Wasiat Terbaru Ustadz Abu Bakar Ba'asyir untuk Para Mujahid

9.3.10

Andai Kau Tahu, Mengerti dan Paham Saudaraku...



By: Abu Ikrimah Al-Bassam

Wahai saudaraku,
Andai kau tahu
Debu fisabilillah yang menempel di kakimu
Dapat menyelamatkanmu dari neraka Jahannam
Kenapa kau tinggalkan jihad?

Wahai saudaraku,
Andai kau paham
Sekejap dalam medan jihad
Dapat mengharuskanmu menikmati kenikmatan
dan keindahan Jannatun Na’im
Kenapa memilih selain jihad?

Wahai saudaraku,
Andai kau mengerti
Berak dan berseninya kudamu fi sabilillah
Bernilai pahala bagimu di sisi Robmu
Kenapa masih bimbang untuk berjihad?

Wahai saudaraku,
Andai kau tahu
Timah panas yang mengoyak tubuhmu
dapat menghantarkanmu memeluk mesra Bidadari jelita
Kenapa takut berjihad?

Wahai saudaraku,
Andai kau faham
Dentuman bom yang mencabik-cabik dagingmu
dapat menyibukkanmu bercanda ria di pangkuan Bidadari jelita
selama berpuluh-puluh tahun tanpa bosan
Kenapa masih ragu untuk berjihad?

Wahai saudaraku,
Andai kau mengerti
Ledakan mortir yang meremukkan tulang belulangmu
dapat menghantarkanmu berbaring mesra di atas kasur
dalam kamar mempelai bersama bidadari yang tidak pernah
hilang keperawanannya
Kenapa enggan berjihad?

Wahai saudaraku,
Andai kau faham
Tetesan darah pertama yang kau tumpahkan di medan jihad
dapat menghapuskan semua dosa-dosamu
Tidak ada pilihan lain bagimu selain jihad?

Duhai saudaraku,
Seandainya engkau faham
Seandainya engkau mengerti
Seandainya engkau tahu
Dan seandainya engkau berakal
Engkau pasti memilih jihad.
[voa-islam.com]

Duhai Lelaki yang Memiliki Iman...



Dadaku sesak
Setiap kali melihat ceceran darah itu
Tubuh yang terpisah dari kepalanya
Usus yang terburai
Kepala yang pecah
Tubuh yang hangus terbakar
Muslim-muslimah yang ditelanjangi.

Amarahku membara.
Setiap kali kumelihat seringai tawa itu
Sorot mata yang penuh nafsu
Mulut yang senantiasa berucap kehinaan
Tangan yang senantiasa menyiksa mencabik kehormatan
Kaki yang senantiasa menendang dan memburu
Bak singa yang kelaparan
Tingkah tak ubahnya binatang
Tak pantas disebut manusia.!

Fathimah, Nadia, Aisyah
Siapa lagi yang akan terenggut kehormatannya
dipenjara yang pengap itu?

Oh Rabbi,
Mereka memandangku
Matanya begitu sayu
Namun bibir itu bertasbih, bertahmid, bertakbir
Mereka meronta meminta belas kasih saudaranya.

Ya Rabbi,
Mereka berteriak
Innamal mu’minuuna ikhwah
Innamal mu’minuuna ikhwah
Mereka menagih kalam-Mu itu pada kami.

Ya Rabbi,
Hati ini bertanya
Apakah masih ada yang menyambut seruan itu?
Seruan meminta pertolongan
Selamatkan izzah kami, selamatkan agama yang ada dihati kami!!!

Ya Rabbi,
Bahkan mereka mengancam
Kan kuadukan kehormatanku pada Mu ya Allah,
Mereka saudara-saudaraku tak lagi peduli pada ayat-ayat-Mu,
”Barangsiapa meninggalkan saudaranya yang membutuhkan pertolongan
maka dia akan ditinggalkan oleh-Nya ketika terdesak dalam kesulitan.”

Ohhh...Rabbul Izzati,
Apa yang harus kulakukan ?
Hanya lisan yang menyeru saudara seakidah
untuk menyambut panggilan-Mu
Itulah yang kulakukan.

Wahai orang yang mempunyai iman
Apakah jiwamu terbakar ketika mendengar jerit mereka?
Apakah dirimu merasakan pula sakitnya siksaan yang mereka alami?

Duhai lelaki yang mengaku memiliki iman
yang menangis diwaktu manusia tertidur lelap
yang dilebihkan atasnya kekuatan
yang dikhususkan baginya syari’at berperang
yang lemah lembut terhadap kaum mukmin
dan yang keras terhadap kaum kafir
Duhai lelaki yang ketika mendengar seruan-Nya, hatinya gemetar.

Bersiaplah wahai diri yang dirindukan syurga
Istanamu telah menanti
Isteri akhiratmu telah menunggu

Sambutlah panggilan-Nya
Sambutlah panggilan saudaramu
di negeri-negeri yang terjajah.
Persiapkanlah diri kalian
untuk menghadapi kaum terlaknat itu
iman, ilmu, fisik dan materi
kami menunggu berita kemenangan atau syahid yang mulia.

Adakah yang terpanggil hatinya?
Lakukanlah tindakan nyata!
Apakah kesana ada yang mencari jalan ?
Tentu ada
Tapi hanya jiwa yang kokoh imannya dan terpilih jiwanya....

Saudarimu yang merindu
berjumpa Rabb-nya di medan Jihad

[Syauqiyyah Syahidah]

Penembakan Densus di Gang Asem: Siapa yang Bohong, Polisi atau Saksi Warga?



JAKARTA (voa-islam.com) – Dua orang yang diduga teroris tewas diterjang peluru Densus 88 Antiteror di Gang Asem, Jalan Setiabudi, Pamulang, Tangerang, Selasa (9/3/2010). Peristiwa penembakan siang bolong di Gang Asem itu menjadi misteri dan polemik, karena laporan polisi bertolak belakang dengan kesaksian warga yang menyaksikan detik-detik penembakan dengan mata kepalanya.

Manurut laporan polisi, dua orang itu terpaksa ditembak karena melawan dengan cara menembak petugas dari atas motor Suzuki Thunder biru yang mereka naiki. Padahal, menurut saksi mata, dua orang korban ditembak kepalanya saat terjatuh, tanpa melakukan penembakan apapun.

Beberapa saat usai peristiwa penembakan di Gang Asem tersebut, Mabes Polri mengeluarkan siaran pers bahwa kedua korban ditembak polisi karena melakukan perlawanan dengan menembak petugas.

"Mereka melakukan perlawanan dengan menembak petugas sambil mengendarai motor Thunder," kata Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Polisi Edward Aritonang di Markas Besar Polisi, Jakarta Selatan, Selasa 9 Maret 2010.
...Mereka melakukan perlawanan dengan menembak petugas sambil mengendarai motor Thunder," kata Kadiv Humas Polri di Mabes Polri...
Edward juga membantah ada orang diduga teroris yang berjenis kelamin perempuan. Ketiganya laki-laki.

Siaran pers dari kantor Mabes Polri itu bertolak belakang dengan keterangan warga yang menjadi saksi mata peristiwa Gang Asem itu.

Menurut salah satu saksi mata, korban penembakan di Gang Asem itu ada dua orang, yaitu pembonceng motor Suzuki Thunder biru dan seorang yang dibonceng, memakai cadar hitam.

Menurut Sipit (55), pemilik warung rokok dan  gorengan –tempat kedua korban tewas– peristiwa terjadi pada pukul 13.30.

"Saat itu saya sedang jaga warung, memarut kelapa di teras warung. Tiba-tiba ada motor kenceng lalu balik, yang dibonceng loncat ke depan warung lalu nyungsruk (terjerembab, ed.) ke kolong meja," kata Sipit ditemui di warungnya di Gang Asem, Rabu 10 Maret 2010.

Orang yang dibonceng memakai cadar, Sipit mengaku sempat mengira dia adalah perempuan.

