Wasiat Terbaru Ustadz Abu Bakar Ba'asyir untuk Para Mujahid

6.12.09

S Y U B H A T - S Y U B H A T S E P U T A R J I H A D

dimaksud dengan Atha’ ini adalah Washil bin Atha’, yang lahir kurang lebih th.100 H.
Sedangkan Jabir wafat sekitar th. 78 H. Jadi hadits ini sanadnya terputus.
Namun keterangan Imam Munawi ini keliru. Karena Atha’ yang dimaksud dalam
sanad hadits riwayat Baihaqi itu adalah Atha’ bin Abi Rabah, seorang tabi’in yang
kepercayaan.
Selain diriwayatkan Imam Baihaqi juga diriwayatkan oleh Imam al-Khatib al-Bagdadi
dalam kitab Tarikhul Bagdad dalam sanadnya ada rawi bernama Yahya bin Abil ‘Ala’. Rawi
ini dikenal pendusta. Maka hadits riwayat Imam al-Khatib ini palsu. Adapun hadits jihad
ashghar dan jihad akbar yang diriwayatkan Imam Baihaqi tidak melalui Yahya bin Abil
‘Ala’, tetapi melalui Yahya bin Ya’la. Orang ini seorang rawi kepercayaan, namun terkadang
keliru dalam meriwayatkan hadits. Karena itu, Imam Baihaqy sendiri menyatakan hadits
ini dhaif (lemah).
Ada yang menyatakan hadits tersebut disabdakan oleh Rasulullah  sepulang beliau
dari peperangan seperti disebutkan dalam riwayat Khathib al-Bagdadi. Karena ini palsu,
maka tidak bisa dijadikan dasar. Yang pulang dari suatu peperangan tersebut, bukan Nabi
, tetapi sejumlah sahabat dari pasukan perang.
Adapun pernyataan salah seorang ulama ahli hadits Syekh al-Bani, bahwa hadits
jihad ashghar dan akbar semuanya dianggap palsu jelas salah, disebabkan kesalahan
beliau dalam entifikasi rawi-rawi hadits riwayat Imam Baihaqi, yaitu:
2. Isa bin Ibrahim, Yahya bin Abi Ya’la dan Raits bin Abi Sulaim, dikatakan dha’if,
padahal ketiga orang itu rawi tsiqat (kepercayaan).
3. Ia katakan hadits ini ucapan Ibrahim bin Ablah, padahal dalam sanad Imam Baihaqi
yang ada dalam sanad khatib ada rawi bernama Isa bin Ibrahim.
4. Ia samakan rawi bernama Yahya bin Ya’la dangan Yahya bin Abil A’la, padahal yang
pertama rawi kepercayaan, sedang yang kedua pendusta.
5. Ia tidak membedakan antara riwayat Imam Baihaqi dengan riwayat al-Khatib, lalu
menyimpul hadits tersebut semuanya mungkar (dianggap palsu).
Tegasnya:
1. Hadits dengan lafadz: “Kami kembali dari jihad yang lebih kecil ke jihad yang
lebih besar” yang ada dalam kitab Yahya karangan Imam Ghazali adalah palsu.
2. Hadits dengan lafadz: “Kalian datang ketempat terbaik, datang dari jihad lebih
kecil ke jihad lebih besar” riwayat Baihaqi adalah lemah, tetapi riwayat al-
Khatib adalah palsu.
Karena itu jihad yang besar bukan jihad melawan hawa nafsu, tetapi memerangi
golongan kafir yang memerangi umat Islam. Wallahu A'lam.
Syubhat – 4
Islam itu (maksudnya Rasulullah ), adalah Rahmatan Lil 'aalamin. Maka apakah
jihad dan perang yang dilakukan oleh segelintir Muslimin itu sesuai dengan ajaran
yang suci. Sembari menuding beberapa jama'ah yang dianggap radikal dan keras
seperti: MMI, FPI, HTI dan lain-lain. Renungkanlah telaah berikut.
Allah  berfirman:
S Y U B H A T - S Y U B H A T S E P U T A R J I H A D

"Dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta
alam." (QS. Al Anbiya' 21:107)
Benar, Islam adalah Rahmatan lil alamin (rahmat bagi semesta alam) bagi siapa saja
yang beriman kepada Nya ,kemudian memeluknya memahami dan mengamalkan ajaran
nya sesuai dengan petunjuk Rasul Nya.
Ketahuilah bahwa selurah ajaran Islam itu Rahmatan lil 'alamin, jika diimani,
diamalkan didakwahkan dan diperjuangkan sesuai petunjuk Rasulullah. Shalat, puasa
zakat, haji dan umrah bila dikerjakan sesuai ilmu maka pelakunya akan mendapat rahmat
Allah. Begitu juga jihad dan perang jika diamalkan akan menurunkan rahmat yang sangat
besar. Tidak ada didalam ajaran itu sebagiannya lembut dan sebagiannya lagi keras, semua
ajaran Islam itu lurus dan benar, hanya nafsu sajalah yang berkata ini lembut dan ini
keras.
Mari sejenak telusuri sirah perjalanan dakwah Rasulullah . Sebelum beliau diutus
menjadi Nabi dan Rasul Allah, hampir seluruh kaumnya (Quraisy) menghormatinya dan
memandangnya sebagai orang yang paling amanah dan terpercaya, sehingga diberi gelar
Al Amien. Namun setelah beliau menjadi utusan Allah dan mulai berdakwah kepada
Tauhid, maka sebagian dari kaumnya beriman dan sebagian lagi menolak dan menentang,
Rasulullah  dimusuhi, dicerca, diberi gelar-gelar yang buruk seperti penyair, penyihir
dan orang gila kemudian para pengikutnya disiksa bahkan ada yang dibunuh dengan
kejam.
Menghadapi penentangan dan permusuhan ini Rasulullah  diperintah untuk
meningkatkan ibadahnya dan bersabar atas kejahatan kaumnya. Allah berfirman,
~}|{zyxwvm
l
"Maka sabarlah kamu atas apa yang mereka katakan, dan bertasbihlah dengan
memuji Tuhanmu, sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya dan bertasbih pulalah
pada waktu-waktu di malam hari dan pada waktu-waktu di siang hari, supaya kamu merasa
senang." (QS. Tohaa 20:130)
Hari demi hari kejahatan mereka (kaum Musyrikin) bertambah, penentangan kepada
beliau meningkat, kekejaman kepada sahabat-sahabat beliau sangat biadab, bahkan diri
beliau pribadi sendiri di siksa, maka beliau diizinkan untuk memerangi mereka yang
memerangi. Allah berfirman,
lLKJIHGFEDCBAm
"Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena Sesungguhnya
mereka telah dianiaya. dan Sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka
itu." (QS. Al Hajj 22: 39)
Selanjutnya beliau diperintahkan untuk memerangi orang-orang kafir yang
memerangi. Allah berfirman,
S Y U B H A T - S Y U B H A T S E P U T A R J I H A D
24
CBA  

ÆÅÄÃÂÁm
[ZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFED
ledcba` ^]\
"Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah
kamu melampaui batas, karena Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
melampaui batas. Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah
mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu (Mekah); dan fitnah itu lebih besar
bahayanya dari pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjidil haram,
kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. jika mereka memerangi kamu (di
tempat itu), Maka bunuhlah mereka. Demikanlah Balasan bagi orang-orang kafir. Kemudian
jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang. (QS. Al Baqarah 2: 190-192)
Kemudian beliau diperintah untuk memerangi orang kafir dan Musyrikin yang
memerangi beliau dan ummatnya secara keseluruhan dimana saja mereka berada. Allah
berfirman,
§¦¥¤£¢¡ 
  
