Wasiat Terbaru Ustadz Abu Bakar Ba'asyir untuk Para Mujahid

5.3.10

Thoifah Manshuroh, Pasukan Penyelamat

 “Barangsiapa yang diinginkan kebaikannya oleh Allah I, niscaya Allah akan memahamkan dia masalah addien. Akan senantiasa ada diantara kaum muslimin kelompok yang berperang membela kebenaran, mereka akan senantiasa unggul atas siapa saja yang menentangnya sampai hari kiamat.” (HR. Muslim)
Indahnya kalimat Thoifah manshuroh bagi para aktifis seindah primadona padang pasir dalam kisah alfu lailah walailah (1001 malam). ‘Laila’ begitu orang-orang memanggil sang primadona itu. Semua pemuda padang pasir tersihir oleh pesonanya. Masing-masing mengklaim dirinya sebagai kekasihnya Laila. Sampai-sampai ada seorang penya’ir Arab bersya’ir. Sya’ir ini sangat mashur di sastrawan elit arab.
            “Semua mengklaim dirinya sebagai kekasih si Lalila ** Padahal Laila tidak pernah memilih mereka sebagai kekasihnya.”
Sepertinya, mengkiyaskan thoifah manshuroh dengan si Laila terlalu jauh, tetapi beginilah kenyataan hari ini, sulit kita pungkiri. Semuanya mengklaim diri sebagai thoifah manshuroh. Masing-masing menganggap dirinya yang paling berhak menyandang gelar tho’ifah manshuroh.

Tho’ifah Manshuroh, Apa Istimewanya…?
Tho’ifah manshuroh memang bukan gelar akademis, juga bukan sebuah nobel yang selalu menjadi rebutan para tokoh dunia. Tapi, ia merupakan gelar robbaniy yang Allah peruntukkan untuk siapa saja yang telah memenuhi kriteria yang telah ditentukanm oleh Allah I. Allah menjadikan kelompok ini sebagai Qowamuddin (pilar agama). Mungkin inilah sebab utama kenapa ‘gelar’ ini menjadi rebutan yang diklaim oleh banyak pihak.
Kelompok penyelamat, mungkin inilah sebutan yang paling layak bagi tho’ifah manshuroh. Bagaimana tidak demikian..? Di kala umat Islam terlena dengan dunia, tunduk dibawah tuntutan syahwat, terhina dihadapan musuh-musuh Allah I dan tidak  berdaya menghadapi berbagai tekanan dan intimidasi dari pihak-pihak yang tidak senang terhadap syari’at Islam. Thoifah manshuroh tampil menyelamatkan umat Islam dari segala kehinaan. Harta, jiwa dan raga mereka darma-kan untuk kebangkitan serta kemulian Islam.
Segala benteng kehinaan mereka gempur, semua penjajah yang merongrong kedaulatan Islam dan kehormatan Umat Islam baik dari kafir asli atau dari murtaddin (orang-orang murtad) akan menjadi musuh thoifah manshuroh. Perang merupakan jalan thoifah manshuroh untuk memperjuangkan tegaknya Islam. Rasulullah r bersabda,
 “Ad-Din (Agama Islam) ini akan senantiasa tegak, sekelompok umat Islam berperang membelanya, (dan itu) sampai datangnya kiamat.” (HR. Muslim)
Beginilah Tho’ifah Manshuroh
Agar jelas mana thoifah manshuroh sejati dengan thoifah manshuroh gadungan, rasulullah r dalam banyak hadits telah menjelaskan karakter khós (khas) kelompok pilihan ini. Ciri-ciri ini menjadi barometer bagi setiap orang atau kelompok yang selama ini mengklaim dirinya sebagai thoifah manshuroh atau mereka yang memiliki cita-cita untuk menjadi bagian dari thoifah manshuroh.
Karakteristik dan keistimewaan thoifah manshuroh ini Allah khususkan  bagi mereka, tidak diberikan kepada kelompok selainnya dari kalangan umat Islam. Dengan keistimewaan dan karakter khsusus ini, Allah I mengistimewakan mereka dibanding umat Islam lainnya.
Diantara karakter thoifah manshuroh yang disimpulkan dari hadits-hadits yang berbicara tentang thoifah manshuroh adalah (Diringkas dari; Thoifah Manshuroh, Syaikh Salman Al Audah; Shifat Thoifah Al Manshuroh, Syaikh Abu Bashier; dan Ma’alim Thoifah Manshuroh, Syaikh Abu Qotadah);
a)      Senantiasa melaksanakan syari’at Allah I dan Selalu membela kebenaran
Mereka merupakan kelopompok yang berpegang teguh dengan syari’at Islam. Karena Islam merupakan satu-satunya dien dan ideologi yang haq. Dan seluruh ideologi selain Islam adalah bathil. Mereka tidak bergeming sedikit-pun dalam memegang kebenaran meski harus menghadapi berbagai tantangan.
Tentang sifat ini, lafadz yang digunakan oleh hadits dalam menjelaskannya beragam, tetapi semuanya mengarah kepada satu titik kesimpulan; bahwa thoifah manshuroh senantiasa tegar diatas kebenaran. Diantara lafadz hadits tersebut adalah;