Tak beberapa lama, tambah dia, ada polisi menghampiri. "Kayak ada perlawanan lalu ditembak di tempat," tambah dia.
...Saya dengar ada empat kali tembakan. Pelaku nggak bawa tembakan (senjata api, ed.), yang menembak satu polisi pakaiannya biasa, ujar Sipit...
"Saya dengar ada empat kali tembakan. Pelaku nggak bawa tembakan (senjata api, ed.), yang menembak satu polisi pakaiannya biasa," tambah Sipit.

Menurut dia, tembakan dilakukan dalam jarak dekat, setelah pelaku dan polisi sempat bergulat. "Tembakan di dadanya," tambah Sipit.

Sipit mengaku syok melihat hal tersebut. Polisi menyuruhnya masuk ke warung. "Masuk ke dalam kalau di luar bisa kena," kata Sipit, menirukan ucapan polisi.

Perempuan paro baya itu mengaku saat itu dia tidak tahu bahwa orang berpakaian preman yang menembak adalah polisi.

Kisah versi Sipit juga dibenarkan oleh Hamid (68), warga sekitar yang juga menyaksikan detik-detik penembakan dengan kedua bola matanya.

"Ketika kejadian, saya lagi duduk-duduk," kata Hamid di lokasi penembakan di Gang Asem.

Saat itu sekitar pukul 13.30 Waktu Indonesia Barat. Tiba-tiba ada motor dari dalam Gang Asem melaju kencang ke arah Jalan Setiabudi. Yang membawa motor seorang pria berbaju hitam dan memakai ransel. Yang dibonceng menggunakan cadar.

Namun, saat motor hendak menuju mulut gang, polisi telah menutup jalan. Panik, motor langsung balik arah. Satu penumpang terpental. Sementara motor dibawa lari ke arah gang. Ternyata ada polisi tidur, motor pun terjatuh.
...kedua kaki berada di tepi sebuah selokan. Dia menggambarkan aparat meletakkan pistol di bagian kening...
Hamid juga menirukan posisi jatuhnya –tubuh doyong dan kedua kaki berada di tepi sebuah selokan. Dia menggambarkan aparat meletakkan pistol di bagian kening.

"Pengendara langsung disergap satu polisi pakaian preman. Pengendara ini berusaha berontak, terpaksa ditembak kepalanya," kata Hamid. [taz/viva]

Sifat Malu, Aset Berharga Wanita Beriman

Sifat Malu, Aset Berharga Wanita Beriman


SIFAT malu merupakan aset berharga wanita mukmin yang mampu menolongnya menjaga kehormatan dirinya, martabat, dan statusnya. Para istri shalihah adalah para muslimah yang memiliki sifat malu dalam akhlak, berpakaian, tindak-tanduk, obrolan, interaksi, dan budi pekerti. Sifat malu positif yang dimiliki seorang istri shalihah membuatnya senantiasa patuh pada aturan berpakaian Islami, baik itu jilbab, cadar, ataupun burqa. Dia tidak akan pernah mau mengenakan pakaian yang transparan, ketat, sama dengan pakaian pria, dipakai untuk niatan pamer dan berlagak, lalu memakai wewangian dan menggoda.



Bagaimana bisa seorang wanita muslim mengabaikan aturan-aturan Allah yang ditetapkan baginya. Dia akan menanggung dosa apabila menyepelekan aturan-aturan tersebut. Allah SWT mengharuskannya untuk menuulurkan kain kerudung menutupi dadanya, sebagaimana ditegaskan-Nya di surat An-Nur ayat 31.



Allah juga berfirman, “Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka." Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al-Ahzab: 59).



...Bagaimana bisa seorang wanita muslim mengabaikan aturan-aturan Allah yang ditetapkan baginya. Dia akan menanggung dosa apabila menyepelekan aturan-aturan tersebut...

Maksud dari jilbab di ayat tadi adalah sejenis baju kurung yang lapang, tidak ketat dan transparan, yang menutup kepala, muka, dan dada. Selain itu, Allah juga menyatakan:



“Hai istri-istri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang baik. dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya.” (Al-Ahzab: 32-33)



Dengan demikian, bagaimana bisa seorang muslimah mengklaim dirinya sebagai wanita yang baik, sementara di waktu yang bersamaan dia mempertontonkan pesona, kecantikan, dan keindahannya kepada setiap laki-laki untuk menarik perhatian mereka? Dia seharusnya menyimpan kemolekannya hanya untuk sang suami. Rasulullah menegaskan, “Sifat malu dan perasaan takut tidak dapat dipisahkan. Jika salah satunya hilang, maka yang lainnya pun akan menghilang.”



Dari hadits tadi dapat ditarik kesimpulan bahwa wanita muslimah yang mengumbar kecantikannya adalah seorang yang tidak memiliki rasa malu. Jika dia tidak memiliki rasa malu, maka dipastikan tidak memiliki karakteristik Islam yang esensial. Rasul bersabda lagi, “Setiap agama memiliki etika moral khusus, dan sifat malu merupakan etika moral yang khusus di dalam Islam.”



...wanita muslimah yang mengumbar kecantikannya adalah seorang yang tidak memiliki rasa malu. Jika dia tidak memiliki rasa malu, maka dipastikan tidak memiliki karakteristik Islam yang esensial...

Selain itu, sifat malu seorang wanita beriman mengharuskannya untuk menundukkan pandangannya. Di dalam sebuah hadits Qudsi, melalui lisan Nabi Muhammad, Allah menyatakan, “Pandangan (terlarang) merupakan salah satu anak panah beracun Iblis. Seseorang yang menghindari hal itu karena takut kepada-Ku, maka akan diberi keimanan yaitu dia merasakan rasa manis (keindahan) di hatinya.”



Memberikan tali kendali yang bebas kepada pandangan mata bisa mendatangkan berbagai kerusakan. Sebagaimana pandangan terlarang adalah perangkap yang ditebarkan setan. Oleh karena itu, Rasulullah berkata kepada Ummu Salamah dan Maimunah ketika keduanya menatap Abdullah Ummi Maktum yang buta, “Apakah engkau buta? Engkau tidak melihatnya?”



...setiap wanita muslim harus mengejawantahkan sifat malu positifnya...

Tak hanya itu, sifat malu yang dimiliki seorang wanita beriman juga direfleksikan dengan caranya berbicara, beretika, bergerak, berjalan, dan lain sebagainya. Maka setiap wanita muslim harus mengejawantahkan sifat malu positifnya. Contoh terbaik dari sifat malu yang dimiliki wanita beriman adalah dua orang wanita yang bertemu Nabi Musa di mata air Madyan.



Allah berfirman mengenai hal tersebut, “Dan tatkala ia sampai di sumber air negeri Mad-yan ia menjumpai di sana sekumpulan orang yang sedang meminumkan (ternaknya), dan ia men- jumpai di belakang orang banyak itu, dua orang wanita yang sedang menghambat (ternaknya). Musa berkata: "Apakah maksudmu (dengan berbuat at begitu)?” Kedua wanita itu menjawab: "Kami tidak dapat meminumkan (ternak kami), sebelum pengembala-pengembala itu memulangkan (ternaknya), sedang bapak kami adalah orang tua yang telah lanjut umurnya.” (Al-Qashash: 23).



