobati yang terluka. Para perempuan Muslim selalu unggul dengan kesabaran yang dimilikinya. Bahkan hingga mereka kehilangan segalanya. Atas kesabaran mereka, mereka berharap nikmat Allaah.

Wajib bagi perempuan muslim untuk bersabar bahkan dalam hal-hal kecil dan bersyukur kepada Allah atas apa yang Dia berikan. Diriwayatkan oleh Ibnu Abbas:
"Nabi bersabda: "Aku diperlihatkan neraka dan kebanyakan penghuninya adalah perempuan yang tidak tahu berterima kasih ". Saat itu ada sahabat yang bertanya,"Apakah mereka mengingkari Allaah?" (Atau apakah mereka tidak bersyukur kepada Allah?) Dia menjawab , "Mereka tidak berterima kasih kepada suami mereka dan tidak berterima kasih untuk nikmat dan kebaikan (amal perbuatan) yang dilakukan kepada mereka. Jika kamu selalu baik kepada salah satu dari mereka dan kemudian dia melihat sesuatu dalam dirimu yang tidak mereka sukai, maka mereka akan berkata, 'Saya tidak pernah mendapat perlakuan yang baik darimu." (Sahih Bukhari 1,28, Sahih Bukhari 2,541)

Maka hindarilah untuk menjadi salah satu dari mereka, para perempuan mukmin. Dan berbahagia dengan apa yang Allah berikan.

Allaah SWT berfirman:
"Dan bersabarlah, karena sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala-orang yang berbuat baik". (TQS Hud [11]: 115)

Juga Allaah SWT berfirman:
"Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. bertakwalah kepada Tuhanmu." Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas." (TQS az Zumar [39]: 10)

Perempuan muslim selalu ambil bagian sepanjang sejarah tegaknya Islam. Pada hari-hari jihad, perempuan mengambil tempat yang penting di jalan-Nya.

Wahai istri-istri Mujahidin! Bertakwalah kepada Allah, jagalah kehormatan kalian dan jangan lupa tentang tanggung jawab kalian di dunia ini. Jangan lupa, bahwa kekuatan perempuan Muslim dapat membantu Jihad dan Mujahidin.

Singkatnya inilah daftar tanggung jawab yang semestinya kalian pikul:
  1. Tingkatkan keimanan dan ibadah kepada Allaah. Setiap perempuan harus mencoba untuk tetap berpegang pada Islam. Cobalah untuk selalu berada di antara orang-orang yang shalih dan berbuat baik.
  2. Berikan lebih banyak perhatian untuk membesarkan anak-anak kalian dalam Islam, meningkatkan cinta mereka kepada Allah, Islam dan jihad; juga pada nabi-Nya SAW, serta mengajarkan mereka Al-Quran dan Sunnah.
  3. Serulah para perempuan dan anak-anak pada Islam.
  4. Jangan pernah enggan menyisakan harta untuk membantu Mujahidin, orang-orang yang terluka, anak yatim, dan janda. Kalian bahkan dapat membantu Mujahidin meski hanya dengan memberikan kaos kaki, senter, topi, dan hal lainnya sesuai kemampuan kalian.
  5. Persiapkan kelompok kecil yang terdiri dari perempuan-perempuan mukmin dengan maksud untuk membantu dalam jihad dan membantu keluarga para syuhada.
  6. Menjahit pakaian dan mengirimkannya pada Mujahidin.
  7. Membantu di wilayah Jihad.
  8. Jika kalian tidak memiliki apapun untuk membantu jihad dengan hal-hal di atas, berdoalah pada malam hari dan mintalah Allaah untuk membantu Mujahidin. Berserahdirilah kepada Allah dan besarkan anak-anak kalian dalam Islam.
  9. Jangan meniru orang-orang kafir, baik dalam pakaian atau apa pun.
  10. Shalatlah tepat waktu, serta tidurlah dan bangunlah tepat waktu.
  11. Jangan bergosip dan menebar fitnah.
  12. Hindarilah fitnah.

Dan berbahagialah! Pertolongan Allah itu sangat dekat.

Kabar gembira dari Allaah SWT melalui firman-Nya:
"Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik."
(TQS an Nur [24]: 55)

Melalui firman-Nya yang lain Allaah SWT berkata:
"Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat." (TQS al Baqarah [2]: 93 dan 214)

Berbahagialah, karena berjihad adalah sebuah kebaikan. Bertahun-tahun telah berlalu sejak perang bermula, dan musuh-musuh Allah tidak pernah dapat menghentikan jihad.

Berbahagialah karena jihad tidak pernah melemah.