m
l¶´³²±°®¬«ª©¨
"Apabila sudah habis bulan-bulan Haram itu, Maka bunuhlah orang-orang musyrikin
itu dimana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan
intailah ditempat pengintaian. jika mereka bertaubat dan mendirikan sholat dan
menunaikan zakat, Maka berilah kebebasan kepada mereka untuk berjalan. Sesungguhnya
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. At Taubah 9: 5)
l¿¾½¼»º¹¸¶´³²…m
"…Dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi
kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa."
(QS. At Taubah 9: 36)
Dan selanjutnya Nabi  dan orang-orang beriman diperintah untuk berjihad dan
bersikap keras kepada orang-orang kafir dsan munafiq.
Allah  berfirman,
lNMLKJIHGFEDCBAm
"Hai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu, dan
bersikap keraslah terhadap mereka. tempat mereka ialah Jahannam. dan itu adalah tempat
kembali yang seburuk-buruknya." (QS. At Taubah 9:73)
RQPONMLKJIHGFEDCBAm
l
S Y U B H A T - S Y U B H A T S E P U T A R J I H A D
25
"Hai orang-orang yang beriman, perangilah orang-orang kafir yang di sekitar kamu
itu, dan hendaklah mereka menemui kekerasan daripadamu, dan ketahuilah, bahwasanya
Allah bersama orang-orang yang bertaqwa." (QS. At Taubah 9 : 123)
Rasulullah  telah melaksanakan semua yang diperintahkan oleh Allah  itu, dan
dengan izin Allah beliau mendapatkan kemenagan di setiap medan pertempuran, akhirnya
tegaklah Daulah Islamiyah Madinah. Allah melimpahkan rahmat kepada Nabi-Nya,
sahabat-sahabatnya dan seluruh pengikutnya yang setia kepada sunnahnya, dan
menghancurkan serta menghinakan kaum kafir yang menentang serta memeranginya.
Inilah yang dimaksud rahmatan lil 'alamin. Rahmat bagi yang menerima Syari'ah yang
dibawa oleh Nabi Muhammad , dan laknat serta kebinasaan bagi yang menentang dan
memerangi beliau.
Syubhat – 5
Mereka berkata: Jihad itu diperaktikkan oleh Rasulullah  dan para sahabatnya
dalam periode Madinah. Adapun sekarang ini masih dalam periode Makkah, kami
sedang memfokuskan (memusatkan perhatian) kepada pelajaran tauhid. Dengan ini
mereka mencari-cari hujjah untuk lari dari berjihad dijalan Allah .
Inilah syubhat yang sangat sesat. Bagaikan virus yang menyerang otak dan syaraf
manusia kemudian orang itu mengalami stroke dan mati. Dari mana hayalan ini datang
dan pendapat serta fikiran tersebut muncul. Bukankah periode Makkah dan Madinah
hanya dizaman Nabi dan para sahabatnya, dan hanya mereka yang diwajibkan hijrah dari
Makkah ke Madinah?
Kenapakah orang-orang ini tidak memahami karakteristik syari'ah yang diturunkan
Allah secara bertahap. Seperti syahadat dan shalat diturunkan dalam periode Makkah,
sedangkan puasa, zakat, umrah dan haji dan jihad dan lain-lain diturunkan di Madinah. Jika
mereka kosekuen dengan pendapatnya bahwa masa sekarang adalah periode Makkah,
mengapa mereka mengejakan puasa, zakat, umrah dan haji padahal semua itu
diperintahkan di madinah?.
Dan ada sebagian mereka menolak kewajiban shalat sedangkan mereka sangat keras
dalam pungutan zakat, jika tidak bayar zakat tahun ini karena tidak mampu, maka
dianggap hutang yang wajib dibayar tahun depan. Wahai kaum Muslimin yang
dibelenggu oleh pikiran jumud, statis dan syubhat ini, ingatlah Islam ini sudah
sempurna, tidak boleh ditambah dan dikurangi. Amalkan seluruh ajaran Islam
sebagaiman perintah Allah didalam kitab Nya.
l®¬«ª©¨§¦¥¤£¢¡
  m
"Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan
janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang
nyata bagimu." (QS. Al Baqarah 2:208)
Jika Allah dan Rasulnya memerintahkan shalat, puasa, zakat, haji dan perang maka
lakukanlah sekuat kemampuan. Jangan sampai kalian merubah syari'ah karena kalian
membencinya. Renungkan hadits berikut :