Rasa malu telah menggiring keduanya untuk tidak menggabungkan ternak keduanya dengan ternak orang lain. Keduanya juga memberi contoh bahwa wanita tetap tinggal di rumah, kecuali jika ada urusan mendesak, seperti keduanya yang terpaksa keluar rumah untuk memberi minum ternak, karena ayahnya sudah ringkih. [ganna pryadha/voa-islam.com

Dialog tentang Politik Syar'i dengan Para Murid Syaikh Al-Albani (Ketika Berkunjung ke Indonesia)

Siyasah Syar’iyah (Politik Syar’i)
selamat datang di blog pribadi ustadz abu ubaidah yusuf as-sidawidisusun oleh:
Abu Ubaidah Yusuf As-Sidawi
.
Pada tanggal 3-6 Muharram 1423 H (17-20 Maret 2002 M), Ma’had Al-Irsyad Surabaya bekerja sama dengan Markaz Imam Al-Albani (Yordania) menyelenggarakan daurah ilmiah bersama murid-murid Imam Al-Albani yaitu Syaikh Dr. Muhammad Musa Alu Nashr, Syaikh Salim bin ‘Id Al-Hilali, Syaikh Ali bin Hasan Al-Halabi dan Syaikh Masyhur bin Hasan Alu Salmansemoga Alloh menjaga mereka semua-. Pada edisi kali ini sengaja kami mengangkat beberapa terjemahan “soal-jawab” pada acara daurah tersebut, dengan harapan kita bisa mengambil pelajaran dari pertanyaan sebagian saudara kita.
A. Fitnah Amerika
Oleh Syaikh Muhammad bin Musa Alu Nashr
  • Soal: Bagaimana sikap yang benar dalam menghadapi fitnah negara Amerika Serikat, yang sekarang sering diperbincangkan oleh banyak orang?
Jawab: Sesungguhnya fitnah yang menimpa kaum muslimin pada saat ini berupa kerusakan, malapetaka, dan kehancuran adalah disebabkan jauhnya mereka dari jalan yang telah digariskan (ditetapkan) Alloh.
Alloh memenangkan musuh-musuh Islam disebabkan jauhnya kaum muslimin dari akidah tauhid dan pengamalan agama Islam (secara benar). Hal ini merupakan bukti kebenaran sabda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam:
يُوْشِكُ الأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَىالأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا فَقَالَ قَائِلٌ وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ؟ قَالَ: بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيْرٌ وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ وَلَيَنْزِعَنَّ اللهُ مِنْ صُدُوْرِ عَدُوِّكُمُ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ وَلَيَقْذِفَنَّ اللهُ فِيْ قُلُوْبِكُمُ الْوَهْنَ. فَقَالَ قَائِلٌ: يَا رَسُوْلَ اللهِ وَمَا الْوَهْنُ؟ قَالَ: حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَّةُ الْمَوْتِ
Hampir saja umat-umat (musuh-musuh Islam) mengerumuni kalian sebagaimana orang yang makan mengerumuni makanannya. Seorang sahabat bertanya, “Apakah saat itu kami berjumlah sedikit?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Bahkan kalian saat itu adalah mayoritas, tetapi kalian seolah buih ombak di lautan. Alloh mencabut wibawa kalian dari dada musuh-musuh kalian dan Alloh akan menancapkan di hati kalian penyakit wahn.” Seorang bertanya, “Wahai Rasulullah apakah yang dimaksud dengan wahn?” Beliau bersabda, “Cinta dunia dan takut mati.” (HR. Abu Dawud, Ibnu Asakir, Ahmad, dan Thabrani, dishahihkan Al-Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah no. 958 dan Al-Misykah no. 5369)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:
إِذَا تَبَايَعْتُمْ بِالْعِيْنَةِ وَأَخَذْتُمْ أَذْنَابَ الْبَقَرِ. وَرَضِيْتَمْ بِالزَّرْعِ وَتَرَكْتُمُ الْجِهَادَ سَلَّطَ اللهُ عَلَيْكُمْ ذُلاًّ لاَيَنْزِعُهُ حَتَّى تَرْجِعُوْا إِلَى دِيْنِكُمْ
Apabila kalian berjual beli dengan sistem Al-‘Inah (salah satu bentuk riba) dan memegang ekor-ekor sapi dan ridha dengan pertanian (terlena dengan kehidupan dunia) dan meninggalkan jihad, maka Alloh akan menurunkan kehinaan kepada kalian. Dia (Alloh) tidak akan mengangkat kehinaan tersebut sehingga kalian kembali ke agama kalian.
(HR. Ahmad dan Abu Daud, lihat Ash-Shahihah no. 11)
Kehinaan yang diisyaratkan oleh hadits di atas dapat kita rasakan bersama, pada saat ini. Sungguh Alloh tidak akan mencabutnya sehingga kita kembali kepada agama Islam.
Adapun yang dilakukan oleh para perusak (mungkin maksud beliau adalah peristiwa 11 September 2001; penghancuran gedung WTC AS) hal ini disebabkan rasa putus asa dan pesimis mereka terhadap apa yang menimpa umat manusia (kaum muslimin).
Maka wajib bagi pemimpin kaum muslimin untuk menegakkan kewajiban jihad dan menegakkan syari’at Islam di tengah-tengah umat. Wallohu A’lam.
B. Politik Syar’i
Oleh Syaikh Salim bin ‘Id Al-Hilali

  • Soal: Sebagaimana tadi Anda jelaskan bahwa dakwah salafiyah menyeru umat kepada agama Islam dalam segala aspek kehidupan, termasuk juga perkara jihad, politik, dan lain sebagainya. Lantas apakah patokan politik itu dan kapankah seseorang boleh terjun ke dunia politik? Berilah kami penjelasan. Semoga Alloh membalas amal baik kalian.
Jawab: Sesungguhnya Islam merupakan agama yang sempurna dan mencakup segala aspek kehidupan umat manusia. Alloh memerintahkan kepada hamba agar berpegang teguh dengannya (syari’at Islam). Alloh berfirman:
إِنَّ الدِّيْنَ عِنْدَ اللهِ الإِسْلاَمُ
Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Alloh hanyalah Islam.
(QS. Ali Imran: 19)
Dan Alloh juga berfirman:
وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الإِسْلاَمِ دِيْنًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فيِ الأَجِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ
Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima. Dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.
(QS. Ali Imran: 85)
Alloh juga memerintahkan agar kita mengambil syari’at Islam secara keseluruhannya sebagaimana firman-Nya:
يَآ أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا ادْخُلُوْا فيِ السِّلْمِ كَآفَّةً وَلاَ تَتَّبِعُوْا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِيْنٌ
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu.
(QS. Al-Baqarah: 208)