Berbahagialah ketika kalian mendengar tentang operasi yang dilakukan 10 kali oleh Mujahidin tiap harinya.

Kami ingin memberitahu kalian pasti akan pulang tidak akan lama lagi. Dengan izin Allah SWT, kalian akan kembali ke rumah-rumah kalian dengan penuh kehormatan dan martabat.

Dan kalian tidak akan kembali ke wilayah Rusia tetapi ke negara Islam Chechnya jika Allah berkehendak.

Kalian akan hidup di bawah naungan Al-Quran dan Islam.

Allah Maha Besar dan segala kuasa adalah milik-Nya, Rasul-Nya serta orang-orang yang beriman.

Allah adalah pemilik setiap kebesaran dan kekuasaan meskipun orang-orang kafir tidak menyukainya.

Allahu akbar!!!

Saudara-saudara kalian, Mujahidin Chechnya
(Provinsi Nokhchicho dari Imarah Kaukasus)

LEBIH DALAM MENGENAL UST. ABU BAKAR BAASYIR



altOleh: Masfikr
 

Ust. Abu Bakar Ba’asyir lahir di desa Pekunden, kecamatan Mojoagung, kabupaten Jombang Jawa Timur, sebuah desa di pingiran kabupaten jombang Jawa Timur. Kelahirannya di Jombang disambut sayup-sayup senandung takbir yang terdengar di sudut-sudut desa yang didengungkan anak-anak melalui surau-surau tua di sekitar rumahnya. Senandung takbir perayaan peringatan keteladanan pengorbanan Bapak Tauhid, Ibrahim AS yang hendak menyembelih putranya.
Ia terlahir pada tanggal 12 Dzulhijjah 1359, dua hari setelah Hari Raya Idul Adha. Gemuruh takbir yang menggetarkan hati beriringan dengan gemuruh bangsa Indonesia yang sedang memperjuangkan kemerdekaannya untuk keluar dari penjajahan tentara kafir Belanda dalam suasana serba kekurangan dan keprihatinan. Tanggal kelahirannya bertepatan dengan tanggal 17 Agustus 1938. Raut muka syukur dan linangan air mata syukur kedua orang tuanya mengiringi kelahiran sosok Abu Bakar Ba’syir yang diharapkan meneladani pengorbanan Ibrahim dan semangat patriotisme seorang pejuang dalam mempertahankan prinsip kebenaran dan keislaman. Ia terlahir bersama tiga saudara laki-laki dan tiga saudara perempuan.


Orang tua Abu Bakar Ba’asyir bukanlah seorang yang kaya raya selayaknya kebanyakan warga masyarakat keturunan Arab lainnya. Namun, kecintaan terhadap Islam dan ketundukan orang tuanya pada Allahlah yang menjadikan Abu bakar kecil ini mampu bertahan. Darah keturunan Hadramaut Yaman mengalir deras dalam dirinya. Ayahnya bernama Abud bin Ahmad dari keluarga Bamu'alim Ba'asyir yang membuat Abu Bakar menyandang marga Ba’asyir di belakang nama aslinya. Kenangan indah bersama sang ayah tak banyak ia rasakan dan ia nikmati. Saat usia tujuh tahun, ayahnya harus meninggalkan tawa riang Abu Bakar kecil menuju keharibaan Ilahi. Ayahnya meninggal dunia. Ia menjadi yatim di tengah kehidupan bangsa Indonesia yang masih kacau meskipun telah memperoleh kemerdekaannya.

 
Di tengah carut marutnya kehidupan bangsa Indonesia, ibunya yang masih buta huruf latin aksara Indonesia mengasuh sendiri Abu Bakar kecil. Ibunya bernama Halimah yang lahir di Indonesia walaupun masih juga berketurunan Yaman dari keluarga Bazargan. Demi melanjutkan amanat agama dan suaminya, sang Bunda terus menanamkan nilai-nilai keislaman demi kebahagiaan sang putra kelak. Ibundanya yang pandai membaca al Quran dan seorang muslimah taat beragama selalu mendampingi pendidikan agama sang anak di rumah meskipun Abu Bakar kecil juga tak pernah absen menghadiri pendidikan agama di mushala kampung tempat tinggalnya.