S Y U B H A T - S Y U B H A T S E P U T A R J I H A D
26
"Tidak ada hijrah setelah penaklukan kota Makkah, akan tetepi yang tetap ada adalah
jihad dan niat. Dan jika kalian dipanggil untuk berangkat perang, maka berangkatlah kalian
berperang." (HR. Bukhari dan Muslim)
Berhati-hatilah kalian dengan mengkotak-kotakkan ayat-ayat Allah dan hadits
Rasulullah . Ayat dan hadits yang sesuai dengan nafsu kalian dilaksanakan, sedang yang
tidak sesuai kalian musuhi. Tradisi memilah dan memilah ayat-ayat Allah adalah tradisi
kaum yahudi, yang sesuai nafsu, mereka imani yang tidak sesuai nafsu, mereka hapuskan
dan ingkari. Jika berlaku demikian maka bersiap-siaplah menerima adzab Allah yang
menghinakan. Firman Allah,
wvutsrqponmlkjih…m
l ~}|{zyx
"…apakah kamu beriman kepada sebahagian Al Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap
sebahagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian daripadamu,
melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan
kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat."12
Syubhat – 6
Syubhat dalam memahami firman Allah QS. At Taubah 9: 122, yang berbunyi:
 
 ÆÅÄÃÂÁÀ¿¾½¼»º¹¸m
l
"Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa
tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam
pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya
apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya." (QS.
Taubah 9: 122)
Berkata Imam Ibnu Katshir dalam kitab tafsirnya Qur'anil adzim: 'Inilah penjelasan
dari Allah  yang menganjurkan semua orang harus berangkat berperang didalam
peperangan tabuk bersama Rasulullah. Ada segolongan ulama' salaf yang berpendapat
bahwa setiap orang muslim harus ikut berangkat berperang jika Rasulullah berangkat,
oleh karena itu Allah  berfirman,
PONMLKJIHGFEDCBAm
lQ
"Berangkatlah kamu baik dalam Keadaan merasa ringan maupun berat, dan
berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. yang demikian itu adalah lebih
baik bagimu, jika kamu mengetahui." (QS. Taubah 9: 41)
Kemudian Allah berfirman,
12. QS al Baqarah, 2: 85.
S Y U B H A T - S Y U B H A T S E P U T A R J I H A D