Ibnu Abbas
menafsirkan kata السِّلْم as-silmu (dalam ayat di atas) adalah Islam. Maka wajib bagi bagi seluruh kaum muslimin untuk mengambil Islam secara keseluruhannya. Di antaranya adalah siyasah syar’iyah (politik syar’i) yang bermaksud mengatur masalah umat dalam hal-hal yang tidak bertentangan dengan Al-Qur’an dan Sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Jadi politik termasuk Islam.
Oleh karena itu para ulama menulis buku-buku yang membahas tentang siyasah syar’iyah (politik syar’i) seperti Ahkam Sulthaniyah oleh Al-Mawardi, As-Siyasah Asy-Syar’iyah oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, Ahkam Sulthaniyah oleh Abu Ya’la Al-Mushili, Ath-Thuruqul Hukmiyah oleh Ibnul Qayyim, dan sebagainya. Semua itu untuk menerangkan bahwa sesungguhnya Islam yang mengatur masalah umat.
Dalam sebuah hadits, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
كَانَتْ بَنُوْ إِسْرَائِيْلَ تَسُوْسُهُمُ الأَنْبِيَاءُ كُلَّمَا هَلَكَ نَبِيٌّ خَلَفَهُ نَبِيٌّ وَإِنَّهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدِيْ وَسَتَكُوْنُ خُلَفَاءُ فَيَكْثُرُوْنَ…
Sesungguhnya Bani Israil diatur oleh para nabi. Setiap meninggal seorang nabi diganti oleh nabi yang lain. Dan tidak ada nabi setelahku. Tetapi akan ada para khalifah yang banyak.
(HR. Bukhari 3455 dan Muslim 1842)
Maka orang yang berhak mengatur masalah umat setelah para nabi adalah umara dan ulama. Umara dengan cara melaksanakan syari’at Alloh dan ulama berperan dengan cara mengarahkan umat dan umara.
Sekali lagi, orang yang berhak terjun ke dunia politik adalah orang yang berilmu mantap tentang hukum-hukum syar’i. Karena mengatur permasalahan umat itu sangat membutuhkan pengetahuan agama. Adapun politik dalam wacana modern, maka ini tidak dibenarkan oleh Islam karena hanya sekedar omong kosong, licik, nifak (kemunafikan), dan plin-plan terhadap sesama politikus. Maka politik dengan istilah modern ini tidak termasuk din dan agama juga berlepas diri darinya. Oleh karena itu kita harus pandai-pandai membedakan antara politik yang dikehendaki Alloh dan politik menurut istilah modern.
Kesimpulannya, orang yang berhak mengurusi politik syar’i adalah alim rabbani yang membina umat sedikit demi sedikit mulai dari yang kecil hingga besar dari hal-hal yang dibutuhkan umat sehingga menjadi sempurna.
  • Soal: Benarkah keabsahan perkataan dari Ali bin Abi Thalib:
الْحَقُّ بِلاَ نِظَامٍ يَغْلِبُهُ الْبَاطِلُ بِنِظَامٍ
Al-Haq (kebenaran) tanpa terorganisasi akan dikalahkan oleh kebatilan yang terorganisasi.
Apabila shahih, lantas bagaimana maksudnya? Dan bolehkah perkataan ini dijadikan dalil bolehnya pergerakan?
Jawab: Perkataan ini tidak shahih dari Ali bin Abi Thalib. Itu hanya dibuat-buat oleh harakiyun (orang-orang pergerakan). Agama kita merupakan agama yang teratur. Seandainya kita mau mempraktekkan agama Islam secara benar sesuai yang diajarkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam beserta sahabatnya, kita akan merasakan bahwa kita diatur. Adapun bila kita membuat aturan-aturan yang baru, yang kita tegakkan wala’ dan bara’ (loyalitas dan berlepas diri), sekalipun dibangun di atas bai’at-bai’at yang banyak, semua itu bukanlah termasuk agama Islam secuilpun. Kita merupakan umat yang diatur dengan agama Islam. Muhammad bin Abdillah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dialah yang membangun pondasinya. Dan kita tidak butuh kepada harakah-harakah baru yang hanya memecah belah umat.
C. Anak Hasil Perzinaan
Oleh Syaikh Ali bin Hasan Al-Halabi
  • Soal: Bagaimana derajat hadits:
لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ وَلَدُ الزِّنَا
Tidak akan masuk surga anak (hasil) zina.
Dan bagaimana maksudnya jika derajatnya shahih?
Jawab: Derajat hadits di atas shahih, Syaikh kami Al-Albani mencantumkanya dalam kitabnya Silsilah Al-Ahadits Shahihah (no. 672). Beliau menshahihkannya dan mengumpulkkan jalan-jalan riwayat dan lafazhnya.
Adapun maksud hadits tersebut adalah sebagaimana yang dijelaskan Imam Ibnul Qayyim bahwa air mani yang jelek itu biasanya tidak menghasilkan kecuali anak yang jelek. Jadi apabila anak (hasil) zina tersebut melakukan seperti kelakuan orang tuanya, maka dia terancam dengan hadits ini. Namun apabila Alloh memberi taufiq dan hidayah kepadanya, maka dia tidak bisa disamakan dengan orang tuanya sebagaimana firman Alloh:
كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ رَهِيْنَةٌ
Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang diperbuatnya. (QS. Al-Muddatstsir: 38)
D. Khatib Dan Imam Shalat Jum’at
Oleh Syaikh Masyhur bin Hasan Alu Salman

  • Soal: Apakah seorang yang berkhutbah Jum’at diwajibkan menjadi imam shalatnya sekaligus?
Jawab: Tidak ragu lagi shalat merupakan ibadah. Sedangkan petunjuk amali (praktek) Nabi beserta para sahabatnya menerangkan bahwa orang yang menjadi imam shalat Jum’at adalah khatib Jum’at. Namun apabila diimami oleh orang lain, maka shalatnya tetap sah sekalipun menyelisihi sunnah. Hal ini dijelaskan secara bagus sekali oleh Imam Syaukani dalam kitabnya Sailul Jarar (1/301).
Wallohu A’lam.

10 FAEDAH TENTANG BID’AH


I. BID’AH PEMECAH BELAH UMAT

Bid’ah adalah penyebab utama perpecahan umat dan permusuhan di tengah-tengah mereka. Allah berfirman (yang artinya):

“Dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan,karena itu akan mencerai beraikan kalian dari jalanNya”. [1]
  • Mujahid[2] menafsirkan “jalan-jalan” dengan aneka macam bid’ah dan syubhat.[3]
Setelah menyebutkan beberapa dalil-dalil bahwa bid’ah adalah pemecah belah umat, Imam Asy Syatibi mengatakan :”Semua bukti dan dalil ini menunjukan bahwa munculnya perpecahan dan permusuhan adalah ketika munculnya kebid’ahan”[4]
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata dalam Al Istiqomah 1/42 :
”bid’ah itu identik dengan perpecahan sebagaimana sunnah identik dengan persatuan.”
II. BILA BID’AH DIANGGAP SUNNAH
Sahabat Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu tatkala mengatakan:
كَيْفَ أَنْتُمْ إِذَا لَبِسَتْكُمْ فِتْنَةٌ يَهْرَمُ فِيْهَا الْكَبِيْرُ, وَيَرْبُوْ فِيْهَا الصَّغِيْرُ, إِذَا تُرِكَ مِنْهَا شَيْءٌ قِيْلَ تُرِكَتِ السُّنَّةُ. قَالُوْا : وَمَتَى ذَاكَ؟ قَالَ : إِذَا ذَهَبَتْ عُلَمَاؤُكُمْ, وَكَثُرَتْ قُرَّاؤُكُمْ, وَقَلَّتْ فُقَهَاؤُكُمْ, وَكَثُرَتْ أُمَرَاؤُكُمْ, وَقَلَّتْ أُمَنَاؤُكُمْ, وَالْتُمِسَتِ الدُّنْيَا بِعَمَلِ الآخِرَةِ, وَتُفُقِّهَ لِغَيْرِ الدِّيْنِ
Bagaimana sikap kalian apabila datang sebuah fitnah yang membuat orang-orang dewasa menjadi pikun, anak-anak menjadi tua dibuatnya, dan manusia menganggapnya sunnah, apabila ditinggalkan maka dikatakanlah, “Sunnah telah ditinggalkan.” Mereka bertanya, “Kapankah itu terjadi?” Beliau menjawab, “Apabila telah wafat para ulama kalian dan meninggal para pembaca kalian, sedikitnya orang-orang faqih kalian, banyaknya para pemimpin kalian, sedikitnya orang-orang yang amanah, dunia dikejar dengan amalan akhirat, ilmu selain agama dipelajari secara mendalam.”[5]
  • Syaikh al-Albani menerangkan bahwa hadits ini sekalipun mauquf pada Ibnu Mas’ud tetapi dia tergolong marfu’ hukman (sampai kepada Nabi n/), lalu lanjutnya: “Hadits ini merupakan salah satu bukti kebenaran kenabian Nabi dan risalah yang beliau emban, karena setiap penggalan hadits ini telah terbukti nyata pada zaman kita sekarang, di antaranya banyaknya kebid’ahan dan banyaknya manusia yang terfitnah olehnya sehingga menjadikannya sebagai suatu sunnah dan agama, lalu ketika ada Ahlus Sunnah yang memalingkannya kepada sunnah yang sebenarnya, maka mereka mengatakan: “Sunnah telah ditinggalkan”.!! [6]

III. SENJATA PAMUNGKAS

  • Dari Said bin Musayyib, ia melihat seorang laki-laki menunaikan shalat setelah fajar lebih dari dua rakaat, ia memanjangkan rukuk dan sujudnya. Akhirnya Said bin Musayyib pun melarangnya. Orang itu berkata: “Wahai Abu Muhammad, apakah Allah aka menyiksaku dengan sebab shalat? “Beliau menjawab tidak, tetapi Allah akan menyiksamu karena menyelisihi As-Sunnah”. [7]
  • Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani mengomentari atsar ini dalam Irwaul Ghalil 2/236 “Ini adalah jawaban Said bin Musayyib yang sangat indah. Dan merupakan senjata pamungkas terhadap para ahlul bid’ah yang menganggap baik kebanyakan bid’ah dengan alasan dzikir dan shalat, kemudian membantai Ahlus Sunnah dan menuduh bahwa mereka (Ahlu Sunnah) mengingkari dzikir dan shalat! Padahal sebenarnya yang mereka ingkari adalah penyelewengan ahlu bid’ah dari tuntunan Rasul Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam dzikir, shalat dan lain-lain”.