 
Tak ingin membiarkan anaknya tertinggal dalam kebodohan, orang tuanya memasukkan Abu Bakar kecil untuk menempuh pendidikan pertamanya di sebuah Madrasah Ibtida’iyah (Sekolah Islam setingkat SD). Namun, dikarenakan situasi konflik revolusi bangsa Indonesia melawan Belanda pada saat itu, sekolahnya harus tertunda dan mengalami jeda. Baru kemudian setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, ia dipindahkan ke Sekolah Rakyat (Sekolah umum sederajat SD saat ini). Selama menjadi siswa di madrasah, Abu Bakar kecil sempat ikut kegiatan gerakan Kepanduan Islam Indonesia (pada masa orde lama yang kemudian difusikan dalam Gerakan Pramuka). Untuk menutup kekurangan sang anak dalam ilmu agama, setiap malamnya, Abu Bakar kecil belajar mengaji dan ilmu agama di musholla desa tempat tinggalnya. Selain kegiatannya di musholla, sang bunda masih terus mendampingi langsung pendidikan Abu Bakar kecil di rumah.

 
Setelah lulus dari Sekolah Rakyat (SR), pendidikannya berlanjut ke jenjang sekolah menengah. Ia bersekolah di sebuah SMP Negeri di kota Jombang yang berjarak 13 km dari rumah tempat tinggalnya. Setiap hari, perjalanan sejauh minimal 26 Km ia tempuh dengan sepeda. Semasa SMP ini, Abu Bakar aktif mengikuti kegiatan berorganisasi dalam Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII) ranting Mojoagung disamping masih menjadi anggota Gerakan Pramuka.

 
Menginjak masa remaja setelah merampungkan sekolah di SMP, ia melanjutkan pendidikannya ke jenjang SMA. Saat itu, ia masuk SMA Negeri Surabaya. Kondisi perekonomian Indonesia yang sedang mengalami keterpurukan merata di seluruh lapisan masyarakat membuat pendidikannya di SMA hanya mampu bertahan selama 1 tahun. Kegiatan berorganisasinya pun juga terpaksa harus terhenti. Selanjutnya, ia memutuskan hijrah ke Solo untuk membantu kakaknya yang sedang mengembangkan sebuah perusahaan sarung tenun di Kota Solo.

 
Hingga pada tahun 1959 M, atas dorongan dan bantuan kedua kakaknya, Salim Ba'asyir dan Ahmad Ba'asyir, ia mendaftar sebagai santri di Pondok Pesantren Darussalam Gontor, sebuah Pondok Pesantren yang terbilang terbaik dan termaju di Indonesia. Atas berkat rahmat Allah SWT, ia berhasil menjadi santri di pondok pesantren tersebut. Di sini, keaktifan berorganisasinya kembali tersalurkan dalam wadah Pelajar Islam Indonesia (PII) cabang Gontor. Impiannya melanjutkan pendidikan yang sempat terhenti membuatnya serasa melihat pelita di tengah buta kegelapan malam.

 
Empat tahun menjadi santri pondok pesantren Darussalam Gontor, dengan rahmat Allah, ia berhasil lulus dari kelas Mualimin pada tahun 1963 M. Semangatnya untuk menempuh pendidikan masih membara di benaknya sehingga (masih atas bantuan kakaknya), ia melanjutkan studinya di Universitas Al Irsyad jurusan Dakwah di kota Solo selama kurang lebih tiga tahun.

 
Selama menjadi mahasiswa , ia aktif dalam beberapa organisasi pemuda. Ia menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) cabang Solo. Di HMI, dia pernah mendapatkan amanah sebagai ketua Lembaga Dakwah Mahasiswa Islam (LDMI) -sebuah lembaga semi otonom HMI- cabang Solo di masa Ir. Imaduddin sebagai Ketua Umumnya. Di organisasi Gerakan Pemuda Islam Indonesia, Abu Bakar Ba’syir pernah mendapatkan amanat dakwah sebagai Ketua pada tahun 1961. Selain itu, di dalam organisasi Pemuda Al Irsyad, ia menjadi sekreatis cabang Solo.

 
Menginjak usia dewasa, panggilan hati untuk menikah mengarahkannya untuk menyunting seorang muslimah bernama Aisyah binti Abdurrahman Baraja'. Sejak saat itu, keberadaan sang istri selalu menyertai perjuangan dakwahnya. Kesetiaan sang istri tak hanya dibuktikan dengan kata mutiara dan hiasan pujian semata. Namun, keberadaan sang istri, Aisyah Baraja’, dalam perjuangan dakwah terwujud dalam tindakan nyata dan fakta. Dari rahim istrinya, keduanya memiliki tiga orang anak yang saat ini telah menikah dan masih hidup semuanya. Tiga anaknya terdiri atas 1 orang putri dan 2 orang putra. Mereka adalah Zulfah, Rosyid Ridho dan Abdul Rohim.