"Tidaklah sepatutnya bagi penduduk Madinah dan orang-orang Arab Badwi yang
berdiam di sekitar mereka, tidak turut menyertai Rasulullah (berperang) dan tidak patut
(pula) bagi mereka lebih mencintai diri mereka daripada mencintai diri rasul. yang
demikian itu ialah karena mereka tidak ditimpa kehausan, kepayahan dan kelaparan pada
jalan Allah, dan tidak (pula) menginjak suatu tempat yang membangkitkan amarah orangorang
kafir, dan tidak menimpakan sesuatu bencana kepada musuh, melainkan dituliskanlah
bagi mereka dengan yang demikian itu suatu amal saleh. Sesungguhnya Allah tidak menyianyiakan
pahala orang-orang yang berbuat baik." (QS. Taubah 9: 120)
Imam Ibnu Katshir melanjutkan: 'bahwa ayat ini menjelaskan supaya semua
penduduk kampung berangkat berperang, atau sekelompok saja dari tiap-tiap kafilah jika
mereka tidak bisa keluar semuanya. Dengan demikian ada dua tugas yang menyertai
pasukan Rasulullah, yaitu pasukan penjaga garis depan yang berperang dengan senjata
dan pasukan yang menjaga garis belakang yang bertugas mendalami wahyu yang
diturunkan kepada Rasulullah .'
Telah berkata As Syahid Said Quthub dalam kitab tafsirnya Fi zilalil Qur'an.
'Menurut pandangan kami pendapat yang sesuai dalam menafsirkan ayat ini adalah para
Mu'minin itu tidak semuanya diharuskan keluar berperang pada satu waktu yang sama,
akan tetapi dalam setiap kelompok dari mereka (kaum Muslimin) hendaklah ada satu
kelompok (dari tiap-tiap suku atau golongan -pent), secara bergiliran, bergantian antara
yang berangkat berperang dan yang belum berangkat.
Yang belum berangkat ini bertugas mendalami ilmu pengetauan syar'i (agama),
melalui kegiatan-kegiatan diluar berperang, seperti dakwah kepada tauhid yang lurus dan
memberi semangat kepada para mukminin untuk berperang pada saatnya nanti.
Pendapat yang kami pilih ini berdasarkan takwilan dari ulama' tafsir sepert Ibnu
Abbas , Iman Hasan Al Basri, Imam Ibnu Jarir, Imam Ibnu Katshir, yaitu Dienul
Islam ini berdasarkan sistem haraki (pergerakan, dakwah dan jihad -pent) yang tidak
akan dapat difahami melainkan oleh orang yang terjun didalam gerakan dakwah dan jihad
ini. Orang yang tidak ikut terlibat jihad (perang) perlu menerima pelajaran dari orang yang
berjihad, karena mereka tidak melihat apa yang dilihat oleh mujahid yang keluar
berperang, terutama apabila mereka keluar berjihad bersama Rasulullah .
Pendapat ini mungkin bertentangan dengan pandangan yang mengatakan bahwa
orang yang tidak pergi berjihad mempunyai kesempatan lebih banyak untuk
memperdalam pengetahuan agama. Tetapi pandangan ini salah, justeru orang yang pergi
berjihad inilah yang Allah berikan pemahaman yang benar untuk menegakkan agama ini
ditengah kehidupan jahiliyah, lalu diberikan kemenangan untuk mengalahkan realitas
jahiliyah.'
Telah berkata Prof. Dr. Hamka dalam kitabnya Tafsir Al Azhar: 'Didalam ayat ini
Allah telah mengajukan pembagian tugas, seluruh orang beriman diwajibkan ber-jihad dan
diwajibkan pergi berperang menurut kesanggupan masing-masing, baik secara ringan
maupun secara berat (lihat firman Allah QS. At Taubah 9: 41). Maka dengan ayat ini (QS. 9:
122) Allah menuntun supaya jihad itu dibagi kepada jihad bersenjata dan jihad
memperdalam ilmu pengetahuan (fiqih).
S Y U B H A T - S Y U B H A T S E P U T A R J I H A D
28
Yang berjihad dengan senjata maju kemedan perang bertarung nyawa dengan
musuh, maka yang tinggal digaris belakang bertugas memperdalam fiqih/pengetahuan
tentang agama, sebab jihad yang mereka hadapi tidak kalah pentingnya. Ilmu syar'i
(agama) wajib diperdalam dan tidak semua orang sanggup mempelajari seluruh ajaran
agama secara ilmiyah. Ada pahlawan dimedan perang dengan pedang ditangan dan ada
pula pahlawan digaris belakang merenungi al-Kitab (al-Qur'an).
Keduanya penting dan keduanya saling menyem-purnakan. Tegasnya bahwa semua
golongan mu'min itu harus berihad kemedan jihad. Tetapi Rasulullah-lah (komandan
perang -pent) kelak yang akan membagi tugas mereka masing-masing, ada yang berjihad
digaris depan dan ada yang digaris belakang.
Oleh sebab itu kelompok kecil yang memperdalam pengetahuan agamanya (digaris
belakang) adalah sebagian daripada mujahid dan jihad fie sabilillah itu juga. Tidak
ditemukan dalam syari'ah, pemisahan antara ulama saja atau mujahid saja, satu ketika dia
menjadi pahlawan dimedan perang, dan pada ketika yang lain dia menjadi ulama'. Tentang
hal ini terdapat hadits yang menerangkan bahwa kedudukan seorang alim dalam hal
agama sama tinggi/setingkat dari orang yang berjihad (perang) fie sabilillah.
Rasulullah  bersabda,