IV. BID’AH HASANAH, ADAKAH?

Sungguh aneh bin ajaib apa yang dikatakan oleh al-Ghumari dalam bukunya “Itqon Shun’ah fi Tahqiqi Ma’na al-Bid’ah” hlm. 5: “Sesungguhnya para ulama bersepakat untuk membagi bid’ah menjadi dua macam; bid’ah terpuji dan tercela…Tidak ada yang menyelisihnya kecuali asy-Syathibi!!!”.
Demikian ucapannya, sebuah ucapan yang tidak membutuhkan keterangan panjang tentang bathilnya, karena para ulama salaf semenjak dahulu hingga sekarang selalu mengingkari bid’ah dan menyatakan bahwa setiap kebid’ahan adalah sesat. Alangkah bagusnya ucapan sahabat Abdulloh bin Umar tatkala berkata:
كُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَ إِنْ رَآهَا النَّاسُ حَسَنَةً
Setiap bid’ah adalah kesesatan walaupun dipandang oleh manusia sebagai suatu kebaikan. [8]
V. KELUARGA WARNA WARNI



Sungguh unik apa yang dikisahkan oleh Ibnu Hazm dalam Nuqothul Arus sebagaimana dalam Rosail Ibnu Hazm 2/112-115, di antaranya:
  • Hirosy memiliki enam anak, dua anaknya Ahlu Sunnah, duanya lagi dari Khowarij, duanya lagi dari Rafidhoh, mereka saling bermusuhan, sehingga suatu kali bapak mereka mengatakan: “Sesungguhkan Allah telah mencerai beraikan hati kalian!!”.
  • Sayyid al-Himyari Kisani adalah seorang Syi’ah, sedangkan kedua orang tuanya adalah khowarij, anaknya suka melaknat kedua orang tuanya dan kedua orang tuanya membalas melaknatnya juga!! [9]
VI. BID’AH MEMATIKAN SUNNAH

  • Hassan bin ‘Athiyyah berkata: “Tidaklah suatu kaum melakukan suatu kebid’ahan dalam agama mereka, ekcuali Allah akan mencabut dari mereka sunnah semisalnya, kemudian dia tidak kembali ke sunnah hingga hari kiamat”. [10]
  • Imam adz-Dzahabi berkata: “Mengikuti sunnah adalah kehidupan hati dan makanan baginya. Apabila hati telah terbiasa dengan bid’ah, maka tiada lagi ruang untuk sunnah”. [11]
VII. HATI ITU LEMAH

  • Suatu kali, ada dua orang lelaki pengekor hawa nafsu datang kepada Muhammad bin Sirin seraya mengatakan: “Wahai Abu Bakr! Kami akan menceritakan kepadamu suatu hadits? Beliau berkata: Tidak. Keduanya mengatakan: Kami akan membacakan ayat Al-Qur’an kepadamu. Beliau berkata: Tidak, kalian yang pergi ataukah saya yang akan pergi. [12]Sufyan ats-Tsauri berkata: “Barangsiapa mendengarkan suatu kebid’ahan, maka janganlah dia menceritakan kepada teman duduknya, janganlah dia memasukkan syubhat dalam hati mereka”.
  • Imam adz-Dzahabi membawakannya dalam Siyar A’lam Nubala’ 7/261, lalu berkomentar: “Mayoritas ulama salaf seperti ini kerasnya dalam memperingatkan dari bid’ah, mereka memandang bahwa hati manusia itu lemah, sedangkan syubhat kencang menerpa”.


VIII. ANTARA BID’AH DAN MASLAHAT
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah memberikan sebuah kaidah penting tentang maslahat dan mafsadah, beliau berkata :
فَكُلُّ أَمْرٍ يَكُوْنُ الْمُقْتَضِيْ لِفِعْلِهِ عَلَى عَهْدِ رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه و سلم مَوْجُوْدًا لَوْ كَانَ مَصْلَحَةً وَلَمْ يَفْعَلْ, يُعْلَمُ أَنَّهُ لَيْسَ بِمَصْلَحَةٍ
Setiap perkara yang faktor dilakukannya ada pada zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang nampaknya membawa maslahat tetapi tidak dikerjakan Nabi, maka jelas bahwa hal itu bukanlah maslahat. [13]
Beliau kemudian memberikan contoh, seperti adzan pada hari raya. Adzan itu sendiri pada asalnya adalah maslahat. Dan faktor dilakukannya juga ada, yaitu mengumpulkan jama’ah sholat. Tetapi Nabi tidak melakukannya. Berarti adzan pada hari raya bukanlah maslahat. Kita menyakini hal itu sesat sebelum kita mendapatakan larangan khusus akan hal tersebut atau  sebelum kita mendapaakan bahwa hal tersebut membawa mafsadah.


IX. PESAN SUNAN BONANG
Salah satu catatan menarik yang terdapat dalam dokumen “Het Book van Mbonang”[14] adalah peringatan dari sunan Mbonang kepada umat untuk selalu bersikap saling membantu dalam suasana cinta kasih, dan mencegah diri dari kesesatan dan bid’ah. Bunyinya sebagai berikut: “Ee..mitraningsun! Karana sira iki apapasihana sami-saminira Islam lan mitranira kang asih ing sira lan anyegaha sira ing dalalah lan bid’ah“.
Artinya: “Wahai saudaraku! Karena kalian semua adalah sama-sama pemeluk Islam maka hendaklah saling mengasihi dengan saudaramu yang mengasihimu. Kalian semua hendaklah mencegah dari perbuatan sesat dan bid’ah.[15]
X. MEMBANTAH AHLI BID’AH
Alangkah bagusnya ucapan seorang:
يَا طَالِبَ الْعِلْمِ صَارِمْ كُلَّ بَطَّالِ
وَكُلَّ غَاوٍ إِلىَ الأَهْوَاءِ مَيَّالِ
وَلاَ تَمِيْلَنَّ يَا هَذَا إِلَى بِدَعٍ
ضَلَّ أَصْحَابُهَا بِالْقِيْلِ وَالْقَالِ
Wahai penuntut ilmu, seranglah setiap ahli kebathilan
Dan setiap orang yang condong kepada hawa nafsu
Janganlah dirimu condong kepada bid’ah
Sungguh pelaku bid’ah telah tersesat karena kabar burung. [16]
Abu Ubaidah Yusuf As-Sidawi
www.abiubaidah.com