 
Perjalanan dakwahnya kemudian berlanjut dengan mendirikan radio dakwah yang di namai radio ABC (Al-Irsyad Broadcasting Center) di gedung Al Irsyad Solo yang hingga kini masih berdiri. Ikut aktif bersama beliau adalah Ustadz Abdullah Sungkar (rhm), Ustadz Abdullah Thufail (rhm),dan Ustadz Hasan Basri (rhm). Karena terjadi perselisihan faham dengan beberapa pengurus Al-Irsyad terkait acara radio tersebut, maka beliau keluar bersama beberapa pengurus radio ABC dan mendirikan Radio Dakwah Islamiah Surakarta (Radis) yang padat dengan muatan dakwah yang tegas dan menghindari lagu-lagu maksiat. Radis didirikan di komplek masjid Al Mukmin lama yang akhirnya ditutup oleh rezim orba karena dianggap menentang pemerintah.

 
Tak cukup hanya dakwah lewat frekuensi udara, beliau mendirikan madrasah diniyah (semacam lembaga non formal yang mengajarkan pendidikan agama Islam yang biasanya diselenggarakan pada sore hari) di komplek masjid Al Mukmin Gading Wetan (saat ini menjadi SMU Islam 1 Surakarta, bukan SMU Al-Islam 1 Surakarta). Pada mulanya, madrasah yang hanya masuk sore hari ini memberikan pendidikan Bahasa Arab dan materi syariat Islam. Selanjutnya, melalui madrasah diniyah inilah, cikal bakal Pondok Pesantren Al Mukmin Ngruki kemudian berdiri hingga sekarang.

 
Melihat pekembangan madrasah yang pesat dan didorong oleh amanah yang diamanatkan oleh KH. Zarkasyi (Pendiri Pondok Pesantren Darussalam Gontor), Abu Bakar Ba’asyir berinisiatif mengembangkan madrasah diniyah menjadi pondok pesantren yang saat itu bertempat di Gading Kidul-Surakarta menempati area yang sempit. Barulah setelah 2 tahun kemudian, Pondok Pesantren Al Mukmin dipindahkan ke tanah yang lebih luas di desa Ngruki yang dibeli dari salah seorang tokoh agama di solo. Desa Ngruki sendiri saat itu masih ”dikuasai” oleh kalangan komunis yang masih cukup kental. Bersama Ustadz alm. Abdullah Sungkar, Ustadz Alm. Hasan Basri, Alm. Abdullah Baraja' , Ustadz alm. Yoyok Raswadi, dan ustadz Abdul Qahar Haji Daeng Matase, ust. Abu Bakar Ba'asyir terus membangun dan mengembangkan pendidikan di pesantern Al-mukmin. Pendukung utama berdirinya pondok pesantren tersebut adalah anggota pengajian-pengajian yang diasuh oleh tokoh-tokoh pendiri, terutama anggota pengajian kuliah zuhur di Masjid Agung Surakarta. Alhamdulillah, hingga sampai saat ini kegiatan pengajian tersebut masih berjalan.

 
Sejak awal, ust. Abu Bakar Ba’asyir dan teman-temannya mempunyai karakter yang tak enggan menyampaikan kebenaran dimanapun dan apapun keadaan yang harus di hadapinya walaupun harus berhadapan dengan penguasa. Hal inilah yang kemudian membuat pemerintah menjadi gerah. Karena materi yang disampaikan dianggap menentang rezim saat itu, akhirnya Ust. Abdullah Sungkar, Ust. Hasan Basri, dan ust. Abu Bakar Ba’asyir sendiri dipenjara selama 4 tahun tanpa alasan yang jelas hingga akhirnya Ust. Abdullah Sungkar dan ust. Abu Bakar Ba'asyir kembali divonis hukuman 9 tahun penjara. Tidak terima dengan keputusan hakim, maka beliau berdua mengajukan banding, hingga diturunkan menjadi 4 tahun sesuai dengan masa tahanan yang sudah dijalani. Tak puas dengan hasilnya, jaksa agung mengajukan kasasi ke MA.

