Wasiat Terbaru Ustadz Abu Bakar Ba'asyir untuk Para Mujahid

24.3.10

Kebodohan dan Muslihat AS Terhadap Perdagangan Obat Bius di Afghanistan

Diposting pada Rabu, 24-03-2010 | 14:39:08 WIB
Rusia dan Amerika Serikat baru-baru ini mulai berbagi informasi mengenai organisasi dan warga Afghanistan yang terlibat dalam perdagangan obat bius, baik yang ikut memproduksi ataupun yang hanya memperdagangkan saja, begitu kata direktur Layanan Federal Rusia untuk Obat-Obatan Terlarang (FSKN), Viktor Ivanov.

Seperti dilaporkan oleh kantor berita Rusia, RIA Novosti, Moskow memberikan informasi kepada Amerika tentang daftar nama warga Afghanistan yang berpartisipasi dalam bisnis kriminal tersebut. Nama-nama yang ada di dalam daftar tersebut kurang lebih sama dengan nama-nama yang pernah dikirim ke konsulat Amerika di Rusia. Menurut Ivanov, Rusia dan Amerika Serikat kemudian mulai mengadakan kerjasama dalam operasi pemberantasan jaringan perdagangan ilegal tersebut.

Dalam beberapa tahun terakhir, obat bius yang dipasok dari Afghanistan telah menewaskan lebih dari 1 juta orang di dunia. Selain itu, 16 juta yang lain menderita secara mental atau fisik.

Obat bius juga menjadi bencana besar bagi Rusia. Lebih dari 90% pecandu di Rusia setiap hari mengonsumsi berbagai jenis obat bius yang dibuat dari bahan dasar opium dan dipasok dari Afghanistan. Kurang lebih 30 ribu penduduk Rusia meninggal setiap tahun akibat kecanduan heroin.

Namun, berita terbaru yang dilaporkan surat kabar New York Times mengungkap kalau AS dan pasukan NATO yang beroperasi di Afganistan justru menghentikan operasi penghancuran obat-obat terlarang, karena menurut Jenderal Stanley McChrystal, komandan pasukan Amerika dan NATO dan stafnya, fakta di lapangan menunjukkan kalau candu menjadi sumber pendapatan utama petani di berbagai provinsi di Afghanistan. "Jadi kalau demikian, kami tidak boleh menghilangkan pendapatan mereka, karena kami ingin memenangkan hati mereka." kata Jeffrey Egerz, anggota dari komando grup penasihat strategi militer.

Tanaman opium memang banyak ditanam di penjuru kota Marjah, Helmand yang baru-baru ini berada di bawah kontrol NATO. Pembudidayaan opium melibatkan kurang lebih 60-70% petani dari Marjah dan sekitarnya. Pasukan Angkatan Laut Amerika yang sering beroperasi di sekitar di ladang opium mendapatkan perintah dari komando NATO untuk membiarkan ladang tersebut utuh.

Namun, beberapa pejabat Afghanistan justru khawatir kalau tindakan pembiaran terhadap ladang opium tersebut hanyalah taktik AS untuk membajaknya di kemudian hari, mengingat undang-undang yang ada di Afghanistan menyatakan larangan terhadap penanaman opium.

"Bagaimana kita bisa membiarkan angkatan bersenjata Amerika menjadi pengontrol di ladang opium yang menjadi racun pembunuh bagi orang di seluruh dunia?" Tanya Zulmay Afzali, wakil dari Badan Anti Narkotika Afghanistan.

[muslimdaily.net/Cno]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

wdhr