"Manusia yang paling dekat kepada derajat Nubuwwat ialah ali ilmu (ulama') dan ahli
jihad (mujahid). Adapun ahli ilmu, merekalah yang menunjukkan kepada manusia apa yang
dibawa oleh Rasul-rasul. Dan adapun ahli jihad, maka merekalah yang berjuang denagn
pedang-pedang mereka, membawa apa yang dibawa oleh Rasul-rasul itu." (HR. Abu Na'im
dari Ibnu Abbas)
Sabdanya lagi:

"Ditimbang dihari kiamat tinta orang-orang yang alim dengan darah orang-orang
yang mati syahid." (HR. Ibnu Abdil Bar dari Abu Darda)
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa ayat 122 (QS 9:122) ini
menjelaskan makna yang sebenarnya: 'Semua golongan itu harus turut berjihad,
akan tetapi setelah sampai dimedan perang komandan akan membagi tugas
masing-masing mereka, ada yang berjihad digaris depan dan ada yang berjihad
digaris belakang. Pasukan yang berada pada garis depan bertugas berperang
melawan musuh, sedang pasukan yang berada pada garis belakang bertugas
memperdalam pengetahuan agama (bersama Rasulullah), jika berangkat berperang
bersama Rasulullah. Dan oleh karena itu mereka semua termasuk didalam barisan
jihad dan mujahid juga. Tidak seperti syubhat yang beredar dikalangan kaum
Muslimin sekarang, bahwa Mujahid sajalah yang berangkat bertarung nyawa
dimedan perang sedang para ulama duduk-duduk saja dirumah, tidak mau ikut
berperang membela Islam dan kaum Muslimin. Terhadap mereka ini Allah
mengajukan pertanyaan,
S Y U B H A T - S Y U B H A T S E P U T A R J I H A D
29

"Hai orang-orang yang beriman, Apakah sebabnya bila dikatakan kepadamu: "Berangkatlah
(untuk berperang) pada jalan Allah" kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah
kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan
hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) diakhirat hanyalah sedikit. Jika kamu tidak
berangkat untuk berperang, niscaya Allah menyiksa kamu dengan siksa yang pedih dan
digantinya (kamu) dengan kaum yang lain, dan kamu tidak akan dapat memberi
kemudharatan kepada-Nya sedikitpun. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu." (QS At
Taubah 9: 38-39)
Wallahua'lam bis showab…
Ancaman terhadap Orang-orang yang Meninggalkan Jihad
Kaum Muslimin yang mengabaikan dan tidak memperdulikan jihad dan tidak
mengadakan persiapan untuk berjihad, maka mereka akan menerima sangsi. Antara lain:
1. Mereka akan disiksa dengan adzab yang pedih. Firman Allah ,
“Hai orang-orang yang beriman, apakah sebabnya apabila dikatakan kepada kamu:
“Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah” kamu merasa berat dan ingin tinggal di
tempatmu? Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di
akhirat? padahal keni’matan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat
hanyalah sedikit. Jika kamu tidak berangkat untuk berperang, niscaya Allah menyiksa kamu
dengan siksa yang pedih dan digantinya (kamu) dengan kaum yang lain, dan kamu tidak
akan dapat memberi kemudharatan kepada-Nya sedikitpun. Allah Maha Kuasa atas segala
sesuatu.” (QS at-Taubah, 9: 38-39)
2. Mereka akan ditimpa kehinaan yang sangat parah, dan kehinaan itu tidak akan
hilang sehingga mereka kembali berjihad.
Dari Ibnu Umar  berkata, Aku mendengar Rasulullah  bersabda:

“Bila kamu berjual-beli dengan ‘inah (dengan cara riba dan penipuan), mengikuti
ekor-ekor sapi, menyukai bercocok tanam, dan kamu meninggalkan jihad, Allah akan
menimpakan kehinaan ke atas kamu yang tidak akan dicabut sehingga kamu kembali
kepada agamamu.” (HR Ahmad – no: 4765, 5304; Abu Dawud 3003)
3. Mereka akan ditimpa dedngan azab yang merata dimana-mana dan kehinaan yang
parah. Abu Bakar as-Shiddiq  berkata:
S Y U B H A T - S Y U B H A T S E P U T A R J I H A D
30

"Wahai manusia sesungguhnya pada tahun pertama di dalam bulan seperti bulan ini
aku telah mendengar Rasulullah berbicara di atas mimbar: “Tidaklah suatu kaum
meninggalkan jihad fie sabilillah melainkan Allah hinakan mereka, dan tidaklah suatu kaum
meninggalkan amar ma’ruf dan nahi munkar melainkan Allah ratakan azab atas mereka.”
(HR Said bin Mansur di dalam Syifaa’ ash Shuduur)
4. Allah akan menimpakan kefakiran kepada suatu kaum yang meninggalkan jihad.
Dari Mujalid, dari Sya’bi ia berkata:

“Ketika Abu Bakar as-Shiddiq naik mimbar, beliau menyebutkan hadits dan di dalam
hadits itu beliau mengatakan: “Tidaklah suatu kaum meninggalkan jihad fie sabilillah,
melainkan Allah timpakan kefakiran terhadap mereka.” (HR Ibn ‘Asakir)
Kefakiran yang dimaksud bukanlah kefakiran dalam harta benda semata tetapi fakir
jiwa, sehingga mereka sangat takut dan khawatir berhadapan dan menentang musuhmusuh
Allah ? dan musuh-musuh mereka.
Rasulullah  menerangkan definisi kaya.

“Bukanlah kaya itu dengan banyakknya harta benda, tetapi kaya yang sebenar adalah
jiwa yang kaya.” (HR Bukhari – no: 5965; Muslim – no: 1741)
5. Orang yang mengatakan bahwa sekarang bukanlah zaman jihad, dilaknat oleh
Allah, malaikat dan semua manusia. Sabda Rasulullah :

“Sesungguhnya Rasulullah  bersabda: “Jihad itu akan senantiasa manis dan segar
selama hujan turun dari langit. Akan datang suatu zaman pada manusia yang pada zaman
itu ada ulama di antara mereka yang mengatakan: “Sekarang ini bukan zaman jihad lagi.
Sesiapa yang mengalami zaman tersebut, maka sebaik-baik zaman adalah jihad.” Mereka
(para sahabat) berkata: Wahai Rasulullah adakah orang yang berkata macam itu? “Beliau n
menjawab: Ya, iaitu orang yang dilaknat oleh Allah, malaikat dan manusia semuanya.” (HR.
Said bin Mansur di dalam Syifaa’ ash Shuduur.)
Lihat as Sunan al Waaridah fi al Fitan – Abu ‘Amr Utsman bin Sa’iid al Muqri ad Daani
3/751.
6. Orang yang mati sedangkan ia belum pernah berperang dan tidak pernah tergerak
hatinya untuk berperang, ia mati pada satu cabang kemunafikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

wdhr