  •  (mereka diatas kebenaran) –HR. Muslim-.

  • (mereka diatas urusan/syari’at Allah) –HR. Muslim-.

  •  (mereka berada diatas addin [islam]) –Abdullah bin Ahmad-.

  •  (menegakkan urusan/syari’at Allah) –HR. Bukhari & Muslim-.
Potongan-potongan hadits diatas menegaskan bahwa keberadaan thoifah manshuroh adalah untuk membela kebenaran dan menegakkan syari’at Allah I. Inilah prioritas hidup mereka, mereka tidak terjebak dalam kesibukan dunia yang begitu menggiurkan. Sebaliknya mereka menjadikan dunia sebagai ajang untuk berjuang meninggikan kalimatullah.
Sebagai konksekwensi logis dari sifat ini,  thoifah manshuroh harus memiliki ilmu yang standar untuk membimbing mereka dalam mengenali kebenaran lalu memperjuangkannya.

b)      Memilih jihad sebagai jalan iqomatuddin
Inilah ciri khas thoifah manshuroh yang membedakannya dengan kelompok umat Islam lainnya. Rasulullah r menjadikan jihad sebagai salah satu standar untuk menimbang seseorang atau kelompok apakah ia layak masuk dalam kategori thoifah manshuroh atau tidak. Rasulullah r bersabda
Artinya, “Akan senantiasa ada sekelempok dari umatku berperang membela perintah/agama Allah I. Mereka akan mengalahkan musuh-musuh mereka. Orang-orang yang menyelisihi mereka tidak akan dapat membahayakan mereka, hingga hari kiamat datang kepada mereka, dan mereka tetap seperti itu.” (HR. Muslim)
c)       Pembaharu umat dalam urusan agama
Salah satu tugas utama thoifah manshuroh adalah mengadakan pembaharuan dalam urusan agama. Jika diperhatikan seluruh rangkaian aktifitas dan ciri khas thoifah manshuroh yang digambarkan oleh rasulullah r dalam hadits-hadits yang banyak semuanya merupakan satu-kesatuan dari satu tugas utama yaitu pembaharuan dalam dien.
Hal ini terbukti dari sifat mereka yang senantiasa “membela kebenaran/Islam”. Salah satu hadits-hadits tersebut adalah yang diriwayatkan dari sahabat Tsauban t, haditsnya sangat panjang, bunyi potongan akhirnya adalah:
“…Hanya saja yang aku takutkan atas umatku adalah munculnya para penguasa yang sesat. Dan jika peperangan telah terjadi dikalangan umatku maka sulit dihentikan hingga hari kiamat. Dan kiamat tidak akan terjadi hingga beberapa kabilah bergabung dengan kaum musyrikin. Dan hingga munculnya beberapa kabilah dari umatku yang menyembah berhala. Akan muncul dari umatku tiga puluh pendusta, semuanya mengklain dirinya sebagai Nabi. Aku-lah penutup para nabi, tidak ada nabi setelahku. Akan senantiasa ada sekelompok dari umatku yang tampil membela kebenaran…” (HR. Abu Dawud)
Hadits ini menggambarkan kerusakan umat ini pada detik-detik menjelang kiamat. Tetapi walau demikian umat ini tidak serta merta hancur, karena senatiasa ada sekelompok darinya yang selalu memperjuangkan dan memperbaharui ajaran Islam yang mulai ditinggalkan oleh kaumnya.
Dalam hadits lain rasulullah r bersabda,