[1] QS.Al-An’am: 153. [2] Beliau adalah seorang pakar ilmu tafsir,beliau belajar dan khatam al qur’an beserta tafsirnya perayat kepada Ibnu Abbas sebanyak dua puluh sembilan kali. Sufyan Ats-Tsauri berkata :”Apabila datang padamu tafsir dari Mujahid, maka cukuplah dengannya.(lihat Ma’rifah Qurra’ kibar 1/66-67 Adz-Dzahabi, Muqodimah Tafsir 94-95 Ibnu Taimiyyah).
[3] Jami’ul Bayan 5/88 Ibnu Jarir.
[4] Al-I’tishom 1/157.
[5] HR. Darimi 1/64, al-Hakim 4/514 dengan sanad hasan shohih.
[6] Qiyam Romadhan hlm. 4-5.
[7] Dikeluarkan oleh al-Baihaqi dalam Sunan Kubra 2/466.
[8] Diriwayatkan oleh Lalikai dalam Syarah Ushul I’tiqod: 126, Ibnu Baththoh dalam Ibanah: 205, al-Baihaqi dalam Madkhol Ila Sunan: 191, dan Ibnu Nashr dalam as-Sunnah: 70 dan dishohihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Ahkam Janaiz hlm. 258.
[9] An-Nadhoir, Syaikh Bakr Abu Zaid hlm. 86.
[10] Dikeluarkan al-Lalikai: 129, ad-Darimi: 98 dengan sanad shohih.
[11] Tasyabbuh al-Khosis bi Ahlil Khomis hlm. 46.
[12] Ad-Darimi 1/109.
[13] Iqtidho’ Sirhotil Mustaqim 2/594.
[14] Dokumen ini adalah sumber tentang walisongo yang dipercayai sebagai dokumen asli dan valid, yang tersimpan di Museum Leiden, Belanda. Dari dokumen ini telah dilakukan beberapa kajian oleh beberapa peneliti. Diantaranya thesis Dr. Bjo Schrieke tahun 1816, dan Thesis Dr. Jgh Gunning tahun 1881, Dr. Da Rinkers tahun 1910, dan Dr. Pj Zoetmulder Sj, tahun 1935.
[15] Dari info Abu Yahta Arif Mustaqim, pengedit buku Mantan Kiai NU Menggugat Tahlilan, Istighosahan dan Ziarah Para Wali hlm. 12-13.
[16] Dzail Tarikh Baghdad 16/318, sebagaimana dalam Ilmu Ushul Bida’ hlm. 300

7 FAEDAH SEPUTAR DAKWAH

Faidah I: KAIDAH PENTING
Al-Hafizh Ibnu Qayyim al-Jauziyyah berkata: “Mengingkari kemungkaran memiliki empat tingkatan:
  • Pertama: Apabila kemungkaran tersebut hilang dan berganti sebaliknyaدعوة إلي الله يا أخي
  • Kedua: Apabila mengecil sekalipun tidak hilang seluruhnya,.
  • Ketiga: Apabila berganti dengan kemungkaran semisalnya.
  • Keempat: Apabila berganti kepada yang lebih parah darinya.
Tingkatan pertama dan kedua disyari’atkan
Tingkatan ketiga perlu pertimbangan
Tingkatan keempat hukumnya haram.
Lanjut beliau: “Saya mendengar Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah -semoga Allah menerangi kuburnya- berkata:
Pada zaman pasukan Tatar, aku bersama para kawanku pernah melewati orang-orang lagi asyik minum khamr, seorang kawan mengingkari mereka namun aku menegurnya seraya kukatakan padanya: “Sesungguhnya Allah mengharamkan khamr karena menghalangi manusia dari mengingat Allah dan mengingat shalat, dan mereka apabila minum khamr maka mereka tidak membunuh, menawan anak-anak dan merampok harta, jadi biarkan saja mereka”.[1]

Faidah II
INDAHNYA COBAAN
Imam adz-Dzahabi menceritakan dalam Siyar A’lam Nubala’ 8/80-81 tentang cobaan yang menimpa Imam Malik bin Anas karena suatu fatwanya, dimana beliau dipanggil oleh pemimpin saat itu, lalu dilepasi bajunya, dicambuki, dan ditarik tangannya  hingga terlepas tulang pundaknya, tetapi semua itu malah menjadikan beliau setelah itu dalam ketinggian derajat. Imam adz-Dzahabi berkomentar: “Demikianlah buah cobaan yang terpuji, dia mengangkat derajat seorang hamba dalam hati orang-orang yang beriman!!”.
Faidah III: JANGAN TERGESA-GESA
Hendaknya bagi setiap juru dakwah untuk saling menyayangi dan saling memaafkan antara sesama. Bila ada suatu kabar miring tentang saudaranya, maka janganlah dia tergesa-gesa meresponnya, hendaknya dia mengecek kebenarannya terlebih dahulu karena betapa banyak kabar yang ternyata hanya sekedar gosip semata, yang justru kerapkali meretakkan hubungan antara para juru dakwah!!!. Rasulullah bersabda:
كَفَى بِالْمَرْءِ كَذِبًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ
“Cukuplah seorang dianggap berdusta apabila dia menceritakan setiap yang dia dengar”.[2]
Dahulu dikatakan:
وَمَا آفَةُ الأَخْبَارِ إِلاَّ رُوَاتُهَا
Tidaklah kecacatan sebuah kabar kecuali dari penukilnya[3].
Dan apabila berita tersebut memang benar, maka kedepankanlah husnu zhan (baik sangka) kepada saudaramu dalam memahami ucapan atau perbuatannya.
  • Amirul mukminin Umar bin Khaththab berkata:
“Janganlah engkau menyangka jelek suatu kalimat yang keluar dari saudaramu muslim sedangkan engkau masih bisa mendapatkan ruang kebaikan dalam memahaminya”.[4]
Faidah IV
PUJIAN DAN CELAAN

Imam Ibnu Hazm berkata: “Sebuah cara  yang paling manjur untuk mendapatkan ketenangan adalah mengabaikan omongan orang dan memperhatikan ucapan Sang Pencipta alam. Barangsiapa yang menyangka bahwa dirinya bisa selamat dari celaan manusia, maka dia telah gila.
  • Seorang yang mencermati secara seksama -sekalipun ini pahit rasanya- niscaya akan mengetahui bahwa celaan manusia kepadanya justru lebih baik daripada pujian mereka, sebab pujian kalau memang benar maka bisa menyeretnya lupa daratan dan menimbulkan penyakit ‘ujub (bangga diri) yang akan merusak keutamaannya, namun apabila pujian itu tidak benar dan dia bergembira dengannya, maka berarti dia gembira dengan kedustaan. Sungguh ini kekurangan yang sangat.
  • Adapun celaan manusia, kalau memang benar maka hal itu dapat mengeremnya dari perbutan yang tercela, dan ini sangat bagus sekali, semuanya pasti menginginkannya kecuali orang yang kurang akalnya. Namun apabila celaannya tidak benar dan dia sabar, berarti dia mendapatkan keutamaan sabar, dan akan mengambil pahala kebajikan orang yang mencelanya sehingga dia akan menuai pahala kelak di hari kiamat hanya dengan perbuatan yang tidak memberatkan. Sungguh ini adalah kesempatan berharga, semuanya pasti menginginkannya kecuali orang yang gila ”.[5]
FAIDAH V
JANGAN BERSEDIH
Saudaraku, janganlah engkau sedih hati dengan sedikitnya orang yang menghadiri pengajianmu atau mendengarkan ceramahmu! Ingatlah selalu hadits Nabi:
عُرِضَتْ عَلَيَّ الأُمَمُ, فَرَأَيْتُ النَّبِيَّ وَمَعَهُ الرَّهْطُ, وَالنَّبِيَّ وَمَعَهُ الرَّجُلُ وَالرَّجُلاَنِ, وَالنَّبِيَّ وَلَيْسَ مَعَهُ أَحَدٌ
Dinampakkan kepadaku semua umat, lalu saya melihat ada seorang Nabi bersama tiga hingga sembilan pengikutnya, ada seorang nabi bersama satu atau dua pengikut, dan ada seorang nabi yang tidak memiliki pengikut satupun[6].
  • Mahmud bin Syukri al-Alusi berkata: “Seorang alim tidaklah berkurang kedudukannya hanya dikarenakan sedikitnya murid sebagaimana Nabi tidaklah berkurang kedudukannya dikarenakan sedikitnya pengikut”.[7]
Sekalipun hanya beberapa orang yang ingin belajar kepadamu, maka ajarilah mereka ilmu yang Allah anugerahkan kepadamu, semoga Allah melipatgandakan pahala bagimu. Ingatlah selalu kisah-kisah para ulama sebelum kita yang jauh lebih alim daripada kita.
  • Imam Malik berkata: “Aku mendatangi Nafi’ ketika usiaku masih kecil bersama seorang temanku, beliaupun turun untuk mengajariku. Beliau duduk setelah shubuh di masjid, namun tidak ada seorangpun yang datang kepadanya”. [8]
  • Imam Atha’ bin Robah, dia adalah seorang yang paling dicintai manusia, namun yang hadir di majlisnya hanyalah delapan atau sembilan orang saja”.[9]
.