 
Dua orang ustadz ini seringkali disebut oleh sebagian kalangan sebagai dwi tunggal. Jika orang nasionalis punya Soekarno-Hatta, maka orang-orang pergerakan Islam memiliki Abdullah Sungkar-Abu Bakar Ba’asyir. Setelah bebas, sembari menunggu hasil kasasi, ust. Abu Bakar Ba'asyir bersama Ust. Abdullah Sungkar (rhm), tetap melanjutkan aktivitas pendidikan dan dakwah mereka sepertimana semula. Hal ini menjadikan rezim orba menekan MA untuk menaikkan masa hukuman menjadi 9 tahun agar menjadi alasan bagi penangkapan mereka kembali. Ketika panggilan dari pengadilan Sukoharjo untuk mendengarkan keputusan pengadilan datang, sang dwitunggal memahami benar maksud dan tujuan licik pemerintah. Maka setelah berkonsultasi dengan beberapa ulama, mereka berdua memutuskan untuk tidak menghadiri undangan pengadilan tersebut karena hal tersebut adalah dosa. Hingga tidak ada pilihan lain bagi mereka kecuali berhijrah atau tetap di rumah hingga ditangkap oleh polisi. Bagi keduanya, hal demikian adalah lebih mulia di sisi Allah SWT daripada datang menyerahkan diri kepada thaghut. Nampaknya pilihan hijrah-lah yang dipilih, karena jalan ini adalah yang paling baik dari kedua pilihan itu. Berkat pertolongan Allah melalui Pak Muhammad Natsir, mantan Ketua Umum Masyumi dan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, mereka berdua berhasil berhijrah ke Malaysia dan menetap di sana. Kemudian, keberadaan mereka disusul oleh keluarga yang kemudian juga turut menetap di sana selama 15 tahun. Selama masa hijrah, beliau tetap bekerja dan berdakwah seperti semula.

 
Tahun 1998, Allah SWT berkehandak meruntuhkan kekuasaan orde baru yang zalim. Kemudian, ust. Abu Bakar Ba’asyir memutuskan kembali ke Indonesia bersama Ust. Abdullah Sungkar pada tahun 1999. Namun tak berselang lama, tepatnya pada tahun 2000 M, Ustadz Abdullah Sungkar wafat. Kemudian, ust. Abu Bakar Ba'asyir memutuskan kembali ke ponpes Al Mukmin Ngruki meneruskan pendidikan dan dakwah untuk menegakkan cita-cita demi tegaknya syariat Islam di Indonesia. Dalam rangka mengembangkan dakwah, ust. Abu Bakar Ba'asyir mengikuti kongres umat Islam yang digagas oleh beberpa aktivis dakwah di Yogyakarta, dimana pada kongres tersebut, umat Islam sepakat membuat sebuah wadah untuk kaum muslimin bersatu demi menegakkan kalimah Allah di bumi Indonesia, hingga terbentuklah Majelis Mujahidin Indonesia (MMI). Hasil kongres memutuskan Ust. Abu Bakar Ba'asyir diangkat menjadi Amir Ahlul Halli Wal Aqdi (AHWA) MMI atau juga di sebut sebagai Amir MMI.

 
Tahun 2003, beliau ditangkap lagi oleh pemerintahan Megawati karena dituduh terlibat kegiatan terorisme yang membuatnya divonis 1,5 tahun walaupun tanpa bukti. Anehnya vonis itu di jatuhkan bukan karena keterlibatan dengan terorisme seperti yang selama ini di tuduhkan kepadanya. Arah tuduhan di persidangan berbelok dari urusan terorisme kepada tuduhan makar dan pemalsuan KTP, walau saksi-saksi di persidangan dari kalangan pejabat pemerintah daerah Sukoharjo sendiri menyatakan bahwa tidak ada kejanggalan apapun pada proses pembuatan KTP ust. Abu Bakar Ba’asyir.

 
Tahun 2004, setelah keluar dari pintu penjara salemba, beliau langsung dicegat oleh polisi untuk dijebloskan kembali ke penjara. Lagi-lagi karena tuduhan yang sama. Dia dianggap terlibat kasus bom hotel Marriot. Padahal, saat kejadian Bom Mariott berlangsung, beliau sendiri sedang mendekam di penjara Salemba sejak 1.5 th sebelumnya. Hingga pada saat pemerintahan SBY, ust. Abu Bakar Ba'asyir tetap harus tinggal di penjara hingga 30 bulan karena tekanan pihak asing hingga bulan Juni 2006. Baru Kemudian beliau merasakan kebebasan. Selanjutnya, aktivitas dakwahnya masih beliau lanjutkan dengan berkeliling ke seluruh Indonesia untuk mensosialisasikan penegakan Syariat Islam di Indonesia. Tak hanya kalangan ulama yang ia datangi, tak kurang dari pemukiman penduduk, perumahan, perkantoran, majelis-majelis taklim, masjid, mushola, pejabat, dan birokrat serta penjara ia datangi bersama beberapa aktivis Islam baik dari Majelis Mujahidin Indonesia maupun yang elemen Islam lainnya. Kesibukannya berdakwah selepas dari penjara hampir tidak menyisakan waktu di rumah untuk bercengkerama dengan keluarganya, anak-anak, serta cucunya selayaknya orang-orang tua yang telah menikmati masa pensiun, karena beliau tahu benar bahwa dunia dakwah tak memiliki masa pensiun.