Sesungguhnya Allah akan membangkitkan dari untuk umat ini pada setiap permulaan abad, seseorang yang memperbaharui untuk mereka agama mereka.” (Abu Dawud & Thobrony)
Syaikh Salman hafidzohullah berkata, “Lafadz”siapa” dalam hadits diatas tidak mesti diartikan seseorang, tapi juga bisa dimaknai sekelompok atau jama’ah. Jika memang pembaru itu seorang saja, pasti ia bagian dari thoifah manshuroh. Jika ia sebuah kelompok pastilah ia adalah thoifah manshuroh.”
 Ibnu Hajar rahimahullah berkata, “Seorang pembaru yang muncul pada ujung setiap permulaan abad tidak mesti hanya seorang saja. Tetapi bisa saja terjadi pada thoifah manshuroh, karena sifat yang diperlukan untuk tajdid (pembaharuan) banyak, dan tidak mesti terkumpul hanya dalam diri seseorang (tapi bisa jadi dari sebuah kelompok_pent)”

d)      Selalu unggul sampai hari kiamat
Banyak hadits yang mensifati mereka dengan sifat ini, diantaranya;
“Senantiasa ada dari umatku  kelompok yang berperang membela kebenaran. Mereka akan senantiasa unggul (menang) diatas musuh-musuh mereka. Sampai kelompok terakhir dari mereka memerangi Dajjal.” (HR.Abu Dawud)
Dalam riwayat lain, rasulullah r mensifati mereka;

  • (senantiasa ada sekelompok umatku yang selalu ditolong (oleh Allah I) –HR. Tirmidzi-

  • (mereka unggul/menang membela kebenaran) –HR. Ad Darimi-
Syaikh Salman hafidzohullah menjelaskan, kata (menang) memiliki banyak makna, tetapi yang mashur tiga makna;
Pertama: Jelas, terang dan tidah tersembunyi. Artinya mereka senantiasa tampil membela kebenaran, memiliki manhaj (konsep) dan strategi perjuangan yang jelas, tidak samar nan mengambang.
Kedua: Kokoh dalam kebenaran dan istiqamah melaksanakan perintah Allah I serta konsis memerangi musuh-musuh Islam.
Ketiga: Kemenangan. Pendapat inilah yang dipilih dan dirajihkan oleh Al Hafidz Ibnu Hajar. Banyak nash yang memastikan makna (menang?) dalam hadits-hadit tho’ifah manshuroh adalah ‘kemenangan’. Diantaranya firman Allah I
“Maka Kami berikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang menang.” (Qs. Shoff:14)
Demikianlah thoifah manshuroh, ia adalah kelompok yang senantiasa tegar, kokoh dan berani menegakkan kebenaran Islam. Kuatnya keyakinan, bermental pejuang dan tahan atas bujukan nafsu telah menyatu dalam diri tiap personal tho’ifah manshuroh, sehingga sangat wajar jika mereka selalu unggul di atas musuh-musuhnya.* (Msd)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

wdhr