FAIDAH VI: ADAB BERDIALOG
Pernah dikatakan kepada Hatim al-Asham[10]: “Engkau adalah orang ‘ajami (bukan Arab), kamu juga tidak fashih, namun kamu selalu menang dalam berdebat, apa rahasianya?! Dia menjawab: Saya memiliki tiga kunci dalam berdebat, aku bergembira apabila lawanku benar, aku sedih bila dia salah, dan aku menjaga diriku untuk tidak menyakitinya”. Tatkala ucapan ini sampai kepada Imam Ahmad bin Hanbal, beliau berkomentar: “Subhanallah! Alangkah cerdasnya orang ini!!”. [11]
FAIDAH VII
CITA-CITA KITA
مُنَايَ مِنَ الدُّنْيَا عُلُوْمٌ أَبُثُّهَا           وَأَنْشُرُهَا فِيْ كُلِّ بَادٍ وَحَاضِرِ
دُعَاءٌ إِلَى الْقُرْآنِ وَ السُّنَنِ الَّتِيْ       تَنَاسَى رِجَالٌ ذِكْرَهَا فِي الْمَحَاضِرِ
وَقَدْ أَبْدَلُوْهَا بِالْجَرَائِدِ تَارَةْ            وَتِلْفَازُهُمْ رَأْسُ الشُّرُوْرِ وَالْمَنَاكِرِ
وَبِالرَّادِيُوْ فَلاَ تَنْسَ شَرَّهُ               فَكَمْ ضَاعَ الْوَقْتُ بِهَا مِنْ خَسَائِرِ
Cita-citaku di dunia adalah menyebarkan ilmu
Ke pelosok desa dan kota
Mengajak menusia kepada Al-Qur’an dan Sunnah
Yang kini banyak dilalaikan manusia.[12]
Mereka menggantinya dengan koran
Dan Televisi mereka sumber kerusakan dan kemunkaran
Dan juga Radio, jangan kamu lupakan kejelekannya
Betapa banyak waktu hilang sia-sia karenanya[13].
.
CATATAN KAKI:

[1] I’lam Muwaqqi’in, 4/339-340. [2] HR. Muslim: 5.
[3] Ghoyah Nihayah 1/263, sebagaimana dalam An-Nadhair Bakr Abu Zaid hal. 301
[4] Dikeluarkan al-Mahamili dalam Al-Amali: 460.
[5] Mudawah Nufus hal. 80-81.
[6] Syaikh al-Albani berkata: “Dalam hadits ini terdapat dalil yang sangat jelas bahwa banyak dan sedikitnya pengikut bukanlah timbangan benar atau salahnya seorang dai”. Lanjutnya: “Dalam hadits ini juga terdapat pelajaran bagi para dai dan mad’u (yang didakwahi), seorang dai hendaknya terus maju dalam kancah dakwah tanpa menghiraukan sedikitnya orang yang menerima dakwahnya, karena kewajibannya hanyalah menyampaikan. Demikian pula bagi orang yang didakwahi hendaknya tidak sedih karena sedikitnya orang yang menerima dakwah, atau meragukan dakwah yang benar, apalagi menolaknya hanya dengan alasan sedikitnya pengikut, seandainya dakwah yang benar tentu akan diikuti banyak orang!!”. (Lihat Silsilah ash-Shahihah 1/2/755-756).
[7] al-Misku wal Idzhir hal. 198.
[8] Siyar A’lam Nubala’ 8/107.
[9] Siyar A’lam Nubala’ 5/84, lihat Ma’alim fi Thalabil Ilmi, Abdul Aziz as-Sadhan hal. 310.
[10] Al-Asham adalah gelar yang artinya tuli. Konon ceritanya, ada seorang wanita bertanya kepadanya tentang suatu permasalahan, namun dengan tidak sengaja dia keluar kentut bersuara, sehingga wanita tadi merasa malu. Untuk menjaga perasaannya, Hatim berpura-pura tidak mendengar seraya berkata: “Keraskanlah suaramu”. Wanita itupun merasa senang karena dia menduga Hatim tidak mendengar suara kentutnya. Setelah itu Hatim terus menjadi tuli. (al-Muntadham 11/253)
[11] al-Muntadham fi Tarikhi Muluk wal Umam, Ibnul Jauzi 11/254.
[12] Siyar A’lam Nubala 18/206. Adz-Dzahabi berkomentar: “Syairnya Ibnu Hazm ini sangat indah sekali sebagaimana engkau lihat sendiri”.
[13] dari Madarik Nadhar Abdul Malik al-Jazair

Film Terbaru Turki Siap Bikin Gempar Israel

Selasa, 09/03/2010 16:50 WIB  (eramuslim)
Televisi dan perusahaan film Turki kembali merilis film baru berjudul "Valley of the Wolves: Palestine". Film yang akan dirilis pada bulan November mendatang ini kemungkinan akan kembali memicu ketegangan Turki-Israel.
Film yang mengambil lokasi di Tepi Barat, Gaza dan Yerusalem Timur ini merupakan film termahal di Turki karena pembuatannya menelan biaya lebih dari 10 juta dollar. Film ini akan membeberkan wajah asli Israel yang menjajah dan menindas rakyat Palestina.
Perusahaan yang memproduksi film tersebut, sebelumnya juga memicu kemarahan Israel dan AS atas film berjudul "Valley of the Wolves:Iraq". yang menggambarkan kebengisan tentara-tentara AS di di Irak. Film ini meraup sukses besar, ditonton oleh lebih dari 4,2 juta orang di Turki, meski film itu dinilai anti-Amerika dan anti-Semit.
"Setelah Irak, kami memutuskan untuk membuat serial baru Polat yang mengungkap skandal dalam sejarah dunia," kata penulis skenario, Bahadr Ozdener.
Polat atau Polat Alemdar adalah nama tokoh sentral dalam film serial baru itu yang berperan sebagai agen mata-mata. Anak-anak muda Turki kini sedang mengidolakan tokoh Polat yang mereka sebut sebagai "James Bond"nya Turki.
Ozdener mengatakan, di film terbarunya ia ingin mengungkap sejarah apa sebenarnya yang terjadi di Palestina. Ia memandang konflik di Palestina sebagai "contoh yang tepat dari target-target kaum imperialis."
Orhan Tekelioglu, seorang akademisi yang sudah menulis resesi film "The Valley of the Volves: Palestine" menyatakan, film itu menjadi film alternatif yang menceritakan apa yang sedang terjadi saat ini. "Film itu dengan simpel ingin mengatakan bahwa Turki kini sedang dibawah tekanan dua kekuatan asing, yang pertama AS, yang kedua Israel," tulis Orhan. (ln/Ynet)

Taliban Berhasil Rebut Markas Pemerintah Afghanistan di Khost

Selasa, 09/03/2010 16:07 WIB(eramuslim.com)

Pejuang Taliban menyerbu sebuah markas pemerintah boneka Afghanistan di kota Khost sebelah tenggara Afghanistan, beberapa jam setelah kedatangan menteri pertahanan AS Robert Gates di kota Kabul.
Suara ledakan dan tembakan terdengar di wilayah tersebut, saksi mata yang menyaksikan serangan itu mengatakan bahwa pasukan pemerintah berada di dalam gedung administrasi yang menjadi markas milik pemerintah Afghan.
Komandan lapangan Taliban, Shalahuddin kepada Reuters mengatakan bahwa para mujahidin Taliban berhasil merebut gedung yang menjadi markas pemerintah boneka Afghanistan.
Di lain pihak, Menteri Pertahanan AS Robert Gates memperingatkan dari apa yang disebutnya sebagai "sangat sulit," katanya kepada wartawan: "saya khawatir tentang ketidaksabaran orang-orang yang percaya bahwa segala sesuatu akan lebih baik daripada saat ini, padahal masih ada hari-hari sulit di depan."
Gates mengatakan dia mendengar dari Karzai tentang rencana Karzai untuk melakukan rekonsiliasi dengan Taliban, namun ia menyatakan keraguannya gerakan tersebut akan meletakkan senjata mereka selama mereka berkeyakinan bahwa mereka akan memenangkan perang.
Dia menambahkan bahwa Amerika Serikat tidak akan mengirimkan ribuan tentara, hanya enam ribu dari tiga puluh ribu tentara yang dijanjikan untuk dikirim sebagai pasukan tambahan ke Afghanistan dalam upaya untuk meningkatkan tekanan terhadap Taliban. (fq/imo)

Sapu Kotor Tak Dapat Membersihkan Rumah Kotor?

Selasa, 09/03/2010 13:54 WIB 

Dengan telak Partainya ‘Wong Cilik’ (PDIP) terkena tsunami ‘suap’ yang menimpa 19 politisinya. Dalam sidang perdana skandal suap pemilihan Deputi Gubernur Bank Indonesia, dengan terdakwa Dudhie Makmun Murod, berlangsung dalam suana tegang.
Nilai uang digelontorkan kepada politisi PDIP untuk memuluskan terpilihnya calon Deputi Gubernur BI, Miranda Gultom itu, sebesar Rp 9,8 miliar.
Diantara yang diduga menerima Rp 500 juta terdapat 14 orang, diantaranya Williem Tutuarima, Agus Condro, Muh Iqbal, Budiningsih, Poltak Sitorus, Aberson M Sihaloho, Rusman Lumban Toruan, Max Moein, Jeffrey Tongas Lumban Batu, Engelina A Pattiasina, Surata HW, Ni Luh Mariani Tirtasari, Soewarno, Dudhie Makmun Murod. Sedangkan sisanya diterima oleh Sukardjo Hardjosoewirjo Rp 200 juta, Izedik Emir Moeis Rp 200 juta, Matheos Pormes Rp 350 juta, Sutanto Pranoto Rp 600 juta, khusus Panda Nababan Rp 1,45 milyar.
Aliran dana itu terungkap dalam dakwaaan sidang perdana mantan anggota DPR FPDIP periode 1999-2004, Dudhie Makmun Murod, di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Senin (8/3). “Pada Juni 2004, di Restoran Bebek Bali, terdakwa di duga menerima pemberian atau janji setidak-tidaknya Rp 9,8 miliar dalam bentuk treveler cheque dari Nunun Nurbaiti melalui Ahmad Hakim Safari”, kata Jaksa Mochamad Rum.
Uang Rp 9,8 miliar itu dibagi bervariasi antara Rp 350-Rp 600 juta untuk 16 orang, termasuk Dudhie yang mengambil 10 lembar traveler cheque senilai Rp 500 juta. Sementara itu, Panda Nababan menerima Rp 1,45 miliar. Sisanya dibagikan Panda ke Sukardjo Hardjosoewirjo dan Emir Moeis masing-masing Rp 200 juta.
Dalam dakwaan, terungkap pula, Ketua FPDIP Tjahjo Kumolo, meminta anggota FPDIP di Komisi IX DPR, mengamankan pemilihan itu. Pada 29 Mei 2004, terjadi pertemuan antara Miranda dan petinggi PDIP, yaitu Tjahjo Kumolo, Panda Nababan, Emir Moes, Max Moein, dan anggota Komisi IX, di Hotel Darmawangsa, Jakarta Selatan. Kasus ini mencuat akibat pengakuan anggota Komisi IX DPR dari FPDIP Agus Chondro Prayitno, buka suara dan mengembalikan 10 traveler cheque ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Ketua Umum DPP PDIP, Megawati Soekarnoputri memastikan tak akan membela 19 kadernya yang disebut Jaksa Penuntut Umum (JPU) telah menerima uang suap dalam kasus pemilihan Miranda Gultom menjadi Deputi Gubernur BI. “Itu merupakan tugas penuntut umum”, ucap Mega.
Sebelumnya sudah menjadi tersangka, yaitu Hamka Yamdu (Golkar), Endin AJ Soefihara (PPP), dan Udju Suhaeri (Fraksi TNI/Polri). Belakangan yang terkena kasus korupsi mantan Mensos Bachtiar Chamzah, juga sudah menjadi tersangka.
Sekarang ini, ada kekawatiran akan terjadi barter kasus, kasus korupsi ini hampir menimpa kader-kader partai yang sebelumnya bergiat di dalam Pansus Century. ICW (Indonesiaan Corruption Watch) menuding kemungkinan akan terjadi barter kasus hukum dengan Century.
ICW menilai kemungkinan ada tujuh kasus yang bisa dibarter, seperti masalah pajak, yang diduga melibat orang Golkar, kasus yang melibatkan politisi PDIP, di mana PPATK menemukan adanya 137 transfer valuta asing, kasus L/C fiktif yang dilakukan oleh inisiator panitia angket Century Misbakhun yang merupakan anggota DPR dari PKS, kasus pelanggaran HAM Munir yang melibatkan anggota Partai Gerindra, dan ada kasus HAM Timor Timur. Ini semua mencuat keluar publik, sejak kasus bail out Bank Century, di mana partai-partai yang menjadi koalisi sebagian ikut memilih opsi C, yang eksplisit bail out Bank Century terindikasi korupsi, dan menyebutkan nama-nama terhadap pihak-pihak yang bertanggung jawab.
Dengan adanya buka-bukaan ini, semakin jelas bahwa semua partai politik, kadernya terkena kasus korupsi. Sehingga, apakah ‘Sapu kotor itu akan dapat membersihkan rumah yang kotor?”. (m/rpblk/rm)

Pengakuan Perdana Menteri Israel Soal Serangan 9/11 di AS

Selasa, 09/03/2010 13:17 WIB 

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengklaim bahwa ayahnya sudah memprekdisikan peristiwa serangan 11 September 2001 di AS sejak tahun 1990-an.
Netanyahu, seperti dilansir surat kabar Israel, Haaretz mengungkapkan hal tersebut dalam perayaan ulang tahun ayahnya, Benzion Netanyahu, yang ke-100 tahun. Di Israel, Benzion dikenal sebagai sejarawan dan aktivis Zionis.
Dalam peringatan itu, Benjamin mengatakan bahwa mereka yang tidak mengetahui masa lalu mereka, tidak akan memahami kehadiran mereka dan tidak akan mampu memprediksi masa depan mereka.
Namun, Benjamin tidak memberi keterangan lebih lengkap tentang klaimnya itu. Bagaimana ayahnya bisa memprediksi peristiwa yang serangan tersebut.
Serangan 11 September 2001 yang menghancurkan menara kembar World Trade Center di New York sampai detik ini masih menjadi misteri tentang siapa sebenarnya dalang dibalik serangan tersebut. Teori-teori konspirasi bermunculan, terutama dari mereka yang tidak percaya bahwa para teroris Muslim yang tergabung dalam jaringan Al-Qaida sebagai pelaku serangan itu, seperti yang selama ini diklaim oleh AS.
Para penganut teori konspirasi justeru mencium adanya keterlibatan AS dalam serangan yang dijadikan alasan oleh Negara Paman Sam itu untuk melakukan invasi ke Afghanistan. Presiden Iran, Mahmoud Ahmadinejad akhir pekan kemarin menyebut pernyaan-pernyataan versi AS soal serangan 11 September sebagai "Kebohongan Besar."
"Serangan 11 September versi AS adalah sebuah kebohongan besar dan hanya dijadikan alasan untuk kampanye perang melawan teror yang digulirkan AS dan dijadikan pemicu untuk melakukan invasi ke Afghanistan. Menurut Ahmadinejad, serangan 11 September yang menewaskan sekitar 3.000 orang, adalah hasil "perbuatan dan skenario intelejen yang rumit." (ln/prtv/xinhua)